agama: Kristen

  • Hasil Forensik Ungkap Rangkaian Tewasnya Mahasiswa UKI, Menguatkan Tidak Adanya Unsur Pidana? – Halaman all

    Hasil Forensik Ungkap Rangkaian Tewasnya Mahasiswa UKI, Menguatkan Tidak Adanya Unsur Pidana? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dokter Forensik RS Polri, Arfiana Ika Kusumawati, mengungkap sejumlah temuan dalam pemeriksaan jasad Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI), Khenza Ezra Walewangko.

    Hasil otopsi dokter forensik mengungkap adanya luka terbuka di bagian kepala dan kandungan alkohol dalam dosis tinggi di lambung korban.

    “Alkohol yang dikonsumsi oleh korban itu kan ditemukan dosisnya  sangat tinggi di lambung. Tapi dosisnya sangat rendah di darah  itu berarti korban tersebut mengonsumsi alkohol yang dalam jumlah besar yang dan menurunkan kesadarannya,” ujar Arfiana, Kamis (24/4/2025).

    Arfiana menyebut jika luka yang ada di kepala, serta pengaruh alkohol dalam tubuh korban memang saling mempengaruhi.

    Terlebih, lanjut Arfiana, korban diketahui sempat terjatuh ke dalam selokan. 

    Dengan kondisi tubuh yang sudah dalam pengaruh alkohol, dan juga posisi ketika terjatuh, serta adanya luka terbuka di kepala, maka ini menjadi rangkaian yang menyebabkan kematian korban.

    “Jadi makanya saya pikir meninggalnya adalah karena mekanisme dia susah bernafas. Pada saat dia posisi terjatuh ditambah lagi pengaruh alkohol, ditambah lagi ternyata ketika beliau terjatuh ada luka di kepala yang tadi saya sebutkan,” ucap Arfiana.

    “Memang ada luka terbuka, tapi kalau luka tersebut berdiri sendiri itu tidak menyebabkan kematian, tapi ini merupakan suatu rangkaian seperti itu,” jelasnya.

    Pada saat itu, korban diangkat dari selokan oleh dua orang saksi yaitu WS dan AJW, yang merupakan sekuriti. 

    Mereka melihat langsung jaraknya kurang lebih 1,5 meter sampai 2 meter dari korban.

    Penyebab Temuan Darah di TKP Tak Bisa Diperiksa

    Temuan darah di Tempat Kejadian Perkara (TKP) tewasnya mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI), Kenzha Ezra Walewangko, sejatinya bisa menjadi petunjuk lain dalam pengungkapan kasus.

    Sayang, temuan darah di paralon yang berada di sekitar lokasi korban ditemukan tewas itu menjadi ‘jalan buntu’ bagi kepolisian.

    Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Nicolas Ary Lilipaly, mengatakan jika sejatinya pihak kepolisian sudah mendapatkan beberapa sampel untuk dianalisis.

    “Lima buah sampel darah yang diambil dari pipa paralon, yang berada di selokan tempat korban jatuh dilakukan pemeriksaan DNA dan mendapatkan hasil bahwa pada swab tersebut terdapat darah tetapi tidak berhasil dianalisis karena mengalami kerusakan DNA,” ujar Nicolas, Kamis (24/4/2025).

    Hal tersebut, lanjut Nicolas, dikarenakan bukti darah yang ditemukan itu sudah bercampur dengan air hujan.

    “Kami jelaskan disini bahwa memang pada saat itu kondisi cuaca pada saat itu juga hujan. Jadi ini yang menyebabkan pemeriksaan DNA tidak mendapatkan hasil yang maksimal,” ungkapnya.

    Kasus Dihentikan

    Sebelumnya, Polres Metro Jakarta Timur menghentikan penyelidikan kasus Kenzha Erza Walewangko (22) mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) yang meninggal di area kampus pada Selasa (4/3/2025). 

    Kasus itu teregister dengan nomor LP/B/794/III/2025/SPKT/Polres Metro Jakarta Timur/Polda Metro Jaya tertanggal 5 Maret 2025 atas nama pelapor Roparulian Evander Ellia Napitupulu.

    Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly mengatakan kasus kematian Kenzha Erza Walewangko tidak dapat ditingkatkan penyelidikannya ke tahap penyidikan karena tidak ditemukan unsur pidana.

    “Untuk itu penyelidik akan menghentikan proses ini dan melengkapi administrasinya,” ungkapnya kepada wartawan, Kamis (24/4/2025).

    Nicolas berujar penyelidikan dihentikan setelah petugas melakukan gelar perkara.

    Gelar perkara dilaksanakan pada Selasa (15/4/2025) mengundang pihak eksternal bagian wassidik Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Propam Polda Metro Jaya, Itwasda Polda Metro Jaya, dan Bidkum Polda Metro Jaya 

    “Penyelidik menyajikan semua data dan fakta hasil penyelidikan berupa keterangan saksi-saksi, ahli pidana dan ahli kedokteran forensik, yang diperkuat dengan hasil autopsi oleh Rumah Sakit Polri,” ujar Nicolas.

  • Kapolres Jaktim Pastikan Kasus Kematian Mahasiswa UKI Ditangani secara Profesional
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        26 April 2025

    Kapolres Jaktim Pastikan Kasus Kematian Mahasiswa UKI Ditangani secara Profesional Megapolitan 26 April 2025

