agama: Katolik

  • Pemprov DKI tetapkan 9 objek cagar budaya pada 2025

    Pemprov DKI tetapkan 9 objek cagar budaya pada 2025

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta telah menetapkan sebanyak sembilan objek yang tersebar di wilayah ibu kota sebagai cagar budaya sepanjang 2025.

    Kepala Bidang Pelindungan Kebudayaan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Linda Enriany saat dihubungi di Jakarta, Rabu, mengatakan objek yang ditetapkan sebagai cagar budaya itu terdiri dari bangunan, struktur, dan benda.

    Sejauh ini, Pemprov DKI telah menetapkan tujuh bangunan cagar budaya, satu struktur cagar budaya dan satu benda cagar budaya di lokasi yang berbeda-beda di Jakarta.

    Tujuh bangunan cagar budaya itu, antara lain Gereja Katolik Santa Theresia, gedung Kantor Pusat Konservasi Cagar Budaya, Sekolah Dasar Negeri Gunung 05 Pagi, dan Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Jakarta.

    Kemudian, ada pula Gedung Nusantara, Pantjoran Tea House, dan Menara Air Balai Yasa Manggarai.

    Sementara itu, satu objek yang ditetapkan sebagai struktur cagar budaya, yakni Makam Mohammad Husni Thamrin. Sedangkan satu objek lainnya yang ditetapkan sebagai benda cagar budaya, yaitu Patung Chairil Anwar di Perguruan Taman Siswa Cabang Jakarta.

    Menara Air Balai Yasa Manggarai yang berlokasi di Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan, merupakan cagar budaya yang baru ditetapkan oleh Pemprov DKI pada Mei 2025.

    Menurut Linda, penetapan menara milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) tersebut sebagai bangunan cagar budaya dilakukan mengingat usianya yang sudah mencapai lebih dari 50 tahun.

    Menara tersebut didirikan pada 1920-an dengan model bangunan yang dipengaruhi gaya arsitektur nieuwe kunt atau arsitektur Hindia Baru pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.

    “Menara Air Balai Yasa Manggarai memiliki bentuk yang unik, struktur bak airnya ditumpu oleh tembok bata dan hanya satu-satunya di Jakarta,” ujar Linda.

    Lebih lanjut, dia memaparkan menara tersebut menyimpan sejarah tersendiri, yaitu sebagai bagian dari perkembangan infrastruktur transportasi kereta api modern di Indonesia. Menara itu juga mewakili pembelajaran teknologi modern terkait infrastruktur dan air.

    Seperti diketahui, Pemprov DKI konsisten melakukan penetapan warisan budaya kebendaan menjadi cagar budaya sejak terbentuknya Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) pada 2014. Penetapan tersebut dilakukan sebagai bagian dari komitmen Pemprov DKI dalam melestarikan warisan sejarah dan budaya Jakarta.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Ibu dan Anak di Sekadau Kalbar Tewas Diduga Keracunan Jamur Hutan, 3 Lainnya Dirawat
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        7 September 2025

    Ibu dan Anak di Sekadau Kalbar Tewas Diduga Keracunan Jamur Hutan, 3 Lainnya Dirawat Regional 7 September 2025

    Ibu dan Anak di Sekadau Kalbar Tewas Diduga Keracunan Jamur Hutan, 3 Lainnya Dirawat
    Tim Redaksi
    SEKADAU, KOMPAS.com
    – Sebuah tragedi terjadi di Desa Sunsong, Kecamatan Sekadau Hulu, Kabupaten Sekadau, Kalimantan Barat. Seorang ibu, FL (44), dan anaknya, FA (2), tewas setelah mengonsumsi jamur yang mereka temukan di hutan.
    Selain itu, tiga anggota keluarga lainnya, berinisial M (33), YT (1), dan SN (25), yang juga menyantap jamur tersebut, kini tengah dirawat di rumah sakit akibat mengalami muntah dan pusing.
    Kapolsek Sekadau Hulu, IPTU Agustam, dalam keterangan tertulisnya pada Minggu (7/9/2025) malam, mengungkapkan, “Tiga korban masih menjalani perawatan medis.”
    Ia menjelaskan bahwa peristiwa tersebut bermula pada Kamis (4/9/2025), ketika sejumlah warga mencari jamur jenis kesi atau keluntan.
    Jamur tersebut kemudian dimasak dan dimakan bersama dengan minuman tuak.
    FA meninggal dunia lebih dulu saat dalam perjalanan menuju klinik.
    Sementara itu, FL yang sempat memilih berobat mandiri di rumah, kondisinya semakin memburuk hingga akhirnya meninggal dunia keesokan malam.
    “Kedua korban telah dimakamkan bersama di pemakaman Katolik,” tambah Agustam.
    Agustam menegaskan bahwa keluarga korban menolak untuk dilakukan otopsi dan menerima peristiwa ini sebagai musibah. Polisi tidak berhasil mengamankan barang bukti lantaran sisa jamur sudah dibuang.
    Namun, Agustam menyatakan bahwa pihaknya akan berkoordinasi untuk mengambil sampel jamur di sekitar hutan.
    Ia juga menekankan pentingnya kewaspadaan kepada masyarakat agar tidak sembarangan mengonsumsi jamur yang belum dipastikan aman.
    Ini menjadi pelajaran agar masyarakat lebih berhati-hati, ujar Agustam.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sejarah Baru! Remaja Ini Resmi Jadi Santo Katolik Milenial Pertama

