agama: Kristen

  • Sengketa Lahan SMAN 1 Bandung, Gugatan Perkumpulan Lyceum Kristen Dikabulkan PTUN!

    Sengketa Lahan SMAN 1 Bandung, Gugatan Perkumpulan Lyceum Kristen Dikabulkan PTUN!

    JABAR EKSPRES  – Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Bandung, resmi mengabulkan gugatan Perkumpulan Lyceum Kristen (PLK) dari kasus sengketa lahan SMAN 1 atau Smansa Bandung.

    Dari hasil putusan pengadilan yang dilihat dengan nomor perkara 164/G/2024/PTUN.Bdg. tanggal 17 April 2025, majelis hakim PTUN Bandung resmi mengabulkan semua gugatan dari Perkumpulan Lyceum Kristen (PLK) atas kasus sengketa lahan di SMAN 1 Bandung tersebut.

    “Mengadili dalam eksepsi menyatakan eksepsi tergugat dan tergugat II intervensi tak diterima seluruhnya. Dalam pokok sengketa, mengabulkan gugatan penggugat seluruhnya,” bunyi hasil putusan majelis hakim PTUN Bandung yang dilihat, Jum’at (18/4).

    BACA JUGA: BRI RO Bandung Serahkan Bantuan Buku untuk SDN 1 Sagalaherang melalui Program TJSL “Ini Sekolahku”

    Selain mengabulkan semua gugatan Perkumpulan Lyceum Kristen (PLK),  majelis hakim juga dalam putusannya menyatakan bahwa sertifikat hak pakai nomor 11/Kel.Lebak Siliwangi yang terbit tanggal 19 Agustus 1999 dengan surat ukur tanggal 12 April 1999 no 12/Lebak Siliwangi/1998 seluas 8.450 meter persegi atas nama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Cq Kantor Wilayah Provinsi Jabar batal.

    “Tiga, mewajibkan tergugat mencabut Sertifikat Hak Pakai Nomor : 11/Kel. Lebak Siliwangi,  terbit tanggal 19 Agustus 1999, Surat Ukur tanggal 12-4-1999 No.12/Lebak Siliwangi/1999, luas 8.450 meter persegi atas nama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Cq. Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat,” lanjut isi putusan PTUN

    Tak hanya itu, dalam putusannya juga, majelis hakim meminta kepada tergugat untuk segera memproses perpanjangan dan menerbitkan sertipikat Hak Guna Bangunan atas nama Penggugat sebagaimana yang dimuat dalam  Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor : 1228/Kel. Lebak Siliwangi, Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor1229/Kel. Lebak Siliwangi, dan Sertifikat hak Guna Bangunan Nomor 1232/Kel. Lebak Siliwangi.

    BACA JUGA: Dukung Program ‘Nyaah Ka Indung’, Ribuan Ibu Lansia Bakal Dapat Perhatian Khusus dari ASN Bandung Barat

    “Selanjutnya menghukum Tergugat dan Tergugat II Intervensi membayar biaya  perkara secara tanggung-renteng sejumlah Rp. 440.000,” demikian isi putusan Majelis Hakim PTUN.(San).

  • KPK Fasilitasi Perayaan Ibadah Paskah, Tahanan Bisa Dikunjungi

    KPK Fasilitasi Perayaan Ibadah Paskah, Tahanan Bisa Dikunjungi

    Jakarta, Beritasatu.com – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan kesempatan bagi para tahanan untuk menjalankan ibadah Paskah pada Jumat (18/4/2025) dan Minggu (20/4/2025).

    Juru Bicara KPK Tessa Mahardhika menyatakan, ibadah Paskah diselenggarakan khusus bagi tahanan beragama Kristen dan Katolik di Rumah Tahanan Negara (Rutan) cabang KPK, Gedung Merah Putih. Ibadah berlangsung mulai pukul 14.00 hingga 16.00 WIB.

    Selain itu, KPK juga membuka layanan kunjungan keluarga tahanan pada momentum Paskah. Kunjungan dijadwalkan pada Minggu (20/4/2025) dari pukul 09.00 hingga 13.00 WIB.

    “KPK berkomitmen memastikan tahanan tetap mendapatkan hak-haknya, termasuk hak beribadah sesuai agama dan kepercayaannya,” tegas Tessa.

    Anggota Tim Juru Bicara KPK Budi Prasetyo menambahkan, sebanyak 11 dari total 46 tahanan akan mengikuti ibadah Paskah tahun ini.

  • Mengungkap Sejarah dan Makna Mendalam di Balik Devosi Jalan Salib

    Mengungkap Sejarah dan Makna Mendalam di Balik Devosi Jalan Salib

    Jakarta, Beritasatu.com – Umat Kristiani memiliki sebuah tradisi religius yang disebut devosi Jalan Salib untuk memperingati peringatan penting, yakni hari Paskah, yang diyakini sebagai hari kebangkitan Yesus.

    Paskah dipahami sebagai hari kebangkitan Yesus setelah mengalami kematian yang dipercaya sebagai bentuk pengorbanan-Nya demi menebus dosa umat manusia. Oleh karena itu, hari Paskah menjadi simbol harapan dan kehidupan kekal bagi umat Kristiani yang percaya kepada-Nya.