    Kapolres Jaktim Pastikan Kasus Kematian Mahasiswa UKI Ditangani secara Profesional
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Kapolres Jakarta Timur Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly memastikan pihaknya menangani kasus kematian Kenzha Ezra Walewangko (22) secara profesional.
    Hal itu disampaikan Lilipaly usai ia dan jajarannya dilaporkan ke Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri terkait penutupan kasus kematian mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) tersebut.
    “Kami tegaskan di sini, bahwa penyelidik Polrestro Jakarta Timur dalam menangani kasus tewasnya KEW dilakukan secara profesional dan transparan,” kata Nicolas dalam keterangannya, Sabtu (26/4/2025).
    Pada prosesnya, polisi telah melangsungkan tahap penyelidikan secara transparan dengan mendatangkan ahli untuk menjelaskan penyebab kematian korban.
    “Penyelidik Polres Jaktim juga telah berusaha secara maksimal untuk mengambil keterangan saksi sebanyak 47 orang,” ujar Nicolas.
    Dan dalam penyelidikan ini, pihaknya bertemu mendapat kesimpulan bahwa kasus ini bukan termasuk ke dalam tindak pidana.
    Oleh karena itu, Nicolas berujar, pelaporan yang dibuat keluarga korban atas keputusan penyelidikan ini menjadi hak mereka sepenuhnya.
    “Nanti pihak Propam Polri yang akan menindaklanjuti laporan mereka tersebut, apakah penyelidik sudah melaksanakan tugasnya sesuai hukum dan SOP yang berlaku atau tidak,” tuturnya.
    Sebelumnya diberitakan, Nicolas dan jajarannya dilaporkan keluarga Kenzha lewat kuasa hukum Manotar Tampubolon ke Propam Polri, Jumat (25/4/2025).
    Pelaporan dilandasi karena keluarga menilai Polres Jakarta Timur tidak serius dalam mengusut dugaan pengeroyokan yang mengakibatkan tewasnya Kenzha.
    Keluarga meyakini, ada beberapa saksi utama yang justru belum diperiksa kepolisian.
    “Sementara ada beberapa saksi kunci yang hingga saat ini belum diperiksa oleh penyidik Polres Jakarta Timur, yang melihat kejadian dan ada di TKP saat itu,” tutur Manotar, Jumat.
    Laporan ini tercatat dengan nomor SPSP2/001832/IV/2025/BAGYANDUAN.
    Sementara itu, Polres Jakarta Timur menyatakan tidak ada unsur pidana dalam kematian Kenzha.
    Hal ini disampaikan dalam jumpa pers yang digelar pada Kamis (24/4/2025).
    “Dugaan tindak pidana penganiayaan secara bersama-sama dan atau penganiayaan dan atau kelalaian yang menyebabkan kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 170 KUHP dan atau Pasal 351 KUHP dan atau Pasal 359 KUHP. Tidak dapat ditingkatkan penyelidikannya ke tahap penyidikan,” ujar Nicolas, Kamis.
    Nicolas menjelaskan, kesimpulan tersebut diambil berdasarkan gelar perkara yang melibatkan Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Bid Propam, Polda Metro Jaya, Itwasda Polda Metro Jaya, serta Bitkum dan dokter forensik.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Momen Sejarah: Paus Fransiskus Pernah Basuh Kaki 12 Napi Perempuan

    Momen Sejarah: Paus Fransiskus Pernah Basuh Kaki 12 Napi Perempuan

    Jakarta, CNBC Indonesia   Dalam sebuah momen yang sarat makna dan simbolis, Paus Fransiskus mencatat sejarah pada Kamis Putih 28 Maret 2024, dengan membasuh kaki 12 narapidana perempuan di Penjara Rebibbia, Roma. Ini menjadi kali pertama seorang Paus secara resmi melakukan ritus pembasuhan kaki kepada kelompok yang sepenuhnya terdiri dari perempuan.

    Upacara ini merupakan bagian dari tradisi Kamis Putih dalam pekan suci Paskah, yang meniru tindakan Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya sebagai lambang kerendahan hati dan pelayanan. Dalam suasana hening dan penuh haru, Paus yang meski terbatas secara fisik dan menggunakan kursi roda tetap melakukan dedikasi pelayanannya dengan membasuh dan mencium kaki para narapidana, banyak di antaranya tampak menangis tersentuh.

    Tindakan ini mempertegas komitmen Paus Fransiskus terhadap nilai inklusivitas dan belas kasih. Sejak awal masa kepausannya pada 2013, ia telah dikenal luas karena mendobrak tradisi dan mendekatkan Gereja kepada mereka yang terpinggirkan, termasuk narapidana, pengungsi, dan kaum miskin.

    Pembasuhan kaki terhadap perempuan secara resmi mulai diperbolehkan sejak 2016 setelah Paus mengubah regulasi liturgis, namun peristiwa tahun ini menjadi yang pertama dalam sejarah Kamis Putih di mana seluruh peserta ritus adalah perempuan. Ini menandai babak baru dalam perkembangan simbolik dan pastoral Gereja Katolik.

    Upacara ini menjadi pengingat kuat bahwa inti pelayanan Kristen bukan terletak pada kekuasaan atau posisi, tetapi pada kasih yang diwujudkan dalam tindakan nyata kepada mereka yang paling dilupakan.

  • Pemakaman Paus Fransiskus Digelar Hari Ini, 500 Ribu Orang Diprediksi Padati Lapangan Santo Petrus – Halaman all

    Pemakaman Paus Fransiskus Digelar Hari Ini, 500 Ribu Orang Diprediksi Padati Lapangan Santo Petrus – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Prosesi pemakaman Paus Fransiskus akan berlangsung di Lapangan Santo Petrus di Kota Vatikan pada hari ini, Sabtu (26/4/2025) pukul 10.00 waktu setempat atau 15.00 WIB.

    Diperkirakan sebanyak 200.000 hingga 500.000 orang akan turun ke Lapangan Santo Petrus di Kota Vatikan untuk memberikan penghormatan kepada Paus Fransiskus.

    Dikutip dari The New Zealand Herald, setidaknya 130 pelayat merupakan kepala negara dan delegasi dari seluruh dunia.

    Upacara pemakaman akan dimulai pada pukul 10 pagi waktu setempat, mengikuti rencana yang ditetapkan oleh Ritus Pemakaman Paus Roma – sebuah dokumen setebal 20 halaman yang dijuluki Gembala Seluruh Kawanan Tuhan.

    Ibadah tersebut, yang diperkirakan akan dilakukan sepenuhnya dalam bahasa Latin, akan berlangsung sekitar dua setengah jam dan akan dipimpin oleh dekan Dewan Kardinal, Kardinal Giovanni Battista Re yang berusia 91 tahun.

    Khotbah akan memberi penghormatan kepada kehidupan Paus Fransiskus.

    Upacara pemakaman Paus Fransiskus akan lebih sederhana dibandingkan dengan upacara pemakaman Paus sebelumnya, mengikuti instruksi yang ia tetapkan sendiri.