    Sejarah Baru! Remaja Ini Resmi Jadi Santo Katolik Milenial Pertama

    Jakarta, CNBC Indonesia – Seorang remaja yang meninggal karena leukemia pada 2006 menjadi santo Katolik pertama dari generasi milenial pada Minggu. Ia disahkan sebagai santo dalam sebuah upacara di Vatikan yang dipimpin oleh Paus Leo dan dihadiri oleh ribuan umat muda dari berbagai negara.

    Carlo Acutis, seorang remaja Italia kelahiran Inggris yang meninggal pada usia 15 tahun, dikagumi karena kekuatan imannya. Dia mempelajari kode komputer untuk membangun situs web guna menyebarkan imannya. Kisahnya telah menarik perhatian luas dari kaum muda Katolik, dan ia kini setara dengan Bunda Teresa dan Fransiskus dari Assisi.

    Foto: Carlo Acutis. (Dok. carloacutis)
    Carlo Acutis. (Dok. carloacutis)

    Paus Leo mengkanonisasi Acutis pada Minggu (7/9/2025) bersama Pier Giorgio Frassati, seorang pemuda Italia yang dikenal karena membantu mereka yang membutuhkan dan meninggal karena polio pada tahun 1920-an.

    Dalam sambutan dadakan kepada khalayak ramai di Lapangan Santo Petrus pada pembukaan acara, Paus Leo mengatakan Acutis dan Frassati adalah teladan kekudusan, dan teladan dalam membantu mereka yang membutuhkan.

    “Saudara sekalian, kita semua bersama-sama, dipanggil untuk menjadi orang kudus,” kata Paus kepada khalayak muda, seperti dilaporkan Reuters.

    Kanonisasi Acutis telah dinantikan oleh banyak pemuda Katolik selama berbulan-bulan. Awalnya dijadwalkan pada bulan April, tetapi ditunda setelah wafatnya Paus Fransiskus.

    Antonio D’Averio, 24 tahun, yang hadir dalam upacara tersebut, menyebut kanonisasi sebagai “sebuah uluran tangan Gereja kepada kami kaum muda.” D’Averio mengatakan bahwa ia adalah seorang pemrogram komputer dan sangat terkesan dengan kisah Acutis.

    “Acutis juga sangat bersemangat belajar tentang ilmu komputer,” kata pemuda itu. “Bagi seorang santo … ini tentu sesuatu yang baru. Ini juga sesuatu yang, menurut saya, dibutuhkan.”

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kemenag Siapkan Bantuan KIP Kuliah 2025 Bagi 25.964 Mahasiswa

    Kemenag Siapkan Bantuan KIP Kuliah 2025 Bagi 25.964 Mahasiswa

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Agama (Kemenag) segera menyalurkan bantuan Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP Kuliah) 2025. KIP Kuliah 2025 dari Kemenag ini disalurkan kepada 25.964 mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan (PTK)

    Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan (Puspenma) Kemenag, Ruchman Basori mengatakan KIP Kuliah merupakan bantuan yang diberikan kepada anak-anak bangsa yang kurang mampu secara ekonomi dan berpotensi untuk melanjutkan studi pada perguruan tinggi.

    “Total anggaran yang disalurkan sebanyak Rp171.362.400.000 untuk mahasiswa PTK binaan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Bimas Kristen, Bimas Katolik, Bimas Hindu, dan Bimas Buddha,” ujarnya dikutip, Sabtu (8/9/2025).

    Ruchman Basori menjelaskan kehadiran negara sangat penting di tengah keterbatasan ekonomi masyarakat untuk meraih mimpi-mimpi mahasiswa.

    Hal itu diungkapkan Ruchman saat Koordinasi KIP Kuliah yang diselenggarakan forum Wakil Rektor/Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama PTKIN se-Indonesia bekerjasama dengan UIN Mataram, di Mataram.

    Penanganan Kuota KIP Kuliah, semula ada pada Unit Eselon I yang membidangi Perguruan Tinggi Keagamaan. Namun mulai 2025, program ini ditangani oleh Pispenma. Ini adalah sebuah lembaga baru yang menangani pembiayaan pendidikan strategis menyangkut SDM.