    Sebagai bagian dari rangkaian menjelang Paskah, umat Katolik secara khusus melaksanakan devosi Jalan Salib. Namun, bagaimana sejarah terbentuknya devosi ini, dan apa makna yang terkandung di dalamnya? Berikut penjelasannya, dikutip dari berbagai sumber.

    Asal-usul Devosi Jalan Salib

    Devosi Jalan Salib bukanlah sebuah perintah langsung dari Alkitab, melainkan lahir dari inisiatif pribadi umat beriman melalui proses panjang yang kemudian disahkan oleh Gereja.

    Tradisi ini bermula pada masa awal Kekristenan, ketika para murid Yesus dan umat Kristiani di Yerusalem mengenang penderitaan Kristus dengan menapaktilasi jalan yang dilalui-Nya menuju Bukit Golgota, tempat penyaliban terjadi.

    Perkembangan signifikan terjadi setelah Kaisar Konstantinus melegalkan agama Kristen pada abad ke-4. Ibunda Kaisar, Santa Helena, melakukan ziarah ke Tanah Suci dan menemukan lokasi-lokasi yang berkaitan dengan kehidupan serta penyaliban Yesus. Hal ini mendorong pembangunan Basilika Makam Kudus pada tahun 335 Masehi.

    Pada abad ke-14, para biarawan Ordo Fransiskan memperkenalkan devosi Jalan Salib secara resmi. Peran Santo Fransiskus dari Asisi juga penting dalam merenungkan kesengsaraan Kristus, dimulai dari Taman Getsemani hingga wafat-Nya di Golgota.

    Kemudian, pada abad ke-18, Paus Klemens XII menetapkan secara resmi 14 perhentian dalam Jalan Salib, yang menjadi struktur tetap dalam devosi ini.

    Seiring berjalannya waktu, Jalan Salib menjadi praktik devosi yang penting dalam Gereja Katolik, khususnya selama masa Pra-Paskah dan Jumat Agung.

    Perlu dipahami bahwa devosi ini berbeda dengan sakramen Gereja yang bersifat wajib. Devosi Jalan Salib bukanlah kewajiban mutlak, melainkan bentuk penghayatan iman yang bersifat sukarela.

    Meski demikian, devosi ini tetap dijalankan secara luas oleh umat Katolik di seluruh dunia sebagai bentuk penghormatan terhadap penderitaan dan pengorbanan Yesus Kristus.

    Makna Devosi Jalan Salib

    Berikut beberapa makna penting dari pelaksanaan devosi Jalan Salib:

    1. Penghayatan penderitaan Yesus

    Devosi ini menjadi sarana bagi umat untuk mengenang dan merenungkan penderitaan serta pengorbanan Yesus dalam perjalanan menuju penyaliban dan wafat-Nya.

    2. Penguatan iman

    Melalui setiap perhentian, umat diajak menelusuri momen-momen penting dalam kehidupan Yesus, sehingga memperdalam iman akan kasih dan pengorbanan-Nya.

    3. Mengenang kasih dan ketaatan Kristus

    Jalan Salib mengingatkan umat akan kasih yang besar dan ketaatan Yesus kepada Allah Bapa, meskipun harus melalui penderitaan yang amat berat.

    4. Refleksi spiritual

    Devosi ini menjadi momen kontemplatif yang mendalam untuk merenungkan makna keselamatan dan perjalanan rohani setiap pribadi.

    5. Pembelajaran menghadapi penderitaan

    Jalan Salib juga mengajarkan nilai ketabahan dan kesetiaan dalam menghadapi penderitaan serta berbagai tantangan hidup.

    6. Pengingat akan dosa dan kejahatan

    Devosi ini menyadarkan umat akan akibat dari dosa manusia dan tipu daya iblis yang membawa penderitaan bagi Kristus.

    7. Bagian dari tradisi liturgis

    Jalan Salib dilaksanakan secara khusus pada masa Pra-Paskah dan Jumat Agung sebagai bentuk penghormatan terhadap misteri keselamatan yang dianugerahkan Kristus.

    Di Indonesia, devosi Jalan Salib biasanya dilaksanakan dengan membacakan doa pada setiap dari 14 perhentian yang melambangkan peristiwa-peristiwa sengsara Yesus. Selain itu, banyak umat juga melaksanakan prosesi Jalan Salib secara fisik dengan berpindah dari satu perhentian ke perhentian berikutnya, baik di dalam gereja, di halaman gereja, maupun di taman doa.

  • 20 Twibbon Jumat Agung 2025, Desain Menarik dan Bagus Dibagikan di Medsos

    20 Twibbon Jumat Agung 2025, Desain Menarik dan Bagus Dibagikan di Medsos

    Jakarta

    Hari ini, Jumat, 18 April 2025, umat Kristen memperingati wafatnya Yesus Kristus yang dikenal sebagai Jumat Agung. Ini menjadi momen penting penuh makna, yang bisa mengajarkan banyak hal tentang kehidupan.

    Salah satu cara paling sederhana untuk turut serta dalam perayaan tersebut ialah membagikan momen spesial ini di media sosial. Orang-orang bisa memposting foto pribadi yang sudah dihiasi dengan twibbon Jumat Agung 2025.

    Melalui bingkai foto digital yang detikers bagikan di media sosial, bisa menjadi upaya penyebaran semangat pengampunan, dan mengajak lebih banyak orang mengenang karya penyelamatan Tuhan.

