agama: Katolik

  • Kabar dari Vatikan soal Kondisi Kesehatan Paus Fransiskus Membaik

    Kabar dari Vatikan soal Kondisi Kesehatan Paus Fransiskus Membaik

    Jakarta

    Paus Fransiskus masih berjuang sembuh dari sakit pneumonia yang dideritanya. Hampir tiga pekan dirawat, kondisi pemimpin gereja Katolik dunia itu terus membaik.

    Dilansir kantor berita AFP, Minggu (9/3/2025), Vatikan mengatakan Paus Fransiskus merespons pengobatan dengan baik. Vatikan menyebut kondisi pria berusia 88 tahun itu stabil dan kian membaik.

    “Kondisi klinis Bapa Suci dalam beberapa hari terakhir tetap stabil dan, akibatnya, menunjukkan respons yang baik terhadap pengobatan. Oleh karena itu, ada sedikit perbaikan secara bertahap,” demikian bunyi buletin tersebut.

    Kepala Gereja Katolik sedunia itu telah berada di RS Gemelli, Roma, sejak 14 Februari. Paus disebut tak lagi mengalami kegagalan pernapasan seperti yang terjadi pada hari Senin (3/3).

    Paus Fransiskus dirawat di Rumah Sakit Gemelli di Roma karena kesulitan bernapas, setelah itu kondisinya sempat memburuk, sehingga memicu kekhawatiran luas di kalangan umat Katolik.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {

    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    adSlot.innerHTML = “;

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’)
    .addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”;
    ads[currentAdIndex]();
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function (entries) {
    entries.forEach(function (entry) {
    if (entry.intersectionRatio > 0.1) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    } else {
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.1 });

    function checkVisibility() {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    } else {
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    }

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function () {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) {
    console.error(“❌ Elemen #ad-slot tidak ditemukan!”);
    return;
    }
    ads[currentAdIndex]();
    observer.observe(adSlot);
    });

    var mutationObserver = new MutationObserver(function (mutations) {
    mutations.forEach(function (mutation) {
    if (mutation.type === “childList”) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    });
    });

    mutationObserver.observe(document.getElementById(“ad-slot”), { childList: true, subtree: true });

    Setelah mengalami serangan pernapasan, yang memerlukan oksigen dalam jumlah besar dan transfusi darah, Vatikan mengatakan kondisi Paus Fransiskus telah stabil, namun saat itu dia masih dalam kondisi kritis.

    Kondisi Stabil

    Foto: Paus Fransiskus (AFP/TIZIANA FABI)

    Vatikan mengungkap kondisi Paus Fransiskus yang tengah menjalani perawatan akibat pneumonia. Kondisi Paus Fransiskus kini makin membaik dan terlihat perbaikan secara bertahap.

    Vatikan menyebut Paus dapat melewati malam yang tenang di rumah sakit. Paus Fransiskus disebut melewati pengobatan pneumonia dengan baik.

    “Malam itu tenang, Paus sedang beristirahat”, kata Vatikan dalam update terbarunya, yang telah berada di ruang khusus kepausan di rumah sakit Gemelli di Roma sejak 14 Februari.

    Pimpinan Gereja Katolik itu telah menderita beberapa krisis pernapasan sejak dirawat, tetapi tidak mengalaminya selama beberapa hari ini. Vatikan menggambarkan kondisinya sebagai “stabil”.

    Paus Fransiskus disebut merespons pengobatan dengan baik dan telah melihat “perbaikan bertahap dan sedikit demi sedikit”.

    Meskipun Fransiskus tidak demam, dokternya ingin melihat hasil positif yang sama “dalam beberapa hari mendatang” sebelum memberikan prognosis, kata buletin medis malam.

    Paus Fransiskus telah menderita serangkaian masalah kesehatan dalam beberapa tahun terakhir, mulai dari operasi usus besar pada tahun 2021 hingga operasi hernia pada tahun 2023, tetapi ini adalah rawat inap terlama dan terberat selama masa kepausannya.