    Sebanyak 25.964 mahasiswa itu terdiri atas 21.490 mahasiswa Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (16.600 PTKIN dan 4.980 PTKIS). 

    Selain itu, ada 2.537 mahasiswa PTK binaan Ditjen Bimas Kristen, 770 mahasiswa PTK binaan Ditjen Bimas Katolik, 320 mahasiswa PTK binaan Ditjen Bimas Buddha, dan 855 mahasiswa PTK binaan Ditjen Bimas Hindu 855.

    Di hadapan Forum Wakil Rektor/Wakil Ketua PTKIN se-Indonesia, aktivis 1998 ini berharap ada peningkatan tata kelola KIP Kuliah, mulai dari perencanaan, rekrutmen peserta, pencairan, pembinaan dan pendampingan peserta program hingga monitoring dan evaluasi.

    Rektor UIN Mataram Masnun Thahir mengatakan kehadiran Wakil Rektor/Wakil Ketua PTKIN se-Indonesia dan juga Perwakilan Bimas Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha di Mataram ini sangat penting, untuk membahas KIP Kuliah yang manfaatnya dinikmati secara langsung oleh anak-anak yang kurang mampu.

    “UIN Mataram sangat serius mewujudkan tata kelola KIP Kuliah dengan baik, transparan dan akuntabel, salah satunya diperkuat sistem rekrutmen dan laporan penyelenggaraannya,” terang Masnun.

  • Mahasiswa suarakan aspirasi di Istana, bahas guru hingga generasi emas

    Mahasiswa suarakan aspirasi di Istana, bahas guru hingga generasi emas

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah perwakilan mahasiswa dari berbagai organisasi menyampaikan aspirasi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis malam, melalui dialog yang melibatkan unsur terkait di pemerintahan.

    Dalam forum dialog yang tertutup bagi media massa itu, perwakilan mahasiswa menyampaikan beragam aspirasi yang mewakili kepentingan generasi muda dan isu-isu nasional yang berkembang dalam demonstrasi di Senayan selama sepekan terakhir.

    Muhammad Raihan dari Aliansi BEM Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) Nasional menegaskan pentingnya perhatian terhadap kesejahteraan guru honorer, mengingat mayoritas mahasiswa yang tergabung dalam aliansinya bergerak di bidang pendidikan.

    “Karena kami bergerak di pendidikan, jadi kesejahteraan guru honorer terutama,” kata Raihan saat tiba di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

    Selain itu, ia juga meminta pemerintah membebaskan sejumlah mahasiswa yang sebelumnya ditahan saat demonstrasi di Senayan, Jakarta.

    “Poin-poin sudah kami rangkum, semuanya hasil kajian dari Aliansi BEM PTNU Nasional,” ujar Raihan.

    Sementara itu, Ketua Presidium Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik RI Susana Florika Marianti Kandaimu menekankan urgensi suara pemuda dalam mempersiapkan Indonesia Emas.

    Ia menyebut momentum bonus demografi harus dikelola dengan baik agar generasi muda dapat mengambil peran strategis sebagai pemimpin masa depan.

    “Sebagai anak muda tentu kami akan menyampaikan aspirasi pada waktu dan tempat yang tepat,” kata Susana.

    Sebelumnya, terdapat 15 organisasi kemasyarakatan pemuda (OKP) yang tiba secara bergelombang di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

    Mereka tiba sejak pukul 16.35 WIB dan baru memasuki kawasan Istana Kepresidenan, Jakarta, sekitar pukul 18.30 WIB.

    Berdasarkan daftar undangan yang disampaikan kepada perwakilan organisasi, terdapat 37 OKP yang diundang pemerintah untuk berdialog di Istana Kepresidenan, Jakarta.

    OKP tersebut adalah Himapolindo, BEM SI Kerakyatan, Fornasossmass, serta sejumlah perguruan tinggi keagamaan Islam negeri, seperti UIN Bandung, UIN Jakarta, dan UIN Cirebon.

    Selain itu, turut diundang perwakilan dari Universitas YARSI, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (Untirta), IBS, Esgul, hingga dua kepengurusan HMI, baik PB HMI MPO maupun PB HMI DIPO.

    Beberapa organisasi mahasiswa nasional juga terlibat, antara lain PP KAMMI, BEM SI RB, GMNI, PP GMH, BEM Nusantara, KMHDI, PMII, SEMMI, hingga LMND.

    Selain itu, juga diundang perwakilan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), PTMAI, UPN Veteran Jakarta (UPNVJ), serta Universitas Trisakti melalui BEM dan KBM kampus tersebut.