    Namun pertanyaannya adalah apakah detikers sudah punya twibbon Jumat Agung 2025? Jika belum, mungkin bisa menggunakan salah satu dari 20 bingkai yang sudah detikINET kumpulkan dari berbagai sumber ini, Jumat (18/4/2025).

    Semua bingkai ini dapat diakses dan digunakan secara gratis ya. Silahkan dipilih bingkai digital yang menarik menurut kalian.

    Twibbon Jumat Agung 2025

    Twibbon ini cocok banget dibagikan ke media sosial seperti Instagram, Facebook, TikTok, dan X.com. Kalian juga bisa mempostingnya di story WhatsApp, atau menjadikannya sebagai foto profil.

    Cara Pakai Twibbon Jumat Agung 2025

    Untuk cara pasang Twibbon Jumat Agung sangat mudah. Cukup mengikuti langkah-langkah ini.

    Pilih salah satu link Twibbon.Setelah itu bisa langsung pilih foto pribadi yang ingin dimasukkan atau pilih ukuran twibbon-nya terlebih dahulu.Klik OK atau Lanjutkan.Foto yang dipilih akan muncul di twibbon. Di sini detikers bisa menyesuaikan fotonya sesuai selera masing-masing.Setelah itu cukup download.Buka media sosial, upload Twibbon yang sudah dibuat tadi dari galeri PC, laptop, atau HP.Kata-kata Penuh Makna Jumat Agung 2025Selamat Jumat Agung 2025. Semoga pengorbanan Kristus di salib menjadi kekuatan kita untuk hidup dalam kasih, pengampunan, dan iman yang teguh.Di hari yang kudus ini, mari kita renungkan kasih-Nya yang sempurna. Semoga Jumat Agung ini menumbuhkan kedamaian dan pengharapan dalam hatimu.Kasih-Nya tak bersyarat, pengorbanan-Nya tak terukur. Semoga Jumat Agung ini membawa damai dan sukacita yang dalam bagi kita semua.Jumat Agung bukan sekadar peringatan, tapi panggilan untuk hidup lebih dalam bersama Kristus. Selamat merenungkan kasih-Nya.Selamat Jumat Agung. Di tengah dunia yang kacau, salib-Nya tetap menjadi pusat pengharapan dan keselamatan.Hari ini kita diam sejenak, merenung dan bersyukur. Terima kasih, Tuhan, atas salib kasih-Mu. Selamat Jumat Agung 2025.Salib-Nya bukan akhir, tapi awal dari hidup yang baru. Selamat Jumat Agung, mari kita hidup dalam kemenangan-Nya.Semoga Jumat Agung 2025 membawa keteduhan dalam jiwamu dan harapan dalam perjalananmu.Hari ini kita diingatkan bahwa pengorbanan Yesus adalah untuk kita semua. Kiranya kita hidup seturut kasih-Nya.Dalam kesunyian salib, kita menemukan pengampunan dan pengharapan. Selamat Jumat Agung 2025.Hari ini kita mengenang salib-Nya-bukan karena kesedihan, tapi karena kasih-Nya yang begitu besar. Terima kasih, Tuhan Yesus.Yesus disalib bukan karena Ia lemah, tapi karena Ia memilih mengasihi sampai akhir. Jumat Agung penuh syukur dan renungan.

    (hps/hps)

  • Buka Pameran Misykat, Fadli Zon Bahas Sejarah Islam di Indonesia

    Buka Pameran Misykat, Fadli Zon Bahas Sejarah Islam di Indonesia

    Jakarta

    Menteri Kebudayaan Fadli Zon resmi membuka Pameran ‘Misykat: Cahaya Peradaban Islam’ di Museum Nasional Indonesia, Jakarta, Kamis, (17/4/2025).

    Pameran ini menampilkan lebih dari 300 artefak bersejarah, termasuk manuskrip Al-Qur’an kuno, batu nisan berinskripsi Arab, temuan arkeologi dari Sumatera Barat, serta seni rupa Islam kontemporer.

    “Ini bukan sekadar pameran benda, tapi juga narasi peradaban dan rekaman harmoni antara Islam dan budaya lokal yang telah berlangsung selama berabad-abad,” Fadli dalam keterangan tertulis, Jumat (18/4/2025).

    Dalam sambutannya, Fadli juga menyampaikan penemuan arkeologis penting yang menandai masuknya Islam ke Indonesia sejak abad ke-7 Masehi, menjadikan Indonesia sebagai salah satu wilayah awal penerima ajaran Islam di Asia Tenggara.

    Adapun temuan ini memperkuat narasi sejarah bahwa kedatangan Islam ke Indonesia tidak hanya melalui dakwah, tetapi juga melalui perdagangan dan pertukaran budaya.

    “Temuan koin dari situs Bongal, di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara menunjukkan bahwa Islam sudah hadir di Nusantara sejak tahun 79 Hijriah atau abad ke-7 Masehi,” ungkapnya.

    Ia menambahkan, penemuan arkeologis di situs Bongal menjadi salah satu sorotan utama pameran ini. Situs tersebut terletak di pantai barat Sumatera, sebuah kawasan yang dahulu menjadi pelabuhan penting dalam jalur perdagangan internasional.

    Selain koin Arab, ditemukan pula artefak dari Bizantium dan masa Kristen awal, menandakan kawasan tersebut telah terlibat dalam pertukaran lintas budaya sejak lama.