    Pemimpin 1,4 miliar umat Katolik di dunia ini sebelumnya pernah muncul di balkon untuk doa Angelus mingguannya pada hari Minggu.

    Namun, ia telah melewatkan tiga doa terakhir dan akan melewatkan doa Angelus keempatnya pada hari Minggu ini. Kantor pers Vatikan mengatakan pada hari Sabtu bahwa Angelus akan disampaikan “dengan cara yang sama” seperti pada minggu-minggu sebelumnya, ketika doa tersebut diterbitkan sebagai surat pada siang hari.

    Halaman 2 dari 2

    (ygs/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Paus Fransiskus Membaik, Vatikan Jelaskan Kondisi Terkininya

    Paus Fransiskus Membaik, Vatikan Jelaskan Kondisi Terkininya

    Jakarta

    Vatikan mengungkap kondisi Paus Fransiskus yang tengah menjalani perawatan akibat pneumonia. Kondisi Paus Fransiskus kini makin membaik dan terlihat perbaikan secara bertahap.

    Vatikan menyebut Paus dapat melewati malam yang tenang di rumah sakit. Paus Fransiskus disebut melewati pengobatan pneumonia dengan baik.

    “Malam itu tenang, Paus sedang beristirahat”, kata Vatikan dalam update terbarunya, yang telah berada di ruang khusus kepausan di rumah sakit Gemelli di Roma sejak 14 Februari.

    Pimpinan Gereja Katolik itu telah menderita beberapa krisis pernapasan sejak dirawat, tetapi tidak mengalaminya selama beberapa hari ini. Vatikan menggambarkan kondisinya sebagai “stabil”.

    Paus Fransiskus disebut merespons pengobatan dengan baik dan telah melihat “perbaikan bertahap dan sedikit demi sedikit”.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {

    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    adSlot.innerHTML = “;

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’)
    .addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;
    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”;
    ads[currentAdIndex]();
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function (entries) {
    entries.forEach(function (entry) {
    if (entry.intersectionRatio > 0.1) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    } else {
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.1 });

    function checkVisibility() {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    } else {
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    }

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function () {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) {
    console.error(“❌ Elemen #ad-slot tidak ditemukan!”);
    return;
    }
    ads[currentAdIndex]();
    observer.observe(adSlot);
    });

    var mutationObserver = new MutationObserver(function (mutations) {
    mutations.forEach(function (mutation) {
    if (mutation.type === “childList”) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    requestAnimationFrame(checkVisibility);
    }
    });
    });

    mutationObserver.observe(document.getElementById(“ad-slot”), { childList: true, subtree: true });

    Meskipun Fransiskus tidak demam, dokternya ingin melihat hasil positif yang sama “dalam beberapa hari mendatang” sebelum memberikan prognosis, kata buletin medis malam.

    Paus Fransiskus telah menderita serangkaian masalah kesehatan dalam beberapa tahun terakhir, mulai dari operasi usus besar pada tahun 2021 hingga operasi hernia pada tahun 2023, tetapi ini adalah rawat inap terlama dan terberat selama masa kepausannya.

    Pemimpin 1,4 miliar umat Katolik di dunia ini sebelumnya pernah muncul di balkon untuk doa Angelus mingguannya pada hari Minggu.

    Namun, ia telah melewatkan tiga doa terakhir dan akan melewatkan doa Angelus keempatnya pada hari Minggu ini. Kantor pers Vatikan mengatakan pada hari Sabtu bahwa Angelus akan disampaikan “dengan cara yang sama” seperti pada minggu-minggu sebelumnya, ketika doa tersebut diterbitkan sebagai surat pada siang hari.

  • Pemuda Katolik dukung pemenuhan hak penyandang disabilitas

    Pemuda Katolik dukung pemenuhan hak penyandang disabilitas

    Jakarta (ANTARA) – Pengurus Pusat Pemuda Katolik mendukung penghormatan, pelindungan dan pemenuhan hak penyandang disabilitas dengan menandatangani nota kesepahaman (MoU) bersama Komisi Nasional Disabilitas (KND) Republik Indonesia.