    Tidak ketinggalan generasi muda dari ormas besar, seperti FKPPI, SAPMA Pemuda Pancasila, serta organisasi mahasiswa berbasis agama seperti GMKI, BEM Kristiani, dan BEM PTNU.

    Beberapa kampus swasta dan sekolah tinggi juga diminta mengirimkan utusan, di antaranya STAI Aziadah, STAI Al Hikmah, INU Tasikmalaya, serta Himah Persis.

    Belum diketahui, apakah Presiden Prabowo Subianto berkesempatan menyapa atau berdialog dengan perwakilan mahasiswa pada kesempatan itu.

    Namun, Presiden dan Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi dikabarkan menghadiri rangkaian agenda Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada waktu yang bersamaan.

    Pewarta: Andi Firdaus
    Editor: Didik Kusbiantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Komisi VIII Gelar Rapat Tertutup dengan Mensos dan Menag, Bahas Apa?

    Komisi VIII Gelar Rapat Tertutup dengan Mensos dan Menag, Bahas Apa?

    Bisnis.com, JAKARTA — Komisi VIII Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menggelar rapat kerja tertutup bersama Menteri Agama Nasaruddin Umar hingga Menteri Sosial Saifullah Yusuf pada Rabu (3/9/2025). 

    Agenda rapat membahas rencana kerja dan anggaran kementerian/lembaga tahun 2026, serta sejumlah isu aktual. Wakil Menteri Agama Muhammad Syafi’i mengungkapkan rapat masih sebatas paparan awal mengenai pengajuan anggaran.

    “Jadi tadi masing-masing kementerian memaparkan pagu indikatif, kemudian usulan tambahan dari anggaran yang sudah disampaikan kepada masing-masing kementerian. Tentu dengan memasukkan alasan kenapa mereka meminta penambahan pagu anggaran,” kata Syafi’i di Kompleks Parlemen, Jakarta pada Rabu (3/9/2025). 

    Menurutnya, pembahasan detail belum dilakukan.

    “Baru itu saja hari ini, belum lagi membahas lebih dalam,” tambahnya.

    Syafi’i menambahkan, meski Badan Penyelenggara Haji termasuk dalam daftar undangan, lembaga tersebut belum sempat menyampaikan paparan. Dia sendiri juga mendapat penugasan khusus yang membuatnya harus meninggalkan rapat lebih awal.

    “Jadi memang belum ada tanya jawab, baru paparan Kementerian Agama dan Kementerian Sosial. Jadi memaparkan pagu indikatif dan usulan tambahan anggaran. Jadi belum ada pembahasan,” katanya.

    Salah satu alasan usulan tambahan anggaran, kata Syafi’i, terkait kebutuhan belanja pegawai. Misalnya, Kementerian Agama menerima formasi CPNS lebih dari 105.000 orang yang tentu memerlukan dukungan anggaran tambahan.

    Selain itu, persoalan sertifikasi guru juga menjadi perhatian. “Kemarin kan ada 629.000 guru yang belum bersertifikasi. Nah di tahun 2026 kita menyelesaikan separuhnya, 300 lebih. Jadi kalau sudah sertifikasi kan ada penambahan gaji. Penambahan gaji itu kan harus dimasukkan ke APBN,” ungkapnya.

    Dia menambahkan, program sertifikasi guru (PPG) yang dimulai 2026 akan berdampak pada anggaran gaji tahun 2027. Targetnya, pada 2027 tidak ada lagi guru non-sertifikasi di lingkungan Kementerian Agama, baik Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, maupun Konghucu.

    “Jadi kalau sekarang kan yang menggaji itu yayasannya. Tapi nanti setelah bersertifikasi itu masuk ke APBN. Maka pasti harus ada usulan tambahan anggaran. Jadi sangat normatif sekali,” kata Syafi’i.

  • Menag: PPG 2025 Habiskan Anggaran Rp 165 Miliar
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        3 September 2025