    Katalog ini diharapkan menjadi sumber rujukan penting untuk mendalami sejarah Islam di wilayah barat Nusantara, terutama dalam memahami bagaimana Islam berkembang secara damai dan mengakar dalam tradisi masyarakat lokal.

    “Ini adalah langkah penting dalam pelestarian warisan budaya Islam, sekaligus membuka ruang riset lebih luas bagi para akademisi dan arkeolog,” ucapnya.

    Sebagai bagian dari komitmen kebudayaan nasional, Fadli juga mengumumkan Indonesia akan menjadi tuan rumah Forum Kultural Dunia 2025 di Bali pada bulan September mendatang.

    “Forum ini akan menghadirkan pemimpin budaya dunia, akademisi, seniman, dan pengambil kebijakan untuk mendiskusikan masa depan diplomasi kebudayaan global,” paparnya.

    Forum tersebut akan mengusung tema ‘Kultur untuk Masa Depan’, mengangkat isu seperti kesehatan budaya, pelestarian warisan, dan inovasi dalam menghadapi tantangan global. Fadli berharap forum ini akan memperkuat posisi Indonesia sebagai epicentrum budaya dan peradaban di dunia.

    Lebih lanjut, Fadli menjelaskan Pameran Misykat menjadi tonggak penting dalam membangun kesadaran publik mengenai akar sejarah Islam di Indonesia. Lebih dari sekadar narasi masa lalu, pameran ini menampilkan wajah Islam yang penuh toleransi, dialog, dan harmoni budaya-sebuah wajah yang kini sangat relevan dalam konteks global.

    “Semoga pameran ini menjadi langkah besar untuk menegaskan peran Indonesia di panggung dunia sebagai pusat peradaban Islam yang damai, berilmu, dan berbudaya,” tutup Fadli.

    Sebagai informasi, dalam acara ini turut hadir Wakil Menteri Kebudayaan Giring Ganesha dan anggota DPR Denny ‘Cagur’.

    (akd/akd)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Makna Warna Liturgi Jumat Agung dan Malam Paskah dalam Tradisi Kristen

    Makna Warna Liturgi Jumat Agung dan Malam Paskah dalam Tradisi Kristen

    Jakarta, Beritasatu.com – Dalam tradisi Gereja Katolik dan berbagai denominasi Kristen lainnya, penggunaan warna liturgi memiliki makna simbolis yang kaya dan mendalam. Pada momen-momen besar dalam kalender liturgi, seperti Jumat Agung dan Malam Paskah, pemilihan warna bukanlah hal sembarangan. Warna liturgi mencerminkan suasana rohani dari misteri iman yang sedang dirayakan.

    Mengapa Warna Liturgi Penting dalam Ibadah Kristen?

    Warna liturgi digunakan untuk memperkuat pesan iman yang sedang direnungkan dalam perayaan gereja. Setiap warna mewakili tema spiritual tertentu, seperti pengorbanan, sukacita, pertobatan, atau kebangkitan.

    Dalam masa Pekan Suci, khususnya Jumat Agung dan Malam Paskah, dua warna yang digunakan secara khusus adalah merah dan putih, yang masing-masing membawa simbolisme yang kuat terkait sengsara dan kebangkitan Yesus Kristus.

    Makna Warna Liturgi pada Jumat Agung

    Jumat Agung adalah salah satu hari paling khusyuk dalam liturgi Kristen. Hari ini memperingati wafatnya Yesus Kristus di kayu salib, sebuah momen yang menjadi pusat penebusan umat manusia. Warna liturgi yang digunakan pada Jumat Agung adalah merah, warna yang melambangkan darah, penderitaan, dan pengorbanan.

    Menurut General Instruction of the Roman Missal Nomor 346, warna merah digunakan dalam perayaan sengsara Tuhan dan peringatan para martir. Merah menggambarkan darah Yesus yang tercurah sebagai wujud kasih-Nya yang tak terbatas.

    Warna ini juga menjadi lambang keberanian dan kesetiaan, karena pada hari itu umat diajak untuk merenungkan keberanian Kristus dalam menanggung salib demi keselamatan dunia.

    Penggunaan warna merah pada Jumat Agung membantu umat untuk masuk dalam suasana duka dan kontemplasi, sembari menyadari penderitaan Yesus membawa harapan dan keselamatan.

    Makna Warna Liturgi pada Malam Paskah

    Setelah Jumat Agung, umat Kristen merayakan Malam Paskah, yang merupakan puncak dari seluruh rangkaian Pekan Suci. Pada perayaan ini, warna liturgi yang digunakan adalah putih, warna yang melambangkan kebangkitan, kesucian, terang, dan kehidupan baru.

    Putih menjadi tanda sukacita atas kemenangan Yesus atas kematian. Dalam tradisi liturgi, putih digunakan untuk merayakan peristiwa-peristiwa besar yang membawa kabar gembira, seperti Natal dan Paskah. Dalam Malam Paskah, warna putih adalah lambang dari pengharapan baru yang diperoleh melalui kebangkitan Kristus.

    Seperti tertulis dalam Roma 6:4, “…sebagaimana Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru”. Warna putih menjadi seruan bagi umat untuk memperbarui hidup dan berjalan dalam terang kasih Tuhan.