    Namun, sebagai kepala negara dan pemimpin lebih dari satu miliar umat Katolik di seluruh dunia, itu akan tetap menjadi tontonan upacara dan tradisi.

    Rincian Jadwal Pemakaman

    Diberitakan BBC, para uskup agung dan uskup akan mulai berkumpul pada pukul 08.30 waktu setempat di Constantine Wing, koridor yang berdekatan dengan Basilika Santo Petrus.

    Pada saat yang sama, para pendeta Katolik akan berkumpul di Lapangan Santo Petrus.

    Setengah jam kemudian, pada pukul 09.00 waktu setempat, para patriark gereja Ortodoks dan para kardinal akan berkumpul di Kapel Saint Sebastian, di dalam basilika, tempat jenazah Paus Yohanes Paulus II disemayamkan.

    Mereka akan berjalan dalam prosesi pemakaman sambil mengiringi peti jenazah Paus, yang telah menghabiskan empat hari terakhir di tengah Basilika Santo Petrus.

    Upacara pemakaman dimulai pukul 10.00 waktu setempat saat peti jenazah dibaringkan di alun-alun di depan Basilika Santo Petrus.

    Ibadah akan dipimpin oleh dekan Dewan Kardinal, Kardinal Giovanni Battista Re.

    Para tamu dan pejabat tinggi akan duduk lebih dekat ke basilika dan peti jenazah, bersama ribuan pendeta dan anggota masyarakat lainnya di dalam dan sekitar Lapangan Santo Petrus, mirip dengan pemakaman Paus Benediktus XVI.

    Ibadah akan diakhiri dengan doa untuk Paus Fransiskus dan pujian terakhir – doa penutup di mana Paus akan secara resmi dipercayakan kepada Tuhan.

    Ini menandai dimulainya masa berkabung selama sembilan hari yang disebut Novemdiales dengan misa yang diadakan setiap hari untuk mengenangnya.

    Paus Fransiskus Mengubah Tradisi

    Secara tradisi, jenazah Paus akan dikubur sehari sebelum pemakaman dalam tiga peti mati bertingkat, terbuat dari cemara, timah, dan kayu ek.

    Peti mati dari kayu cemara melambangkan kerendahan hati dan kematian; peti mati dari kayu ek bagian luar, merupakan tanda “martabat dan kekuatan”, dan peti mati timah dilas untuk mengawetkan jenazah dan mencegah kerusakan.

    Namun, tahun lalu, Paus Fransiskus meminta agar ia dimakamkan di peti mati kayu yang lebih sederhana dengan bagian dalam seng.

    Ini adalah peti mati yang akan terlihat dalam upacara pemakaman.

    MISA REQUIEM – Umat Katolik mengikuti Misa Requiem Pope Francis di Gereja Katedral, Jakarta, Kamis (24/4/2025). Misa tersebut dilaksanakan untuk mendoakan Paus Fransiskus yang wafat pada Senin 21 April 2025 di Vatikan. (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

    Menurut Monsignor Diego Ravelli, pemimpin upacara liturgi Vatikan, permintaan tersebut menekankan “bahkan lebih lagi bahwa pemakaman Paus Roma adalah pemakaman seorang gembala dan murid Kristus dan bukan pemakaman seorang manusia berkuasa di dunia ini”.

    Sebagai informasi, Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin (21/4/2025) dalam usia 88 tahun.

    Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan itu meninggal karena stroke yang membuatnya koma dan menyebabkan gagal jantung.

    Sebelum meninggal, Paus Fransiskus berbicara berkali-kali tentang konflik di Gaza dan terus berhubungan dengan sekelompok orang Kristen Palestina di Jalur Gaza.

    Hal ini sebagaimana diungkapkan Pastor Gabriel Romanelli, seorang pendeta di Gereja Keluarga Kudus ritus Latin di Gaza.

    Ia mengatakan kepada BBC Newshour bahwa Paus Fransiskus menelepon mereka setiap hari selama lebih dari satu setengah tahun untuk memeriksa keselamatan mereka – dan bahkan mempelajari beberapa frasa bahasa Arab.

    “Ia (Paus Fransiskus) memanggil kami dan memberikan berkat. Ia mengucapkan terima kasih atas doa-doa kami untuknya.”

    “Tidak mudah untuk tinggal di sini,” kata Romanelli, Selasa (22/4/2025), dilansir BBC.

    “Jadi sebagai seorang pendeta di sini, merasakan kedekatan dengan Paus sendiri bagi kami merupakan tanda yang sangat jelas dan sangat kuat akan belas kasihan Tuhan dan dorongan untuk melayani Tuhan di Gereja-Nya,” ungkapnya.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Paus Fransiskus Wafat

  • 1.000 Lilin Duka untuk Paus Fransiskus di Taman Doa Kristus Raja Maumere

    1.000 Lilin Duka untuk Paus Fransiskus di Taman Doa Kristus Raja Maumere

    Vatikan mengumumkan bahwa Paus Fransiskus akan dimakamkan pada hari Sabtu (26/4/2025). Jenazah Paus Fransiskus dipindahkan ke Basilika Santo Petrus pada hari Rabu (23/4) pukul 09.00 waktu setempat untuk disemayamkan, lalu dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore pada hari Sabtu (26/4) pukul 10.00 pagi.

    Peti jenazah yang berisi jenazah Paus Fransiskus dibawa dari kapel Casa Santa Marta ke Basilika Santo Petrus. Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo Gereja Roma Suci, memimpin upacara pemindahan pada tanggal 23 April, yang dimulai pukul 09.00 dengan doa bersama.

    Sebagai bagian dari “Novemdiales,” sembilan hari berkabung tradisional, misa akan dilaksanakan pada Minggu (27/4/2025) di Lapangan Santo Petrus. Misa ini akan terus berlangsung setiap hari pada pukul 17.00 mulai hari Senin (21/4), memberikan kesempatan kepada umat untuk bersatu dalam doa untuk kedamaian abadi Bapa Suci.

    Paus Fransiskus akan dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore. Basilika Santa Maria Maggiore yang terletak di puncak Bukit Esquiline merupakan ikon Kota Roma selama lebih dari 1.600 tahun. Tempat ini jadi salah satu dari empat Basilika Kepausan terpenting di Roma dan dikenal sebagai tempat suci bagi Maria serta pusat kelahiran seni Kristen.