    Menag: PPG 2025 Habiskan Anggaran Rp 165 Miliar Nasional 3 September 2025

    Menag: PPG 2025 Habiskan Anggaran Rp 165 Miliar
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
    – Menteri Agama (Menag) RI Nasaruddin Umar menyampaikan program Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahun 2025 menghabiskan anggaran negara mencapai Rp 165 miliar.
    Nasaruddin menuturkan, peserta PPG 2025 mencapai 206.411, meningkat 700 persen dari tahun 2024 yang hanya berhasil melakukan sertifikasi sebanyak 29.933 guru.
    “Ini 700 persen dengan menghabiskan anggaran Rp 165 miliar. Angka Rp 165 miliar ini tidak sedikit dalam era efisiensi seperti ini,” ucap Nasaruddin, di Kampus UIN Jakarta, Tangerang Selatan, Rabu (3/9/2025).
    Anggaran tersebut dipergunakan untuk sertifikasi para guru, yang menjadi elemen penting dalam mengembangkan suatu bangsa melalui pendidikan.
    “Tentu kita tidak hanya ingin melihat kuantitas begitu banyaknya guru yang tersertifikasi, tapi kita ingin melihat kuantitas ini berbanding lurus dengan kualitas guru-guru itu,” ucap dia.
    Dari total 206.411 peserta PPG tersebut, Kemenag berhasil menuntaskan sertifikasi 91.028 Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam jabatan di sekolah.
    “Artinya, pada tahun ini seluruh guru PAI sekolah resmi bersertifikat, capaian bersejarah pertama kali dalam perjalanan PPG Kemenag,” kata Menag.
    Selain guru PAI, sertifikasi juga diberikan kepada guru lintas agama dan madrasah, meliputi 10.848 guru Pendidikan Agama Kristen, 5.558 guru Pendidikan Agama Katolik, 3.771 guru Pendidikan Agama Hindu, 530 guru Pendidikan Agama Buddha, serta 94.736 guru madrasah.
    “Pencapaian ini sejalan dengan Asta Cita Presiden RI Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka terkait pembangunan SDM unggul, serta Asta Protas Kemenag untuk mewujudkan pendidikan ramah, unggul, dan terintegrasi,” imbuh dia.
    Untuk mewujudkan Asta Cita, kata Nasaruddin, guru yang profesional harus memiliki empat kriteria.
    Pertama adalah
    learning how to learn
    .
    “Kemudian
    learning how to teach
    , bagaimana guru harus mampu mendidik muridnya belajar. Ketiga adalah
    teach how to learn
    , mengajar bagaimana belajar. Terakhir
    teaching how to teach
    , mengajarkan bagaimana seharusnya mengajar yang baik,” ucap dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ketika Selawat Menjadi Jembatan Toleransi di Kampung Moderasi Jombang

    Ketika Selawat Menjadi Jembatan Toleransi di Kampung Moderasi Jombang

    Jombang (beritajatim.com) – Angin malam Desa Rejoagung, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, membawa gema shalawat yang mengalun pelan. Di Dusun Ngepeh, ratusan warga duduk bersila, menyatu dalam lantunan doa. Di antara mereka tak hanya wajah-wajah muslim, tetapi juga umat Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha. Malam itu, perbedaan hanyalah warna, bukan sekat.

    KH Nur Hadi atau yang akrab disapa Mbah Bolong, berdiri di depan hadirin. Suaranya lirih namun tegas, penuh kebapakan. “Bangsa Indonesia perlu bersyukur dengan kemerdekaan yang sudah diraih. Caranya dengan saling menghormati dan menghargai, meski berbeda agama yang dipeluk,” ucapnya, Selasa malam (2/9/2025).

    Dusun kecil ini bukan sembarang dusun. Sejak 2024, Kementerian Agama telah menobatkannya sebagai Kampung Moderasi. Alasannya jelas: di satu hamparan tanah berdiri dua gereja, satu masjid, dan satu pura. Namun tak pernah sekalipun riak permusuhan muncul di antara warganya. Kerukunan di Ngepeh seolah diwariskan turun-temurun.

    Acara Ngepeh Bershalawat malam itu adalah buktinya. Semua warga saling bergandeng tangan, ikut terlibat. Air mineral dan nasi kotak tak hanya datang dari tangan umat Islam, tapi juga dari keluarga non-muslim. “Ada yang menyumbang dari yang non-Islam,” tutur David Syaifullah, Modin berambut gondrong.

    Sejak dua tahun lalu, shalawat di Ngepeh bukan hanya milik muslim, tapi juga ruang perjumpaan lintas iman. Semua tokoh agama diundang, tanpa terkecuali. “Kerukunan di Ngepeh tidak hanya jadi contoh di Jombang, tapi juga nasional bahkan internasional,” ucap Ali Imron, perangkat desa, yang disambut tepuk tangan gemuruh.

    Di sudut acara, Wijiono, seorang umat Hindu, tampak larut dalam suasana. Ia duduk berbaur, meneguk air mineral yang sama, menyantap hidangan yang sama. “Terima kasih, kami merasa terhormat dan semoga kerukunan umat beragama di Ngepeh terus dijaga,” katanya tulus.

    Malam itu, shalawat menjadi jembatan. Tidak ada kursi terpisah, tidak ada prasangka. Semua hanyut dalam suasana khidmat.

    Warga lintas iman menghadiri Ngepeh Bersholawat

    Mbah Bolong menutup dengan pesan penuh makna: “Jangan sampai perbedaan kita menjadi bermusuhan. Mensyukuri nikmat kemerdekaan harus diisi dengan pembangunan, bukan pertikaian.”