    Simbolisme Warna Liturgi dan Pengaruhnya bagi Umat

    Kedua warna ini, merah pada Jumat Agung dan putih pada Malam Paskah, memiliki fungsi lebih dari sekadar dekorasi. Keduanya menjadi alat pengajaran visual dan pengingat rohani. Warna merah mengajak umat untuk merenungkan penderitaan Kristus, sementara warna putih menginspirasi sukacita dan semangat pembaruan hidup dalam Kristus yang bangkit.

    Dalam setiap liturgi, pemilihan warna turut membentuk suasana batin umat. Warna-warna ini membantu umat lebih mendalami makna spiritual dari perayaan yang sedang berlangsung dan mendorong pengalaman iman yang lebih dalam.

    Memahami makna warna liturgi pada Jumat Agung dan Malam Paskah adalah bagian dari penghayatan iman yang lebih utuh. Warna merah mengingatkan kita akan pengorbanan yang penuh kasih, sedangkan putih menguatkan iman kita akan kebangkitan dan hidup baru. Setiap warna liturgi menjadi pintu masuk bagi hati yang terbuka untuk mengalami kasih Allah secara lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari.

  • Memahami Perbedaan Wafat dan Kenaikan Isa Almasih

    Memahami Perbedaan Wafat dan Kenaikan Isa Almasih

    Jakarta, Beritasatu.com – Isa Almasih, yang dikenal juga sebagai Yesus Kristus, merupakan tokoh sentral dalam iman Kristen. Kisah hidup-Nya, mulai dari pengajaran, mukjizat, wafat, kebangkitan, hingga kenaikan ke surga, membawa pesan universal tentang kasih ilahi, pengorbanan, dan pengharapan.

    Dua peristiwa penting yang selalu dikenang oleh umat Kristen di seluruh dunia adalah Jumat Agung dan Hari Kenaikan. Keduanya menjadi bagian tak terpisahkan dari narasi keselamatan dalam ajaran Kristen. Meskipun sama-sama berkaitan dengan akhir kehidupan Yesus secara fisik di dunia, keduanya memiliki makna, suasana, dan pesan spiritual yang sangat berbeda.

    Wafat Isa Almasih: Puncak Pengorbanan di Jumat Agung

    Jumat Agung, yang jatuh pada hari Jumat sebelum Paskah, diperingati sebagai hari ketika Isa Almasih wafat disalibkan di Bukit Golgota, di luar kota Yerusalem. Peristiwa ini dianggap sebagai puncak dari penderitaan-Nya di dunia dan merupakan inti dari doktrin penebusan dosa dalam iman Kristen.

    Menurut catatan dalam keempat Injil (Matius, Markus, Lukas, Yohanes), sebelum disalibkan, Yesus mengalami berbagai bentuk siksaan fisik dan mental. Ia ditangkap di Taman Getsemani, diadili secara tidak adil oleh pemimpin Yahudi, kemudian diserahkan kepada penguasa Romawi, Pontius Pilatus.

    Meski Pilatus menyatakan tidak menemukan kesalahan pada Yesus, tekanan massa membuatnya akhirnya menjatuhkan hukuman salib. Yesus disalibkan bersama dua penjahat dan mengalami penderitaan yang luar biasa.

    Dalam saat-saat terakhir-Nya, Ia mengucapkan beberapa kalimat yang penuh makna spiritual, termasuk “Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lukas 23:34), serta “Sudah selesai” (Yohanes 19:30), yang menandakan misi penyelamatan-Nya telah dituntaskan.

    Bagi umat Kristen, wafat Isa Almasih bukan sekadar tragedi, melainkan pengorbanan besar yang membawa penebusan bagi dosa manusia. Melalui kematian-Nya, terbuka jalan rekonsiliasi antara manusia dan Allah.

    Jumat Agung menjadi hari refleksi mendalam, bukan hanya untuk mengenang penderitaan fisik Yesus, tapi juga sebagai momen spiritual untuk merenungkan kasih Allah yang tanpa syarat.

    Kenaikan Isa Almasih: Awal Misi dan Janji Kedatangan Kedua

    Hari Kenaikan, yang dirayakan 40 hari setelah Paskah, memperingati saat ketika Yesus naik ke surga di hadapan para murid-Nya, sebagaimana tercatat dalam Kisah Para Rasul 1:9–11 dan Lukas 24:50–53.

    Peristiwa ini terjadi setelah kebangkitan-Nya dari kematian, di mana selama 40 hari Ia masih menampakkan diri kepada para murid, mengajar mereka, dan meneguhkan iman mereka.

    Kenaikan ke surga menandai berakhirnya kehadiran fisik Yesus di bumi, tetapi bukan akhir dari pengaruh dan karya-Nya. Justru, ini adalah awal dari perutusan para murid untuk mewartakan kabar baik ke seluruh dunia.

    Sebelum naik ke surga, Yesus memberikan amanat agung: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk” (Markus 16:15).

    Dalam teologi Kristen, kenaikan Yesus juga menegaskan Ia kembali ke tempat asal-Nya, yaitu kemuliaan surgawi bersama Allah Bapa. Peristiwa ini memberi pengharapan Yesus akan datang kembali kelak dalam kemuliaan untuk menghakimi dunia dan menyempurnakan Kerajaan Allah. Oleh karena itu, hari Kenaikan Isa Almasih dipandang sebagai perayaan iman dan harapan, bukan kesedihan.