    Basilika ini juga menyimpan ikon Maria paling sakral di Roma, Salus Populi Romani, yang diyakini berasal dari Santo Lukas. Paus Fransiskus selalu datang berdoa di hadapan ikon ini sebelum dan setelah perjalanan apostoliknya.

    Sudah ada tujuh Paus yang dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore. Mulai dari Paus Honorius III (pontifikat: 1216-1227), Paus Nikolas IV (1288-1292), Paus Pius V (1566-1572), Paus Sixtus V (1585-1590), Paus Klemens VIII (1592-1605), Paus Paulus V (1605-1621), dan Paus Klemens IX (1667-1669).

  • Jalankan Tridharma Perguruan Tinggi, Mahasiswa UKI Bagikan Ratusan Paket Beras ke Warga – Halaman all

    Jalankan Tridharma Perguruan Tinggi, Mahasiswa UKI Bagikan Ratusan Paket Beras ke Warga – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) tergabung dalam Gerakan Keluarga Besar Mahasiswa UKI (GKBM UKI) membagikan 500 paket beras kepada warga sekitar kampus dan pengemudi daring (ojol).

    Pembagian paket berisi empat kilogram ini digelar di depan Gedung UKI, Jalan Mayjen Sutoyo, Cawang, Jakarta Timur, pada Jumat (25/4/2025).

    Pembagian paket beras ini menjadi bagian dari upaya mahasiswa untuk melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi, yang mencakup pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

    Ketua Panitia Acara sekaligus mahasiswa Fakultas Teknik UKI, Yukenriusman Hulu, menjelaskan pembagian paket beras ini menjadi bagian dari upaya mahasiswa untuk melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi, yang mencakup pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

    Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat oleh mahasiswa UKI.

    Menurutnya, kondisi ekonomi masyarakat yang tertekan akibat inflasi dan pelemahan nilai rupiah menjadi latar belakang kegiatan ini.

    “Ini gerakan murni mahasiswa dan kampus untuk menjadi benteng terdepan, karena kampus akan menjadi benteng terakhir ketika saat ini enggak ada namanya pembela mereka (masyarakat),” ujar Yukenriusman.

    Ia menambahkan bahwa pembagian beras ini merupakan respons terhadap kondisi tersebut. Beras sebagai kebutuhan pokok, menjadi salah satu barang yang sangat dibutuhkan masyarakat saat ini, terlebih dengan adanya kenaikan harga akibat faktor-faktor eksternal seperti kebijakan impor yang mempengaruhi daya beli masyarakat.

    Mahasiswa UKI ini juga menyoroti dampak kebijakan impor yang diberlakukan oleh pemerintah pada era kepemimpinan Prabowo Subianto. Menurutnya, kebijakan tersebut bisa berdampak buruk pada pendapatan masyarakat kecil, yang semakin kesulitan memenuhi kebutuhan dasar mereka.

    “Hari ini kan kita tahu bahwasanya impor dari luar itu, kan, dibuka besar-besaran oleh pemerintah. Maka dalam hal ini, kok, bisa mulai dari pangan, padahal kan, visi dan misi dari itu ketahanan pangan dan itu harus kita dukung. Tetapi, kan ini kekhawatiran kami saja, waspada saja,” kata dia. 

    Dekan Fakultas Hukum (FH) UKI, Hendri Jayadi Pandiangan, turut hadir untuk memantau pelaksanaan kegiatan tersebut dan menyatakan dukungannya terhadap pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa. Ia menekankan bahwa UKI mendukung penuh kegiatan ini sebagai bagian dari implementasi Tridharma Perguruan Tinggi.

    Hendri juga menambahkan bahwa kegiatan sosial seperti ini bukan kali pertama dilakukan oleh UKI. Pada bulan Ramadan lalu, kampus UKI juga membagikan takjil kepada umat yang menjalankan ibadah puasa. Bahkan, ikatan alumni UKI sebelumnya juga turut berpartisipasi dengan membagikan sembako kepada masyarakat, termasuk gula, minyak, dan bahan pokok lainnya.

    “Kami memiliki kegiatan yang sifatnya rutin, pernah bagi takjil kemarin waktu Ramadan, bahkan sebelumnya ikatan alumni juga membagikan sembako, ada gula, ada minyak dan sebagainya,” kata dia.

     

  • Siapa yang akan menjadi Paus berikutnya? Inilah para kandidat utama – Halaman all

    Siapa yang akan menjadi Paus berikutnya? Inilah para kandidat utama – Halaman all

    Setelah Paus Fransiskus meninggal dunia, siapa yang akan menjadi Paus berikutnya?

    Untuk menentukan pemimpin Gereja Katolik dan 1,4 miliar umatnya, Dewan Kardinal akan bertemu dalam konklaf di Kapel Sistina. Pada sesi itu, mereka akan berembuk dan kemudian memberikan suara untuk kandidat pilihan masing-masing sampai akhirnya satu nama terpilih secara bulat.

    Para kardinal tidak hanya memilih seorang Paus, tetapi juga akan memilih sosok dengan perspektif global yang luas. Sebab untuk pertama kalinya, kurang dari setengah dari seluruh kardinal yang memiliki hak pilih berasal dari Eropa.

    Meski 80?ri para kardinal dipilih langsung oleh mendiang Paus Fransiskus, bukan berarti mereka condong ke kubu “progresif” atau “tradisionalis”.

    Karena alasan tersebut, sulit memprediksi siapa yang akan terpilih sebagai Paus berikutnya.

    Apakah para kardinal akan memilih seorang Paus dari Afrika atau Asia? Atau apakah mereka justru mendukung sosok yang berpengalaman dari administrasi Vatikan?

    Berikut sejumlah nama yang disebut-sebut sebagai calon pengganti Paus Fransiskus.

    Pietro Parolin

    Warga negara: Italia

    Usia: 70 tahun

    Kardinal Parolin adalah Menteri Luar Negeri Vatikan merangkap penasihat utama Paus Fransiskus.

    Sebagai menlu, dia juga mengepalai Kuria Roma alias administrasi pusat Gereja.

    Karena telah bertindak efektif sebagai wakil paus, Parolin disebut-sebut sebagai calon utama pengganti Paus Fransiskus.