    “Pemuda Katolik berkomitmen untuk tidak hanya melakukan advokasi hak-hak penyandang disabilitas, tetapi juga mengambil langkah konkret dalam memastikan kebijakan yang lebih berpihak,” kata Ketua Umum Pemuda Katolik, Stefanus Gusma dalam keterangannya di Jakarta, Sabtu.

    Gusma menyebutkan salah satu bentuk dukungan nyata yang diberikan adalah mendorong agar anggaran bagi KND diperkuat oleh pemerintah sehingga lembaga ini dapat menjalankan tugasnya dengan lebih efektif.

    “Pemuda Katolik juga akan aktif dalam advokasi terhadap kelompok disabilitas di berbagai sektor, mulai dari dunia pendidikan, lingkungan gereja, hingga sektor ekonomi, termasuk perusahaan-perusahaan milik pengusaha Katolik,” katanya.

    Selain itu, Pemuda Katolik juga menegaskan komitmennya untuk merespons dengan cepat berbagai kasus yang dialami oleh penyandang disabilitas, termasuk peristiwa-peristiwa yang bersifat kasuistik dan penting.

    “Kesetaraan bagi penyandang disabilitas bukan sekadar slogan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Kita tidak boleh membiarkan ada diskriminasi atau ketidakadilan dalam bentuk apa pun,” tegas Gusma.

    Setelah penandatanganan MoU ini, Pemuda Katolik akan memasukkan isu disabilitas dalam agenda Rapat Kerja Nasional (Rakernas). Salah satu fokus utama yang akan dibahas adalah mendorong seluruh kader Pemuda Katolik di daerah untuk mengadvokasi lahirnya peraturan daerah (perda) yang berpihak pada penyandang disabilitas.

    “Untuk mewujudkan hal ini, Pemuda Katolik akan melakukan audiensi dengan para pemimpin daerah agar kebijakan di tingkat lokal benar-benar mendukung kesetaraan dan kesejahteraan bagi penyandang disabilitas,” katanya.

    Anggota Komisi Disabilitas, Kikin Tarigan yang mewakili Ketua KND Dante Rigmalia menyampaikan apresiasi atas keterlibatan Pemuda Katolik dalam memperjuangkan hak-hak penyandang disabilitas.

    “Organisasi kaum muda merupakan cikal bakal terbentuknya komunitas yang lebih inklusif,” katanya.

    Pemuda Katolik dengan jaringan dan pengaruhnya, dapat menjadi agen perubahan dalam menciptakan lingkungan yang lebih ramah bagi penyandang disabilitas, baik dalam keluarga, gereja, sekolah maupun dunia kerja.

    Pewarta: Ilham Kausar
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

  • Sempat Ditolak Keluarga, Dokter Richard Lee Mantap Mualaf, Istri Juga Peluk Agama Islam?

    Sempat Ditolak Keluarga, Dokter Richard Lee Mantap Mualaf, Istri Juga Peluk Agama Islam?

    TRIBUNJATENG.COM – Dokter Richard Lee mengumumkan dirinya Mualaf atau memeluk agama Islam.

    Kabar Dokter Richard Lee mualaf ini disampaikan Ustadz Derry Sulaiman lewat akun Instagramnya @derrysulaiman pada Kamis (6/3/2025).

    Namun ternyata, Dokter Richard mengakui jika ia sudah memeluk Islam sejak 2 tahun lalu.

    “Sebenarnya sejak dua tahun yang lalu aku tuh sudah islam dan selama dua tahun ini aku belajar islam, dan sampai sekarang aku masih belajar islam,” ungkap dr Richard Lee dilansir TribunnewsBogor.com dari tayangan Youtube Mantra News, Kamis (6/3/2025).

    Dokter Richard Lee mengatakan dirinya mantap memeluk Islam setelah hatinya merasa kosong.

    Saat itu ia sudah punya karir yang sukses dan profesi mentereng serta banyak rezeki.