    Perbedaan Makna Spiritual

    Secara spiritual, Jumat Agung dan Hari Kenaikan Yesus Kristus menyampaikan dua pesan berbeda tetapi saling melengkapi. Jumat Agung menggambarkan kerendahan hati, penderitaan, dan pengorbanan. Ini adalah saat umat Kristen diajak untuk mengenang betapa dalam kasih Tuhan yang rela mati bagi umat-Nya.

    Sementara itu, Kenaikan adalah peristiwa yang penuh dengan kemenangan dan kemuliaan. Ia menegaskan kematian bukan akhir, dan Yesus Kristus hidup dan memerintah bersama Allah. Hal itu memberikan harapan kepada umat kehidupan kekal bukan hanya janji kosong, melainkan realitas yang menanti.

    Wafat dan Kenaikan Isa Almasih merupakan dua pilar penting dalam iman Kristen. Keduanya memperlihatkan sisi manusiawi dan ilahi dari Yesus Kristus, yang rela menderita, tetapi juga ditinggikan dalam kemuliaan. Melalui wafat-Nya, umat menerima pengampunan. Melalui kenaikan-Nya, umat menerima pengharapan. Dengan merenungkan kedua peristiwa ini, umat Kristen diajak untuk hidup dalam kasih, menjadi saksi iman, dan tetap setia menantikan janji kedatangan-Nya yang kedua kalinya.

  • Kisah Wafat Isa Almasih yang Diperingati pada Jumat Agung

    Kisah Wafat Isa Almasih yang Diperingati pada Jumat Agung

    Jakarta, Beritasatu.com – Jumat Agung merupakan salah satu hari paling sakral dalam kalender liturgi Kristen. Hari itu diperingati untuk mengenang wafatnya Isa Almasih, yang dalam Kristen dikenal sebagai Yesus Kristus, di kayu salib.

    Lebih dari sekadar catatan sejarah, Jumat Agung merupakan momen spiritual yang penuh makna, mewakili penderitaan, pengorbanan, kasih, dan harapan akan penebusan dosa.

    Dalam liturgi Kristen, Jumat Agung adalah bagian dari rangkaian Pekan Suci yang berpuncak pada perayaan Paskah, hari kebangkitan Kristus.

    Pada hari inilah umat Kristiani diajak untuk merenungkan penderitaan Yesus sebagai bentuk kasih-Nya kepada umat manusia, serta meneguhkan iman akan pengampunan dan keselamatan.

    Peristiwa Penyaliban Isa Almasih

    Kisah penyaliban Yesus Kristus merupakan bagian sentral dalam kepercayaan Kristen. Menurut catatan Injil dalam Perjanjian Baru (terutama dalam Matius 26–27, Markus 14–15, Lukas 22–23, dan Yohanes 18–19), peristiwa ini terjadi di wilayah Yudea pada abad pertama, kemungkinan besar antara 30 hingga 33 Masehi.

    Setelah mengadakan Perjamuan Terakhir bersama para murid-Nya, yang juga menjadi momen institusi Ekaristi dalam tradisi Kristen, Yesus pergi ke Taman Getsemani untuk berdoa. Di sanalah Ia kemudian ditangkap oleh para prajurit atas perintah otoritas Yahudi, dengan pengkhianatan dari salah satu murid-Nya, Yudas Iskariot.

    Yesus diadili oleh Sanhedrin (majelis Yahudi) dengan tuduhan menghujat Tuhan karena mengaku sebagai anak Allah. Karena hukum Yahudi tidak memperbolehkan eksekusi mati, Yesus diserahkan kepada otoritas Romawi.

    Pontius Pilatus, gubernur Romawi saat itu, meskipun tidak menemukan kesalahan fatal, akhirnya tunduk pada desakan massa dan memutuskan penyaliban sebagai bentuk hukuman.

    Penyaliban dilakukan di Golgota (yang berarti tempat tengkorak), sebuah bukit di luar tembok Kota Yerusalem. Yesus disalibkan di antara dua penjahat, menegaskan Ia dianggap sebagai kriminal oleh hukum dunia saat itu.

    Makna Ucapan Terakhir dan Kematian-Nya

    Selama disalibkan, Injil mencatat tujuh perkataan terakhir Yesus, yang masing-masing memiliki makna teologis mendalam.

    Di antaranya adalah permohonan pengampunan bagi para algojo-Nya, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat,”(Lukas 23:34), dan penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku” (Lukas 23:46).

    Yesus wafat sekitar pukul tiga sore pada hari Jumat, menjelang Sabat Yahudi. Istilah “Agung” atau “Suci” disematkan untuk menandai kesakralan hari ini dalam iman Kristen. Setelah kematian-Nya, seorang anggota Sanhedrin bernama Yusuf dari Arimatea meminta izin kepada Pilatus untuk menguburkan tubuh-Nya. Tubuh Yesus dibaringkan di dalam sebuah makam batu yang baru, yang terletak di dekat lokasi penyaliban.

    Dalam liturgi Gereja, Jumat Agung diisi dengan ibadat khusus yang khusyuk, termasuk pembacaan kisah sengsara Kristus, penghormatan salib, dan doa syafaat bagi dunia.

    Makna Teologis Kematian Yesus

    Bagi umat Kristen, kematian Yesus di kayu salib bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari karya penyelamatan Allah bagi umat manusia.