    Dan shalawat pun terus menggema, seakan menguatkan ikrar tak tertulis: di Ngepeh, kerukunan bukan hanya wacana, melainkan napas kehidupan sehari-hari. [suf]

  • Pemkab banyuwangi Gelar Doa Bersama Lintas Agama

    Pemkab banyuwangi Gelar Doa Bersama Lintas Agama

    Banyuwangi (beritajatim.com)- Berbagai elemen masyarakat menggelar doa bersama di Pendopo Shaba Swagata Blambangan Banyuwangi. Mereka memanjatkan harapan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk menjaga kedamaian kabupaten di ujung timur Pulau Jawa tersebut.

    Tampak hadir dalam kegiatan tersebut, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Kapolresta Kombes Pol. Rama Samtama Putra, Danlanal Letkol Laut (P) Muhammad Puji Santoso, Dandim 0825 Banyuwangi Letkol Arh Joko Sukoyo. Hadir pula Kepala Kejaksaan Negeri Banyuwangi A.O. Mangontan, DPRD Banyuwangi Makrifatul Kamilah, dan Kepala Kemenag Banyuwangi Choironi Hidayat.

    Sederet pemuka agama pun memanjatkan doa sesuai keyakinannya masing-masing. Di antaranya oleh Ketua Umum MUI Banyuwangi KH. Muhaimin Asymuni, Ketua PCNU Banyuwangi Kiai Sunandi Zubaidi, Ketua FKUB Banyuwangi Nur Khozin, dan dilanjutkan oleh sejumlah pemuka agama lainnya.

    Pemuka agama yang hadir antara lain perwakilan umat Konghucu Tjahjadi Sugianto, perwakilan umat Katolik Emanuel Imamdwi, Ketua BAMAG (Kristen) Pendeta Anang Sugeng, Ketua Walubi (Budha) Eka Wahyu Widayat, dan Persatuan Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Banyuwangi Sudariyanto.

    Dalam kesempatan tersebut hadir pula Ketua PD Muhammadiyah Banyuwangi, Ketua LDII Banyuwangi, Ketua Al-Irsyad Banyuwangi dan sejumlah kiai di Banyuwangi. Tampak di antaranya KH. Ahmad Faizin, KH. Zulkarnain, KH. Wasil d.

    Mereka berbaur dengan para tokoh agama, pemimpin ormas, hingga para pengemudi ojek online. Semuanya mengharapkan kondusivitas daerah tetap terjaga.

    “Kita berupaya semaksimal mungkin untuk mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan masyarakat Banyuwangi. Upaya sungguh-sungguh ini, harus senantiasa kita sempurnakan dengan memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa,” ungkap Bupati Ipuk.

    Doa bersama tersebut, tak semata bertujuan untuk mengetuk pintu langit. Namun, juga untuk merajut persatuan dan kesatuan di antara elemen masyarakat. “Jika telah terjalin persatuan yang kokoh, insyaallah akan terwujud kedamaian dan kondusivitas daerah,” tegas Ipuk.

    Hal yang sama juga ditegaskan oleh KH. Ir. Achmad Wahyudi. Pemuka agama sekaligus pengasuh PP. Adz-Dzikra Banyuwangi itu menyebutkan persatuan itu ibaratkan sebuah bangunan yang kokoh. Setiap bagiannya memiliki fungsi yang saling melengkapi satu sama lain.

    “Seperti inilah persatuan, para pemimpin, para tokoh hingga rakyatnya, punya fungsi masing-masing. Semuanya harus bersatu dan saling support satu sama lain. Tidak boleh terpisah-pisah. Jika terpisah maka bukanlah bangunan yang kokoh,” terangnya. [tar/ian]

  • Semangat dari Timur Anak Papua Hadirkan Inspirasi di OGI 2025

    Semangat dari Timur Anak Papua Hadirkan Inspirasi di OGI 2025

    Jakarta: Perjalanan panjang ditempuh Berheta Simuna untuk bisa hadir di Jakarta mengikuti Olimpiade Genomik Indonesia (OGI) 2025. 

    “Saya bersama kakak pendamping naik motor dari rumah ke Pelabuhan Saengga selama 5 menit. Setelah itu menuju Pelabuhan Teluk Bintuni selama 4 jam. Kami menginap 1 malam di Teluk Bintuni. Esok hari, kami berangkat pukul 1 naik mobil selama 7 jam menuju Manokwari. Setelah istirahat 1 malam, esoknya kami naik pesawat menuju Sorong selama 50 menit, lalu melanjutkan perjalanan ke Jakarta 4 jam dengan pesawat. Setiba di Bandara Soekarno-Hatta langsung menuju Universitas Indonesia selama 1 jam 30 menit,” tutur Berheta.