    Dia dipandang sebagai sosok yang cenderung memprioritaskan diplomasi dan pandangan global.

    Para pengritiknya menganggap hal itu sebagai masalah, sementara para pendukungnya melihatnya sebagai kekuatan.

    Namun, dia mengkritik legalisasi pernikahan sesama jenis di sejumlah negara.

    Dia menyebut referendum di Republik Irlandia pada 2015 yang melegalkan pernikahan sejenis sebagai “kekalahan bagi kemanusiaan”.

    Walau diunggulkan, Kardinal Parolin amat menyadari pepatah kuno Italia kuno yang menekankan ketidakpastian proses pemilihan paus: “Dia yang memasuki konklaf sebagai Paus, meninggalkan konklaf sebagai kardinal.”

    Sekitar 213 dari 266 Paus sebelumnya adalah orang Italia, namun selama 40 tahun terakhir tidak ada orang Italia yang menjadi Paus.

    Kondisi itu diprediksi akan bertahan mengingat semakin sedikit pejabat-pejabat Gereja Katolik Roma yang berasal dari Italia dan Eropa.

    Luis Antonio Gokim Tagle

    Warga Negara: Filipina

    Usia: 67 tahun

    Mungkinkah Paus berikutnya berasal dari Asia?

    Kardinal Tagle memiliki pengalaman pastoral selama puluhan tahun—yang berarti dia telah menjadi pemimpin Gereja yang aktif di masyarakat, bukan diplomat Vatikan atau pakar hukum Gereja.

    Gereja Katolik sangat berpengaruh di Filipina. Sekitar 80% penduduknya menganut Katolik.

    Negara tersebut saat ini memiliki rekor lima anggota Dewan Kardinal—yang dapat menjadi faksi lobi yang penting bila mereka semua mendukung Kardinal Tagle.

    Dia dianggap moderat dalam definisi Katolik, dan telah dijuluki “Fransiskus Asia” karena dedikasinya terhadap isu-isu sosial dan simpatinya terhadap para migran—sikap yang juga disandang mendiang Paus Fransiskus.

    Dia menentang hak aborsi, dan menyebutnya sebagai “suatu bentuk pembunuhan” —suatu posisi yang sejalan dengan sikap Gereja yang lebih luas bahwa kehidupan dimulai pada saat pembuahan. Dia juga menentang eutanasia.

    Namun pada 2015 saat menjabat sebagai Uskup Agung Manila, Kardinal Tagle meminta Gereja untuk menilai kembali sikapnya yang “keras” terhadap kaum gay, janda cerai, dan ibu tunggal.

    Dia mengatakan bahwa kekerasan di masa lalu telah menimbulkan kerusakan yang berkepanjangan dan membuat orang merasa “diberi label”, dan bahwa setiap individu berhak mendapatkan belas kasihan dan rasa hormat.

    Kardinal Tagle dianggap sebagai kandidat Paus sejak konklaf 2013 saat Fransiskus terpilih.

    Ketika ditanya satu dekade lalu bagaimana pandangannya tentang kemungkinan dia menjadi paus berikutnya, dia menjawab: “Saya menganggapnya sebagai lelucon! Kocak.”

    Fridolin Ambongo Besungu

    Warga Negara: Kongo

    Usia: 65 tahun

    Sangat mungkin Paus berikutnya berasal dari Afrika, tempat Gereja Katolik terus bertumbuh dan menambah jutaan penganut.

    Kardinal Ambongo adalah kandidat utama, yang berasal dari Republik Demokratik Kongo (DRC).

    Dia telah menjadi Uskup Agung Kinshasa selama tujuh tahun, dan diangkat menjadi kardinal oleh Paus Fransiskus.

    Dia adalah seorang konservatif budaya, yang menentang pemberkatan pernikahan sesama jenis, dengan menyatakan bahwa “pernikahan sesama jenis dianggap bertentangan dengan norma budaya dan pada hakikatnya jahat”.

    Meskipun Kristen adalah agama mayoritas di Kongo, umat Kristen di sana mengalami penganiayaan kelompok yang menyebut dirinya sebagai ISIS dan kelompok pemberontak terkait.

    Dengan latar belakang itulah, Kardinal Ambongo dianggap sebagai pendukung Gereja yang gigih.

    Namun dalam sebuah wawancara pada 2020, dia mendukung pluralitas agama, dengan mengatakan: “Biarkan Protestan menjadi Protestan dan Muslim menjadi Muslim. Kami akan bekerja sama dengan mereka. Namun setiap orang harus menjaga identitas mereka sendiri.”

    Komentar semacam itu dapat membuat beberapa kardinal bertanya-tanya apakah dia sepenuhnya memeluk misi mereka—mengingat umat Katolik berharap ajaran Gereja Katolik bisa disebarkan ke seluruh dunia.

    Peter Kodwo Appiah Turkson

    Warga Negara: Ghana

    Usia: 76 tahun

    Jika dipilih oleh rekan-rekannya, Kardinal Turkson akan mendapat kehormatan sebagai Paus asal Afrika pertama selama 1.500 tahun.

    Seperti Kardinal Ambongo, dia mengaku tidak menginginkan status itu.

    “Saya tidak yakin apakah ada yang bercita-cita menjadi Paus,” katanya kepada BBC pada 2013.

    Ketika ditanya apakah Afrika memiliki alasan kuat untuk menjadi Paus berikutnya berdasarkan pertumbuhan Gereja di benua itu, dia mengatakan bahwa dia merasa Paus tidak boleh dipilih berdasarkan statistik, karena “pertimbangan semacam itu cenderung mengaburkan masalah”.

    Dia adalah orang Ghana pertama yang diangkat menjadi kardinal, pada 2003 di bawah Paus Yohanes Paulus II.

    Seperti Kardinal Tagle, Kardinal Turkson dianggap sebagai calon Paus satu dekade kemudian, ketika Fransiskus terpilih. Bahkan, para petaruh menjadikannya favorit sebelum dilakukan pemungutan suara.

    Seorang gitaris yang pernah bermain di sebuah band funk, Kardinal Turkson dikenal karena kehadirannya yang energik.