    Paulus, salah satu tokoh utama dalam Perjanjian Baru, menulis dalam suratnya kepada jemaat di Roma (Roma 5:8), “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa”.

    Penyaliban dipandang sebagai bentuk pengorbanan ilahi untuk menebus dosa umat manusia. Oleh karena itu, Jumat Agung menjadi hari kontemplasi yang mendalam, menandai betapa besar kasih Tuhan yang rela mengorbankan Putra-Nya demi keselamatan umat-Nya.

    Peringatan Jumat Agung bukan sekadar mengenang peristiwa tragis, melainkan momen iman yang menggugah kesadaran akan kasih dan pengorbanan sejati. Wafat Isa Almasih di kayu salib diyakini sebagai wujud nyata cinta Tuhan kepada manusia, menghapus dosa dan membuka jalan menuju keselamatan kekal.

  • Peristiwa Apa yang Terjadi pada Jumat Agung?

    Peristiwa Apa yang Terjadi pada Jumat Agung?

    Jakarta, Beritasatu.com – Jumat Agung adalah hari yang sangat sakral dan penuh makna bagi umat kristiani di seluruh dunia. Diperingati setiap Jumat sebelum Minggu Paskah, Jumat Agung merupakan momen penting dalam kalender liturgi Gereja yang menandai peristiwa wafatnya Yesus Kristus di kayu salib.

    Meski suasananya penuh duka, hari ini justru disebut “agung” karena pengorbanan Kristus diyakini sebagai puncak kasih Allah bagi umat manusia (Yohanes 3:16).

    Apa Itu Jumat Agung?

    Jumat Agung, yang dalam tradisi gereja juga dikenal sebagai Jumat Suci atau Jumat Hitam, adalah bagian dari rangkaian Trihari Suci Paskah (Triduum Paskah), bersama dengan Kamis Putih dan Sabtu Suci. Perayaan ini bukan hanya mengenang penderitaan Yesus secara historis, melainkan juga menjadi saat refleksi dan permenungan atas kasih-Nya yang luar biasa.

    Istilah “agung” dalam Jumat Agung mengandung makna mendalam. Walaupun Yesus harus mengalami penderitaan hebat hingga wafat, kematian-Nya adalah jalan menuju penebusan dosa manusia dan awal dari kehidupan baru yang dipenuhi harapan akan kebangkitan (Roma 5:8-10).

    Peristiwa Penting yang Terjadi pada Jumat Agung

    Jumat Agung memperingati beberapa peristiwa penting dalam kisah sengsara Yesus, yang dicatat dalam Injil Matius pasal 26–27, Markus 14–15, Lukas 22–23, dan Yohanes 18–19 seperti berikut ini.

    1. Penangkapan di Taman Getsemani

    Setelah Perjamuan Terakhir, Yesus berdoa di Taman Getsemani (Matius 26:36-46). Di tempat inilah Ia ditangkap oleh para prajurit atas pengkhianatan Yudas Iskariot (Matius 26:47-56).

    2. Pengadilan dan hukuman mati

    Yesus diadili secara tidak adil oleh Mahkamah Agama Yahudi dan kemudian dibawa ke hadapan Gubernur Romawi Pontius Pilatus. Meskipun Pilatus tidak menemukan kesalahan dalam diri-Nya (Lukas 23:4), dia akhirnya menyerahkan Yesus untuk disalibkan karena tekanan massa (Markus 15:15).

    3. Siksaan dan penyaliban

    Yesus dicambuk, dikenakan mahkota duri, dan diejek (Matius 27:27-31). Ia memikul salib menuju Bukit Golgota dan disalibkan di sana (Yohanes 19:17-18). Bahkan dalam penderitaan-Nya, Ia tetap mengampuni, “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat”. (Lukas 23:34)

    4. Wafat dan penguburan

    Sekitar pukul tiga sore, Yesus berseru, “Sudah selesai” dan menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa (Yohanes 19:30). Tubuh-Nya dimakamkan oleh Yusuf dari Arimatea (Matius 27:57-61), dan peristiwa ini menjadi awal dari penantian akan kebangkitan.

    Makna Jumat Agung bagi Umat Kristiani

    Jumat Agung mengajarkan kasih dan pengampunan adalah inti dari iman Kristen. Dalam penderitaan dan kematian Yesus, umat kristiani diingatkan keselamatan tidak datang tanpa pengorbanan. Namun, dari penderitaan itu juga muncul harapan akan kebangkitan dan hidup kekal (1 Petrus 2:24).

    Hari ini menjadi pengingat akan kasih yang tak terbatas dari Allah dan undangan bagi setiap orang untuk meneladani Yesus dalam hal kasih, kerendahan hati, dan pengampunan. Jumat Agung bukanlah akhir, tetapi bagian dari perjalanan menuju kemenangan Paskah, yang mana hidup mengalahkan maut dan terang mengusir kegelapan.

  • Bernasib Tragis, Warga Palestina Meninggal 3 Hari sebelum Dibebaskan dari Penjara Israel – Halaman all

    Bernasib Tragis, Warga Palestina Meninggal 3 Hari sebelum Dibebaskan dari Penjara Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Nasib buruk menimpa Musab Hassan Adili (20), seorang warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.

    Adili meninggal Rabu malam, (16/4/2025), atau tiga hari sebelum dijadwalkan dibebaskan oleh Israel.