    Sayangnya, Dokter Richard merasa hampa lantaran tujuan hidupnya hanya dunia saja.

    Ia pun mulai kehilangan tujuan hidup.

    Dari situ, Dokter Richard mulai belajar tentang Islam dengan bimbingan Ustadz Derry Sulaiman dan Ustadz Fekix Siauw.

    “Sebenarnya aku merasa ada kekosongan aja. Aku dulu merasa sudah sempurna banget, di puncak, tapi aku merasa semuanya karena akunya hebat. Tapi aku merasa kayak ada yang kosong, aku kehilangan tujuan hidup, aku merasa tujuan hidupku cuma dunia. Kebetulan ada yang ngajarin, ada yang bimbing, itu cukup mengubah hidup aku,” pungkas Richard Lee.

    Dokter Richard juga sempat menganggap ujian hidupnya sangat berat.

    Namun setelah belajar Islam dan mendengarkan Surat Al Baqarah ayat 155-157, pandangan hidup Dokter Richard mulai berubah.

    Selama 2 tahun tersebut Dokter Richard terus belajar tentang Islam.

    Namun ia memilih merahasiakan pilihannya saat itu.

    Hal ini karena sang dokter sempat mendapat penolakan besar dari keluarganya.

    “Yang pertama karena aku tidak ingin menyakiti hati orang lain.
    Karena bagaimanapun juga keluarga aku adalah keluarga non muslim. Aku harus menjaga perasaan mereka.

    Dan aku juga punya alasan tersendiriuntuk lebih berhati-hati dalam bersikap, berbuat. Aku tidak ingin ketika aku masuk Islam aku malah menyakiti orang lain terutama keluargaku,” 

    Alasan kedua, Dokter Richard tak ingin pilihannya dianggap sebagai sensasi untuk mencari eksistensi saja.

    “Yang kedua aku tidak ingin dicap mencari eksistensi, terkenal karena Islam. Aku tidak mau,” 

    Yang ketiga, aku ingin kasih edukasi ke masyarakat tentang agama Islam, aku ingin ikut berdakwah, tapi dengan caraku. Aku kan bukan Ustadz, jadi aku pengen bikin acara dengan temen-temen,” 

    Dalam wawancara itu, Dokter Richard menceritakan jika ia sempat mendapat penolakan besar dari keluarganya.

    “Yang pertama penolakan ya, dari 2 tahun lalu penolakan yang besar-besaran banget. Bahkan aku diancem, tapi anceman keluarga. Aku diem aja. Strategiku pelan-pelan. Tepatnya satu tahun lalu, istriku, Go head tak jadi masalah, kalau memang itu pilihan hidup kamu. Aku seneng banget, istriku support banget,” papar Dokter Richard.

    Sampai akhirnya satu bulan yang lalu Dokter Richard membicarakan keputusannya ke keluarga besar.

    Pihak keluarga pun mengerti sehingga Dokter Richard berani mengumumkan menjadi mualaf.

    Sebelumnya, istri Dokter Ridchard memeluk Agama Buddha dan memeluk Katolik setelah menikah dengan Dokter Richard Lee.

    Sang istri, Reni Efendi pun kini kembali memeluk kepercayaan sebelumnya.

    “Betul, dan dia duluan yang mengumumkan duluan, bukan aku,”  ucap Dokter Richard Lee pada Kamis (6/3/2025).

    Sementara itu, Dokter Richard juga membebaskan sang istri dan anak-anak untuk memilih agama yang diyakini.