    Seperti banyak kardinal dari Afrika, dia cenderung konservatif. Namun, dia menentang kriminalisasi terhadap komunitas gay di negara-negara Afrika, termasuk negara asalnya Ghana.

    Dalam wawancara BBC pada 2023, ketika parlemen Ghana sedang membahas rancangan undang-undang yang memberikan hukuman berat kepada orang-orang LGBTQ+, Turkson mengatakan dia merasa homoseksualitas tidak boleh diperlakukan sebagai pelanggaran.

    Pada 2012, dia dituduh membuat prediksi yang menakut-nakuti tentang penyebaran Islam di Eropa,

  • Pendeta Bethlehem Kritik Para Pemimpin Dunia karena Mengabaikan Seruan Paus Fransiskus untuk Gaza – Halaman all

    Pendeta Bethlehem Kritik Para Pemimpin Dunia karena Mengabaikan Seruan Paus Fransiskus untuk Gaza – Halaman all

    Pendeta Bethlehem Mengkritik Para Pemimpin Dunia karena Mengabaikan Seruan Paus Fransiskus untuk Gaza

    TRIBUNNEWS.COM- Seorang pendeta di Betlehem mengecam “kemunafikan” para pemimpin dunia atas penghormatan mereka kepada mendiang Paus Fransiskus.

    Para pemimpin dunia gagal mengakui penderitaan warga Palestina di Gaza yang dilanda perang serta akhir pekan Paskah “terburuk” yang pernah dialami umat Kristen Palestina dalam ingatan baru-baru ini.

    “Paskah kali ini, dalam konteks tindakan Israel di Yerusalem Timur, ini adalah yang terburuk yang pernah ada,” kata Pendeta Munther Isaac, seorang pendeta Kristen dan teolog, kepada MEE Live . “Tampaknya keadaan semakin buruk setiap tahun.”

    Pendeta itu muncul di MEE Live untuk membahas warisan Paus Fransiskus, yang kematiannya pada Senin Paskah mengakhiri akhir pekan yang dirusak oleh serangan udara di Gaza, kekerasan pemukim di Tepi Barat yang diduduki, dan pelarangan jamaah Palestina dari tempat-tempat suci di Yerusalem.

    “Kita tidak boleh menerima begitu saja pencaplokan Yerusalem Timur sebagai status quo,” kata Isaac, seraya merujuk pada keputusan Israel yang melarang ribuan umat Kristen Palestina menghadiri kebaktian di Kota Tua Yerusalem.

    “Sangat sulit untuk memahami penindasan ini, kekerasan terhadap orang-orang yang hanya ingin pergi ke gereja,” kata Isaac.

    “Tujuannya jelas. Israel ingin memperkuat kendali mereka atas Kota Tua Yerusalem, termasuk tempat-tempat suci, untuk memberikan Yerusalem identitas Yahudi secara eksklusif, bukan apa yang kita semua harapkan – Yerusalem menjadi kota yang dihuni oleh tiga agama dan dua orang, dalam kesetaraan dan rasa hormat satu sama lain. Apa yang dilakukan Israel benar-benar tercela, dan saya berharap dunia memperhatikannya.”

    Komentarnya muncul saat para pemimpin dunia dari semua golongan memberikan penghormatan kepada Paus Fransiskus tetapi gagal mengakui seruan terakhirnya yang mendorong diakhirinya perang di Gaza.

    “Kita akan mendengar hari ini, besok, minggu depan, kata-kata penghormatan untuk Paus Fransiskus dari para pemimpin dunia, dari para politisi,” kata Isaac. “Semua kata-kata ini, menurut pendapat saya, hanya menunjukkan kemunafikan.” 

    Semasa hidupnya, Paus Fransiskus menelepon Gereja Keluarga Kudus di Kota Gaza hampir setiap hari, untuk menanyakan keadaan umatnya di daerah kantong yang hancur itu.

    Tetapi sejak kematiannya, sebagian besar pemimpin dunia telah menahan diri untuk mengakui warisannya.

    Perdana Menteri Inggris Keir Starmer menggambarkan Fransiskus sebagai “seorang Paus untuk orang miskin, yang tertindas, dan yang terlupakan”, sementara Raja Charles mengatakan Paus telah “sangat menyentuh kehidupan banyak orang”.

    “Jika mereka tulus,” kata Isaac, “mereka akan mengikuti teladannya. Mereka tidak hanya menuntut gencatan senjata, tetapi juga pertanggungjawaban.”

    Pada bulan November, Paus Fransiskus menyerukan penyelidikan apakah kampanye Israel di Gaza merupakan genosida terhadap rakyat Palestina.

    “Menurut beberapa ahli, apa yang terjadi di Gaza memiliki karakteristik genosida,” tulisnya dalam bukunya, Hope Does Not Disappoint .

    “Hal ini harus diselidiki secara cermat untuk menentukan apakah hal ini sesuai dengan definisi teknis yang dirumuskan oleh para ahli hukum atau badan internasional.”

    Buku ini diterbitkan beberapa hari sebelum Pengadilan Kriminal Internasional (ICC)  mengeluarkan  surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant, menuduh mereka melakukan berbagai kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan.

    Beberapa hari sebelum ICC mengeluarkan surat perintah penangkapannya, sebuah  laporan komite khusus PBB  menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang, dan kebijakan serta praktik di  Gaza  yang dapat mengarah pada “kemungkinan genosida”.

    “Membunuh anak-anak bukanlah jalan ke depan”

    Dalam wawancara tersebut, Isaac juga mengkritik kemunafikan dalam liputan media tentang warisan Fransiskus, mengingat momen di tahun 2014 ketika Paus menjadi berita utama global dengan berhenti untuk berdoa di tembok yang memisahkan Israel dari Tepi Barat.

    “Ada begitu banyak kemunafikan di balik mereka yang membagikan kisah itu, namun melupakan situasi, pendudukan, penderitaan rakyat Palestina saat Paus pergi.

    “Semua orang berhenti, semua orang mengambil gambar, semua orang berbicara tentang momen ketika dia menyentuh tembok. Namun kemudian dia pergi, dan semuanya berakhir dengan cara yang sama yaitu meliput – atau bahkan mengabaikan – apa yang terjadi di Palestina.”