    Berheta adalah siswa kelas 12 SMA Negeri Saengga, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Ia hadir sebagai salah satu finalis OGI 2025, bersama Prajanita Oktavianty Korowa (SD Katolik Santa Lauren Bintuni, Kabupaten Teluk Wondama) serta Varrent Vemaria Val Rooey (SD Inpres Kokas, Kabupaten Fakfak). Mereka berhasil menyisihkan 108 siswa Papua sejak babak penyisihan.

    “Di sini saya dapat banyak teman, banyak belajar, dan mencoba praktik dengan alat-alat laboratorium. Bentuknya berbeda-beda, tapi namanya tetap sama. Itu membuat kami agak bingung, apalagi saat eksperimen dan presentasi. Saat mengerjakan soal juga sempat keliru, karena pertanyaan panjang tapi jawabannya pendek. Tapi saya anggap ini proses belajar. Saya senang sekali bisa melihat laboratorium DNA di Regene. Itu pengalaman pertama,” ujar Berheta penuh semangat.

    Ada pula pengalaman unik yang ia alami di Jakarta. Berheta selalu memakai masker, bukan karena pandemi, melainkan karena tidak tahan dengan dinginnya AC.

    “Saya tidak bisa kena dingin terlalu lama, jadi pusing dan mual. Tapi puji Tuhan, lama-lama bisa beradaptasi. Nanti kalau pulang ke sekolah, saya akan menceritakan pengalaman ini: mulai dari perjalanan, bertemu kakak pendamping, hingga belajar presentasi,” ujarnya riang.

    Awalnya Berheta bercita-cita menjadi dosen atau advokat untuk mengadvokasi pendidikan di Papua. Namun setelah mengikuti OGI, ia mulai bermimpi baru. “Setelah lihat Universitas Indonesia, saya terpanggil. Kalau ada kesempatan, saya ingin masuk Biologi UI,” katanya mantap.

    Berheta pun berpesan kepada teman-teman sebayanya: “Semangat belajar, berdoa, dan berusaha. Kita tidak tahu apa yang terjadi di depan, semuanya Tuhan
    yang menentukan. Dari OGI saya belajar bahwa semua butuh perjuangan, kesabaran, ketabahan, dan banyak bersyukur.”
     
    Papua Barat: Potensi Besar, Tantangan Nyata

    Teluk Bintuni, kampung halaman Berheta, adalah wilayah kaya dengan ekosistem mangrove luar biasa dan komunitas multi-suku yang hidup harmonis. Namun akses pendidikan dan infrastruktur masih menjadi tantangan.

    Berbagai inisiatif telah hadir, seperti UNIMUTU, Kartu Teluk Bintuni Smart, dan sekolah-sekolah mandiri lokal, sebuah bukti nyata bahwa upaya mencerdaskan generasi Papua terus berjalan.
     
    Partisipasi OGI 2025: Merata dari Sabang sampai Merauke

    Data peserta menunjukkan antusiasme luas dari seluruh provinsi Indonesia. Jawa Timur menjadi provinsi dengan peserta terbanyak (374), disusul Jawa Barat (301), Sumatera Utara (222), dan DKI Jakarta (215). Papua Barat sendiri menorehkan partisipasi 106 siswa.

    Sementara itu, provinsi dengan peserta relatif sedikit antara lain Kepulauan Bangka Belitung (1), Sulawesi Utara (2), Papua Tengah (3), dan Sulawesi Barat (3). Secara keseluruhan, peserta OGI tersebar hampir di seluruh provinsi, menunjukkan semangat bersama untuk maju dalam sains dan genomika.
     
    OGI, Miniatur Indonesia

    Penyelenggaraan OGI 2025 menuai apresiasi dari berbagai pihak. Shinryu Aditya Viriyajetu, wali salah satu finalis asal SMPK Santa Clara Surabaya, menilai OGI melampaui standar olimpiade pada umumnya berkat keseriusan panitia dan kualitas konten.

    “OGI itu miniatur Indonesia. Anak-anak cepat akrab, bergembira, berproses bersama, dan belajar menghargai perbedaan. Saya juga terkesan pada peserta dari daerah afirmasi yang semangat juangnya luar biasa,” ujarnya.

    Ia pun menutup dengan harapan sederhana, “Semoga bisa bertemu kembali di OGI 2026.”

    Jakarta: Perjalanan panjang ditempuh Berheta Simuna untuk bisa hadir di Jakarta mengikuti Olimpiade Genomik Indonesia (OGI) 2025. 
     