    “Saya bilang (ke istri) monggo tidak ada masalah, seperti dia membebaskan saya, kepercayaan saya. Ya saya juga membebaskan kepercayaan dia. Asal kita janji sama-sama itu membuat kita pribadi jadi lebih baik. 
    Dia bilang mau kamu agama apapun nggak masalah. Yang penting kamu jadi orang yang lebih baik, suami yang lebih, pribadi yang lebih baik. Selagi dia jadi istri yang baik saya nggak masalah,” 

    (*)

  • Apa Itu Asta Protas, Menag: Isinya Program Kemenag Berdampak

    Apa Itu Asta Protas, Menag: Isinya Program Kemenag Berdampak

    loading…

    Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengenalkan Asta Protas Kemenag Berdampak atau delapan program prioritas Kemenag berdampak. Menag Nasaruddin mengungkapkan program-progam yang terpilih ini merupakan langkah konkret Kemenag untuk menyelesaikan Asta Cita serta 17 program prioritas yang telah ditetapkan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming.

    “Asta Protas ini berisi delapan program besar, yang outputnya diharapkan berdampak langsung pada masyarakat serta berkontribusi terhadap penyelesaian Asta Cita dan 17 program prioritas Presiden dan Wapres. Ini insyaAllah akan kita kerjakan selama periode 2025 sampai 2029,” tutur Menag Nasaruddin saat mengenalkan Asta Protas Kemenag Berdampak di Auditorium HM Rasjidi, Jakarta, Kamis (6/3/2025).

    Baca Juga: Pendaftaran Bantuan untuk masjid dan Musala 2025 Dibuka, Begini Caranya

    Delapan program prioriitas Kemenag, meliputi: (1) Meningkatkan Kerukunan dan Cinta Kemanusiaan; (2) Penguatan Ekoteologi; (3) Layanan Keagamaan Berdampak; (4) Mewujudkan Pendidikan Unggul, Ramah, dan Terintegrasi; (5) Pemberdayaan Pesantren; (6) Pemberdayaan Ekonomi Umat; (7) Sukses Haji; dan (8) Digitalisasi Tata Kelola.

    1. Meningkatkan Kerukunan dan Cinta Kemanusiaan

    Ada lima hal penting yang dilakukan, antara lain adalah upaya peningkatan kualitas kerukunan, penguatan moderasi beragama pengembangan dan insersi kurikulum berbasis cinta kemanusiaan dan penghargaan terhadap perbedaan. Pemberdayaan dan pemeliharaan rumah ibadah terus dilakukan, diiringi penguatan pembinaan umat.

    “Regulasi kerukunan umat beragama akan kita perkuat, termasuk penguatan peran KUA untuk mendeteksi dini potensi konflik berdimensi keagamaan,” sebut Menag

    “Kita akan lakukan pengembangan dan insersi kurikukum berbasis cinta kemanusiaan dan penghargaan terhadap perbedaan di lembaga pendidikan dan kediklatan binaan Kemenag,” sambungnya.

    2. Penguatan Ekologi

    Krisis iklim menjadi isu global. Indonesia harus terdepan dalam pelestarian lingkungan. Itu harus berangkat dari pemahaman dan kesadaran keagamaan akan pentingnya merawat bumi. Agama kaya akan nilai pelestarian lingkungan. Di Islam ada konsep khilafah yang harus dipahami manusia sebagai pelestari alam raya. Ada ajaran Tri Hita Karana dalam Hindu, dan Laudato Si’ dalam Katolik.

  • Bagaimana Tata Kelola Vatikan Saat Paus Fransiskus Sakit?

    Bagaimana Tata Kelola Vatikan Saat Paus Fransiskus Sakit?

    Jakarta

    Krisis kesehatan yang dihadapi Paus Fransiskus membuat jutaan umat Katolik di seluruh dunia cemas. Bagaimana Vatikan dan Gereja Katolik berjalan ketika pemimpin tertinggi mereka sakit?

    Sejak 14 Februari 2025, Paus Fransiskus yang kini berusia 88 tahun menjalani perawatan di Rumah Sakit Gemelli di Roma karena infeksi paru-paru serius di kedua paru-parunya alias pneumonia ganda.

    Dalam beberapa hari terakhir, Paus Fransiskus dilaporkan mengalami gagal napas akut yang memerlukan intervensi medis mendesak seperti ventilasi mekanis non-invasif untuk membantu pernapasannya.