    Namun bagi umat Kristen Palestina, kata pendeta itu, solidaritas Paus Fransiskus akan tetap hidup.

    “Ia tidak hanya menyentuh tembok. Ia menyentuh keburukan apartheid. Dan lebih dari itu, ia menyentuh hati kita, menunjukkan kepada kita bahwa ia melihat melalui rasa sakit dan penderitaan kita.”

    Solidaritas Paus Fransiskus dengan warga Palestina telah memicu kritik, dan bahkan perayaan atas kematiannya, dari dalam Israel, di mana pemerintah menghapus unggahan media sosialnya sendiri yang menyampaikan belasungkawa atas kematian pria berusia 88 tahun itu.

    Pihak lain secara gamblang menuduh Paus melakukan “antisemitisme”. Zvika Klein, pemimpin redaksi The Jerusalem Post, mengklaim Paus telah menunjukkan “dukungan tanpa syarat untuk Hamas”.

    “Ini memalukan, benar-benar memalukan,” kata Isaac. “Sangat memalukan bahwa tuduhan antisemitisme terus dijadikan senjata, bahkan dalam upaya untuk mencoreng reputasi orang hebat seperti Paus Fransiskus.

    “Dia tidak memihak satu kelompok orang terhadap kelompok lain. Dia membela kemanusiaan, dia membela keadilan, dan dia menentang perang.

    “Dan dia jelas memahami bahwa membunuh anak-anak bukanlah jalan keluar.”

    Sejak dimulainya perang pada Oktober 2023, Israel telah membunuh lebih dari 50.000 warga Palestina dan mengubah sebagian besar wilayah kantong itu menjadi neraka yang tidak dapat dihuni.

    Seluruh keluarga dan lingkungan telah musnah, dengan sekolah dan rumah sakit berulang kali hancur akibat serangan udara dan tembakan tank. 

    Sejak melanjutkan ofensifnya setelah mengingkari kesepakatan gencatan senjata pada tanggal 2 Maret, Israel, yang didukung besar-besaran oleh AS, Inggris dan kekuatan barat lainnya, telah menolak untuk mengizinkan pasokan penyelamat nyawa, termasuk makanan, obat-obatan, bahan bakar dan minyak goreng, untuk memasuki jalur tersebut.

    Awal bulan ini, Jaringan Organisasi Non-Pemerintah Palestina (PNGO) memperingatkan bahwa situasi di Gaza telah mencapai “tahap kelaparan tingkat lanjut”, diperburuk oleh pengeboman gudang makanan, pabrik desalinasi air, dan penutupan dapur umum.

     

    SUMBER: MIDDLE EAST EYE

  • Israel Mangkir Pemakaman Paus Fransiskus, Ogah Kirim Satu pun Perwakilan Resmi ke Vatikan – Halaman all

    Israel Mangkir Pemakaman Paus Fransiskus, Ogah Kirim Satu pun Perwakilan Resmi ke Vatikan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah Israel dilaporkan tidak akan mengirim satu pun perwakilan resmi ke pemakaman Paus Fransiskus yang dijadwalkan berlangsung besok, Sabtu (26/4/2025).

    Kabar ini pertama kali dilaporkan oleh surat kabar Haaretz.

    Media Israel ini menyebut keputusan pemerintah diambil di tengah ketegangan antara Vatikan dan pemerintah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu selama perang di Gaza.

    Netanyahu dan sejumlah menteri dalam kabinetnya diketahui bersikap sangat kritis terhadap Paus Fransiskus.

    Kritik ini muncul karena Paus secara terbuka mengecam pembunuhan warga sipil dan penahanan bantuan kemanusiaan di Gaza oleh militer Israel.

    Paus Fransiskus secara konsisten menyuarakan keprihatinannya atas penderitaan rakyat Palestina, terutama selama invasi Israel ke Gaza yang memicu kecaman global.

    Sikap tegas Paus dianggap menyinggung kepemimpinan Israel yang menilai pernyataan tersebut tidak seimbang dan berpihak.

    Israel sendiri merupakan rumah bagi sekitar dua persen warga beragama Kristen.

    Negara ini juga memiliki sejumlah situs suci penting dalam tradisi Kekristenan.

    Beberapa di antaranya adalah Gereja Makam Suci di Yerusalem, yang diyakini sebagai lokasi penyaliban, penguburan, dan kebangkitan Yesus.

    Ada pula Gereja Kelahiran di Betlehem, tempat yang dipercaya sebagai lokasi kelahiran Yesus Kristus.

    Keputusan Israel untuk tidak hadir dalam pemakaman pemimpin Gereja Katolik sedunia ini memicu perdebatan luas, terutama di kalangan komunitas internasional yang berharap adanya sikap hormat atas tokoh agama dunia.

    Langkah ini dinilai sebagai bentuk ketegangan diplomatik yang semakin memperlebar jurang antara Israel dan Vatikan.

    Paus Fransiskus sendiri dikenal sebagai pemimpin spiritual yang vokal membela nilai kemanusiaan, terlepas dari latar belakang agama atau politik.

    Israel Dikecam usai Hapus Ucapan Belasungkawa atas Wafatnya Paus Fransiskus

    Pasukan Israel kembali melancarkan operasi militer dini hari di kota Nablus, Tepi Barat yang diduduki.

    Menurut laporan kantor berita Wafa, pasukan menyerbu kota tersebut saat fajar dan menargetkan wilayah Jalan Fatayer serta at-Taawon.

    Sejumlah rumah warga dilaporkan digerebek dan digeledah selama operasi berlangsung, meski belum ada laporan penahanan.

    Sementara itu, kebijakan terbaru Kementerian Luar Negeri Israel juga menuai kecaman luas, setelah pihaknya menghapus ucapan belasungkawa atas wafatnya Paus Fransiskus.

    Menurut harian Yedioth Ahronoth, kementerian tersebut memerintahkan semua misi diplomatik dan akun media sosial resmi untuk menghapus postingan belasungkawa, tanpa memberikan penjelasan.

    Sebelumnya, akun-akun resmi itu menuliskan pesan duka: “Beristirahatlah dalam damai, Paus Fransiskus. Semoga kenangannya menjadi berkat.”