    “Saya bersama kakak pendamping naik motor dari rumah ke Pelabuhan Saengga selama 5 menit. Setelah itu menuju Pelabuhan Teluk Bintuni selama 4 jam. Kami menginap 1 malam di Teluk Bintuni. Esok hari, kami berangkat pukul 1 naik mobil selama 7 jam menuju Manokwari. Setelah istirahat 1 malam, esoknya kami naik pesawat menuju Sorong selama 50 menit, lalu melanjutkan perjalanan ke Jakarta 4 jam dengan pesawat. Setiba di Bandara Soekarno-Hatta langsung menuju Universitas Indonesia selama 1 jam 30 menit,” tutur Berheta.
     
    Berheta adalah siswa kelas 12 SMA Negeri Saengga, Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat. Ia hadir sebagai salah satu finalis OGI 2025, bersama Prajanita Oktavianty Korowa (SD Katolik Santa Lauren Bintuni, Kabupaten Teluk Wondama) serta Varrent Vemaria Val Rooey (SD Inpres Kokas, Kabupaten Fakfak). Mereka berhasil menyisihkan 108 siswa Papua sejak babak penyisihan.

    “Di sini saya dapat banyak teman, banyak belajar, dan mencoba praktik dengan alat-alat laboratorium. Bentuknya berbeda-beda, tapi namanya tetap sama. Itu membuat kami agak bingung, apalagi saat eksperimen dan presentasi. Saat mengerjakan soal juga sempat keliru, karena pertanyaan panjang tapi jawabannya pendek. Tapi saya anggap ini proses belajar. Saya senang sekali bisa melihat laboratorium DNA di Regene. Itu pengalaman pertama,” ujar Berheta penuh semangat.
     
    Ada pula pengalaman unik yang ia alami di Jakarta. Berheta selalu memakai masker, bukan karena pandemi, melainkan karena tidak tahan dengan dinginnya AC.
     
    “Saya tidak bisa kena dingin terlalu lama, jadi pusing dan mual. Tapi puji Tuhan, lama-lama bisa beradaptasi. Nanti kalau pulang ke sekolah, saya akan menceritakan pengalaman ini: mulai dari perjalanan, bertemu kakak pendamping, hingga belajar presentasi,” ujarnya riang.
     
    Awalnya Berheta bercita-cita menjadi dosen atau advokat untuk mengadvokasi pendidikan di Papua. Namun setelah mengikuti OGI, ia mulai bermimpi baru. “Setelah lihat Universitas Indonesia, saya terpanggil. Kalau ada kesempatan, saya ingin masuk Biologi UI,” katanya mantap.
     
    Berheta pun berpesan kepada teman-teman sebayanya: “Semangat belajar, berdoa, dan berusaha. Kita tidak tahu apa yang terjadi di depan, semuanya Tuhan
    yang menentukan. Dari OGI saya belajar bahwa semua butuh perjuangan, kesabaran, ketabahan, dan banyak bersyukur.”
     

    Papua Barat: Potensi Besar, Tantangan Nyata

    Teluk Bintuni, kampung halaman Berheta, adalah wilayah kaya dengan ekosistem mangrove luar biasa dan komunitas multi-suku yang hidup harmonis. Namun akses pendidikan dan infrastruktur masih menjadi tantangan.
     
    Berbagai inisiatif telah hadir, seperti UNIMUTU, Kartu Teluk Bintuni Smart, dan sekolah-sekolah mandiri lokal, sebuah bukti nyata bahwa upaya mencerdaskan generasi Papua terus berjalan.
     

    Partisipasi OGI 2025: Merata dari Sabang sampai Merauke

    Data peserta menunjukkan antusiasme luas dari seluruh provinsi Indonesia. Jawa Timur menjadi provinsi dengan peserta terbanyak (374), disusul Jawa Barat (301), Sumatera Utara (222), dan DKI Jakarta (215). Papua Barat sendiri menorehkan partisipasi 106 siswa.
     
    Sementara itu, provinsi dengan peserta relatif sedikit antara lain Kepulauan Bangka Belitung (1), Sulawesi Utara (2), Papua Tengah (3), dan Sulawesi Barat (3). Secara keseluruhan, peserta OGI tersebar hampir di seluruh provinsi, menunjukkan semangat bersama untuk maju dalam sains dan genomika.
     

    OGI, Miniatur Indonesia

    Penyelenggaraan OGI 2025 menuai apresiasi dari berbagai pihak. Shinryu Aditya Viriyajetu, wali salah satu finalis asal SMPK Santa Clara Surabaya, menilai OGI melampaui standar olimpiade pada umumnya berkat keseriusan panitia dan kualitas konten.
     
    “OGI itu miniatur Indonesia. Anak-anak cepat akrab, bergembira, berproses bersama, dan belajar menghargai perbedaan. Saya juga terkesan pada peserta dari daerah afirmasi yang semangat juangnya luar biasa,” ujarnya.
     
    Ia pun menutup dengan harapan sederhana, “Semoga bisa bertemu kembali di OGI 2026.”
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News

    (PRI)