    Menurut dokter, meskipun pemimpin tertinggi umat Katolik itu masih sadar, kondisinya tetap lemah karena menunjukkan gambaran yang ‘kompleks’.

    Di samping kekhawatiran tentang kesehatannya, kondisi Paus Fransiskus yang masih dirawat inap turut memunculkan sejumlah pertanyaan mengenai peraturan Vatikan yang belum menemukan titik terang.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Salah satu di antaranya adalah apa yang terjadi jika seorang Paus tidak dapat melanjutkan tugas kepemimpinannya, tetapi belum meninggal atau mengundurkan diri?

    Apa yang terjadi di Vatikan saat ini?

    Getty ImagesKambuhnya penyakit Paus Fransiskus mendorong ribuan umat beriman berkumpul di Roma untuk berdoa

    Paus merupakan pemimpin tertinggi Gereja Katolik dan Vatikan, sehingga kepemimpinannya sangat penting baik dalam dimensi keagamaan, administratif, maupun diplomatik.

    Karena Paus Fransiskus baru dirawat di rumah sakit selama beberapa hari dan tetap sadar, saat ini belum terlihat gangguan besar dalam aktivitas Takhta Suci Vatikan.

    “Departemen-departemen Vatikan telah memiliki jadwal yang tersusun. Tahun ini Yubileum dirayakan dan seluruh programnya telah direncanakan,” kata Filipe Domingues, direktur Pusat Sekuler di Roma dan spesialis urusan Vatikan, kepada BBC Mundo.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Domingues menjelaskan bahwa para kepala setiap dikasteri (kumpulan lembaga administratif Vatikan yang membantu paus) dapat mengarahkan bidangnya masing-masing.

    “Kurang lebih seperti halnya menteri dalam suatu pemerintahan, sehingga Paus tidak perlu membuat setiap keputusan secara individual,” imbuhnya.

    Beberapa tugas khusus hanya bisa dilakukan Paus, seperti pengangkatan uskup, pengesahan kanonisasi santo-santa baru, dan pesan-pesan beliau kepada umat beriman pada hari Rabu atau Minggu.

    “Pesan-pesan ini tetap keluar, tetapi secara terbatas. Ketika beliau dapat menyetujuinya, pesan-pesan tersebut diterbitkan. Jika beliau tidak bisa, maka pesan-pesan tersebut memerlukan waktu lebih lama untuk diterbitkan,” tambah Domingues.

    Getty ImagesPietro Parolin adalah Sekretaris Negara Vatikan yang bertanggung jawab atas diplomasi dan urusan politik Takhta Suci.

    Ketika Paus tidak dapat menjalankan fungsinya secara langsung, administrasi Gereja Katolik berada di tangan Kuria Roma, badan pemerintahan gerejawi.

    Tanggung jawab ini khususnya terletak di pundak Sekretaris Negara Vatikan yang saat ini dijabat Kardinal Pietro Parolin.

    “Semuanya akan tetap kurang lebih sama: setiap kardinal memiliki perannya sendiri di Vatikan dan sekretaris negara memainkan peran yang sangat penting dalam konteks ini,” ujar Domingues.

    Parolin mengawasi urusan diplomatik dan administratif dan bertindak seperti “perdana menteri” Vatikan.

    Namun, Domingues menekankan otoritas Sekretaris Negara Vatikan tidak menggantikan kewenangan Paus.

    “[Sekretaris Negara] tidak dapat membuat keputusan yang menjadi wewenang Paus, seperti pengangkatan uskup,” paparnya.

    “Saat Paus dalam kondisi tidak sadar, maka tidak akan ada pengangkatan baru. Kita harus menunggu karena tidak ada yang namanya ‘wakil paus’. Tetapi Sekretaris Negara Vatikan dapat terus menjalankan proyek-proyek yang telah dirancang dengan tetap mempertahankan prioritas Paus.”

    Baca juga:

    Adapun perayaan keagamaan dan acara gerejawi terus berlanjut.