    Kantor berita Wafa melaporkan Adili berasal dari Desa Osarin, selatan Kota Nablus, Tepi Barat, dan meninggal di Rumah Sakit Soroka.

    Komisi Urusan Tahanan dan Eks Tahanan beserta Masyarakat Tahanan Palestina (PPS) menyebut Adili sudah ditahan sejak 22 Maret 2024. Dia dijatuhi hukuman penjara tiga belas bulan.

    Menurut komisi itu dan PPS, kematian Adili menambah daftar tahanan yang meninggal karena kejahatan yang di dalam sistem penjara Israel.

    Kini jumlah tahanan Palestina yang meninggal atau tewas sejak perang di Jalur Gaza meletus mencapai 64 orang.

    Jumlah itu adalah yang bisa diketahui. Setidaknya 40 dari mereka berasal dari Gaza.

    Kedua organisasi itu meminta lembaga HAM dunia untuk mengambil keputusan guna meminta pertanggungjawaban para pemimpin Israel yang diduga terlibat dalam kejahatan perang.

    Kepala RS di Gaza dilaporkan disiksa

    Sementara itu, Dr. Hussam Abu Safiya yang menjadi Kepala Rumah Sakit (RS) Kamal Adwan di Gaza dilaporkan disiksa di penjara Israel.

    Pengacara Abu Safiya, Gheed Qassem, menyebut tulang rusuk dokter itu patah karena siksaan dari beberapa interogator Israel.

    Menurut Qassem, siksaan itu dilakukan agar Abu Safiya bersedia membuat kesaksian palsu yang akan digunakan Israel untuk melawan dia.

    Meski mendapaat siksaan, Qassem menolak untuk membuat kesaksian palsu apa pun.

    Sejak dokter itu dipenjara, berat badannya telah berkurang lebih dari 20 kg. Dia menderita sejumlah masalah kesehatan.

    Abu Safiya ditangkap Pasukan Pertahanan Israel (IDF) saat Israel menyebut RS Kamal Adwan pada bulan Desember 2024.

    Israel sudah lama dilaporkan melakukan kejahatan perang terhadap para pekerja kesehatan, termasuk menyerang fasilitas kesehatan.

    Salah satu RS yang diserang Israel adalah RS Kristen Al Ahli di Gaza. RS itu dibom Israel saat Minggu Palma tanggal 13 April lalu.

    Israel bunuh 15 tenaga kesehatan

    Beberapa waktu lalu IDF akhirnya mengakui para tentaranya membuat kesalahan karena membunuh lima belas tenaga kesehatan (nakes) di Gaza pada 23 Maret lalu.

    Meski demikian, IDF mengklaim beberapa di antara nakes itu punya kaitan dengan kelompok Hamas.

    Peristiwa pembunuhan itu terjadi di dekat Kota Rafah, Gaza selatan. Awalnya, konvoi ambulans Bulan Sabit Palestina (PRCS), sebuah mobil PBB, dan truk pemadam kebakaran dari Pertahanan Sipil Gaza ditembaki IDF.

    BBC melaporkan Israel awalnya mengklaim IDF melepaskan tembakan konvoi itu mendekat dan “mencurigakan”. Tidak ada sinar lampu depan di mobil.

    Selain itu, Israel mengklaim pengerahan kendaraan itu belum dikoordinasi atau disetujui oleh IDF.

    Akan tetapi, pernyataan Israel itu terbantahkan oleh rekaman dari ponsel salah satu nakes yang tewas. Rekaman tersebut memperlihatkan kendaraan-kendaraan itu memliki lampu. Para nakes menjawab panggilan untuk membantu korban luka.

    Awalnya video tersebut dibagikan oleh media kenamaan asal Amerika Serikat (AS), The New York Times. Video itu memperlihatkan kendaraan melaju. Lalu, tanpa ada peringatan, kendaraan itu mulai ditembaki.

    Video itu berdurasi sekitar 5 menit. Seorang nakes yang bernama Refat Radwan terdengar mengucapkan doa terakhirnya sebelum para tentara Israel mendekati kendaraan.

    Adapun pada Sabtu kemarin, IDF menyampaikan pernyataan kepada wartawan. IDF mengklaim tentaranya sebelumnya menembaki satu mobil yang berisi tiga anggota Hamas.

    Ketika ambulans mendekati tempat kejadian, pemantau dari udara menginformasikan kepada tentara bahwa konvoi kendaraan itu “melaju dengan mencurigakan”.

    Tatkala ambulans berhenti di samping mobil yang diduga berisi anggota Hamas itu, tentara Israel berasumsi mereka sedang terancam sehingga melepaskan tembakan. Padahal, tidak ada bukti satu pun nakes memegang senjata.

    Sebelumnya, Israel mengakui laporan mengenai kendaraan mendekat tanpa lampu itu tidak akurat. Laporan itu punya kaitan dengan pasukan yang terlibat penembakan.

    Salah satu nakes yang selamat berkata kepada BBC, ambulans itu menyalakan lampu. Dia membantah rekan-rekannya punya kaitan dengan kelompok militan apa pun.

    Video rekaman memperlihatkan ambulans diberi tanda dengan jelas. Di samping itu, para nakes mengenakan seragam yang memantulkan cahaya.

    Pejabat Israel mengatakan jenazah 15 nakes itu dikubur di dalam pasir oleh tentara Israel untuk melindungi mereka dari hewan liar.