    Langkah penghapusan ini memicu kemarahan di kalangan diplomat Israel dan pengamat internasional, serta dianggap menyinggung umat Katolik di seluruh dunia.

    Beberapa duta besar Israel menyuarakan ketidaksetujuan mereka melalui grup WhatsApp internal, menyebut kebijakan itu bisa merusak citra negara di mata umat Kristen.

    “Kami menghapus tweet sederhana dan tidak bersalah yang mengungkapkan belasungkawa mendasar — dan jelas bagi semua orang bahwa ini hanya karena kritik Paus terhadap Israel atas pertempuran di Gaza,” ujar seorang diplomat, dikutip Yedioth Ahronoth.

    Kementerian juga melarang para diplomat Israel untuk menandatangani buku belasungkawa di kedutaan besar Vatikan.

    Seorang duta besar mengaku mendapat “perintah tegas untuk menghapus” tanpa klarifikasi lebih lanjut, dan hanya diberi tahu bahwa masalah tersebut “sedang ditinjau.”

    Kebijakan ini menambah tekanan terhadap Israel yang belakangan dikritik karena sikap kerasnya terhadap suara-suara internasional yang mengecam agresi militer di Gaza.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Polisi Ungkap Penyebab Temuan Darah di TKP Tewasnya Mahasiswa UKI Kenzha Tak Bisa Diperiksa – Halaman all

    Polisi Ungkap Penyebab Temuan Darah di TKP Tewasnya Mahasiswa UKI Kenzha Tak Bisa Diperiksa – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Temuan darah di Tempat Kejadian Perkara (TKP) tewasnya mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI), Kenzha Ezra Walewangko, sejatinya bisa menjadi petunjuk lain dalam pengungkapan kasus.

    Sayang, temuan darah di paralon yang berada di sekitar lokasi korban ditemukan tewas itu menjadi ‘jalan buntu’ bagi kepolisian.

    Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Nicolas Ary Lilipaly, mengatakan jika sejatinya pihak kepolisian sudah mendapatkan beberapa sampel untuk dianalisis.

    “Lima buah sampel darah yang diambil dari pipa paralon, yang berada di selokan tempat korban jatuh dilakukan pemeriksaan DNA dan mendapatkan hasil bahwa pada swab tersebut terdapat darah tetapi tidak berhasil dianalisis karena mengalami kerusakan DNA,” ujar Nicolas, Kamis (24/4/2025).

    Hal tersebut, lanjut Nicolas, dikarenakan bukti darah yang ditemukan itu sudah bercampur dengan air hujan.

    “Kami jelaskan disini bahwa memang pada saat itu kondisi cuaca pada saat itu juga hujan. Jadi ini yang menyebabkan pemeriksaan DNA tidak mendapatkan hasil yang maksimal,” ungkapnya.

    Hal senada juga disampaikan oleh dokter forensik yang menangani kasus tersebut. Arfiani Ika Kusumawati.

    Dokter forensik dari RS Polri itu mengatakan jika darah yang diambil dari lokasi kejadian mengalami kerusakan sehingga DNA tidak dapat terdeteksi.

    “Saya sampaikan bahwa darah-darahnya, DNA tidak bisa terdeteksi, tidak bisa dianalisis, karena darah-darahnya itu kondisi sudah bercampur dengan air hujan pada saat itu,” kata Arfiani.

    Penyebab Kematian

    Berdasarkan keterangan saksi yang diperiksa, mereka menyebut jika Kenzha dengan posisi berdiri menggoyang-goyangkan besi pagar dengan kedua tangannya.

    Sehingga besi pagar tersebut lepas sampai akhirnya Kenzha terjatuh dan masuk ke selokan.

    “Korban jatuh ke dalam selokan, korban tidak bisa berdiri lagi,” ungkap Kapolres.

    Pada saat itu, korban diangkat dari selokan oleh dua orang saksi yaitu WS dan AJW, yang merupakan sekuriti.

    Mereka melihat langsung jaraknya kurang lebih 1,5 meter sampai 2 meter dari korban.

    Sementara itu, Dokter Forensik RS Polri Arfiani Ika Kusumawati, menambahkan jika tinggi di lambung korban. Namun, dosis alkohol di darah tergolong rendah.

    “Berarti korban tersebut mengkonsumsi alkohol yang dalam jumlah besar, yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran,” paparnya.

    Menurut Afriani, alkohol tersebut tidak menyebabkan meninggal, tapi berperan penting dalam penurunan kesadaran.

    “Pada saat saya koordinasi dengan penyidik ada adegan korban tersebut (jatuh ke selokan) dan posisi kepala di bawah,” jelas Arfiani.

    Orang dengan kesadaran yang baik akan mudah bangun saat terjatuh.

    Sedangkan Kenzha, imbuh dia, dalam pengaruh alkohol yang sangat besar sudah dalam kondisi lemas.

    Kasus Dihentikan

    Sebelumnya, Polres Metro Jakarta Timur menghentikan penyelidikan kasus Kenzha Erza Walewangko (22) mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) yang meninggal di area kampus pada Selasa (4/3/2025).

    Kasus itu teregister dengan nomor LP/B/794/III/2025/SPKT/Polres Metro Jakarta Timur/Polda Metro Jaya tertanggal 5 Maret 2025 atas nama pelapor Roparulian Evander Ellia Napitupulu.

    Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly mengatakan kasus kematian Kenzha Erza Walewangko tidak dapat ditingkatkan penyelidikannya ke tahap penyidikan karena tidak ditemukan unsur pidana.

    “Untuk itu penyelidik akan menghentikan proses ini dan melengkapi administrasinya,” ungkapnya kepada wartawan, Kamis (24/4/2025).

    Nicolas berujar penyelidikan dihentikan setelah petugas melakukan gelar perkara.

    Gelar perkara dilaksanakan pada Selasa (15/4/2025) mengundang pihak eksternal bagian wassidik Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Propam Polda Metro Jaya, Itwasda Polda Metro Jaya, dan Bidkum Polda Metro Jaya

    “Penyelidik menyajikan semua data dan fakta hasil penyelidikan berupa keterangan saksi-saksi, ahli pidana dan ahli kedokteran forensik, yang diperkuat dengan hasil autopsi oleh Rumah Sakit Polri,” ujar Nicolas.