    Misalnya, pada hari Minggu (02/03) lalu, Uskup Agung Rino Fisichella memimpin Misa Yubileum di Basilika Santo Petrus yang sedianya dipimpin Paus.

    Akan tetapi, sekalipun Takhta Suci memiliki mekanisme tertentu untuk tetap beroperasi jika pemimpinnya tidak hadir, terdapat kekurangan dalam sistem regulasinya.

    Jika kesehatan Paus memburuk dalam jangka waktu yang lebih lama, maka pada perjalanannya akan timbul kesulitan dalam tata kelola.

    Bagaimana regulasi Vatikan ketika Paus sakit?

    Ketika seorang Paus wafat atau mengundurkan diri, aturan suksesi Vatikan cukup jelas dan mapan.

    Di sisi lain, tidak ada protokol yang jelas untuk mendelegasikan kepemimpinan Gereja jika Paus tidak dapat menjalankan fungsinya secara penuh karena penyakit serius.

    Takhta Suci juga tidak memiliki mekanisme perwakilan sementara ketika Paus sakit atau tidak mampu menjalankan tanggung jawabnya.

    Menurut Domingues, hal ini sebagian tidak lepas dari tradisi dan idiosinkrasi Gereja Katolik.

    “Ini bukan posisi sederhana. Ada pemahaman bahwa Paus adalah penerus Santo Petrus, seorang pemimpin Gereja. Ini bukanlah pekerjaan yang ditempati sementara kemudian ditinggalkan,” jelasnya.

    Getty ImagesMenurut doktrin Gereja Katolik, Paus adalah penerus Santo Petrus.

    Dia menambahkan bahwa “salah satu gelar Paus adalah ‘Vikaris Kristus’, yang berarti bahwa dia adalah perwakilan utama Kristus di Bumi; itulah mengapa pendekatan ‘jika sudah tidak baik, mari kita cari yang lain’ tidak sesuai dengan logika Gereja.”

    “Sikapnya lebih kepada: ‘Mari kita berdoa untuknya agar dia membaik atau melewati situasi ini dengan damai. Dan ketika waktunya tiba, kita akan melakukan apa yang harus kita lakukan,’” jelas pakar tersebut.

    Para pakar berpendapat bahwa hukum kanon, yang menyediakan prosedur terperinci untuk suksesi kepausan dalam hal kematian atau pengunduran diri, meninggalkan kekosongan hukum ketika Paus masih hidup tetapi tidak dapat menjalankan fungsinya secara penuh.

    Kanon 335 menyebutkan kemungkinan bahwa Takhta Suci “kosong atau sepenuhnya terhalang,” tetapi tidak mendefinisikan apa arti “sepenuhnya terhalang” atau menetapkan langkah-langkah yang harus diikuti dalam skenario tersebut.

    Dalam kasus uskup, misalnya, Gereja memiliki aturan. Menurut Kanon 412, sebuah keuskupan dapat dianggap “terhambat” jika uskupnya tidak dapat menjalankan otoritasnya karena alasan sakit, pengasingan, atau keadaan lain apa pun, dan komando beralih ke tangan uskup pembantu atau vikaris jenderal.

    Namun, karena tidak ada ketentuan yang setara untuk Paus, pertanyaan tentang siapa yang harus mengambil alih perannya dalam kasus ketidakmampuan tetap terbuka.

    Surat Paus Fransiskus

    Secara teori, jika seorang Paus tidak dapat melanjutkan jabatannya karena alasan kesehatan, satu-satunya solusi adalah mengundurkan diri.

    Hal ini terjadi pada tahun 2013. Saat itu, Paus Benediktus XVI mengundurkan diri karena kondisi fisiknya tidak lagi memungkinkan dia untuk menjalankan tugasnya.

    Paus Fransiskus sadar betul akan kondisi kesehatannya. Pada tahun 2022, dia telah menulis surat pengunduran diri untuk digunakan dalam kasus ketidakmampuan medis.

    Namun, ada ketidakpastian mengenai bagaimana pengunduran diri ini akan dilakukan ketika, katakanlah, Paus Fransiskus berada dalam kondisi tidak sadar dan tidak menyatakan secara gamblang.

    Berdasarkan hukum kanon, pengunduran diri Paus harus “bebas dan nyata.”

    Getty ImagesPengunduran diri Paus Benediktus XVI merupakan yang pertama dalam kurun waktu hampir 600 tahun

    Paus Benediktus XVI, yang memimpin Vatikan dari tahun 2005, mengumumkan pengunduran dirinya kepada publik pada 2013.

    Namun, apabila Paus Fransiskus mengalami koma atau menderita demensia lanjut, muncul pertanyaan tentang siapa yang akan memutuskan validitas surat pengunduran dirinya.

    “Jika Paus menderita Alzheimer dan tidak lagi dapat membuat keputusan sendiri, seseorang dari Sekretariat Negara harus mempublikasikan surat tersebut dan menyajikan laporan medis,” kata Domingues.

    “Kita tidak mengetahui detail surat [Paus Fransiskus] tersebut. Tetapi semacam ketidakmampuan disebutkan. Saya kira pernyataan medis akan diperlukan untuk mengonfirmasi bahwa situasi tersebut akan berkepanjangan dan bahwa ia mungkin tidak akan dapat pulih,” tambahnya.

    Lalu apa yang terjadi apabila diputuskan bahwa surat pengunduran ini tidak valid?

    “Gereja akan terus berjalan hingga akhir masa kepausan saat Paus meninggal. Ini tidak ideal, tetapi pernah terjadi sebelumnya,” kata pakar tersebut.

    Baca juga:

    Sejarah mencatat Paulus VI sempat menulis surat dan menyiapkan dokumen agar pengunduran dirinya diterima jika ia sakit parah.

    Namun, surat ini tidak pernah digunakan. Paulus VI tetap menjabat dari tahun 1963 hingga wafatnya pada tahun 1978.

    Akankah ada reformasi aturan?

    Getty ImagesBerbagai kondisi kesehatan sudah dihadapi Paus Fransiskus sepanjang hidupnya, termasuk pengangkatan sebagian paru-parunya pada usia 21 tahun.

    Dengan tidak adanya regulasi yang jelas mengenai hal ini, beberapa spesialis hukum kanon telah mengusulkan reformasi aturan.

    Pada tahun 2021, sekelompok ahli menyarankan bahwa, ketika seorang Paus benar-benar tidak mampu menjalankan tugasnya, Kolegium Kardinal harus mengambil alih pengelolaan Gereja dan menunjuk komisi untuk secara berkala menilai keadaan kesehatan Paus.

    Usulan ini menyiratkan bahwa komite medis akan meninjau kesehatannya setiap enam bulan dan, jika ditentukan bahwa ia tidak dapat tetap menjabat, Kolegium Kardinal dapat mengaktifkan proses pemilihan penerus jabatan.

    Namun, sejauh ini Vatikan belum menerapkan ide-ide tersebut.

    Dengan kata lain, Gereja saat ini tidak memiliki mekanisme formal untuk mengatur kepemimpinan Vatikan ketika kondisi kesehatan Paus terus memburuk dalam jangka panjang.

    Ketika ditanya apakah ada perdebatan di dalam Vatikan untuk mereformasi hukum kanon ini, Filipe Domingues mengatakan “belum mendengar apa pun tentang itu.”

    “Saya rasa tidak ada rencana dalam hal itu, karena selalu ada kemungkinan pengunduran diri, dan itu masih menjadi pilihan,” katanya.

    “Untuk saat ini, beliau sadar. Setiap hari mereka melaporkan bahwa beliau sadar dan mengetahui apa yang terjadi pada dirinya dan Gereja. Kita belum mencapai skenario lainnya.”

    Lihat juga Video ‘Rabu Abu, Umat Katolik di Filipina Doakan Paus Fransiskus’:

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • VIDEO Kemenag akan Terapkan ‘Kurikulum Cinta’, Menag: Guru Agama Tak Boleh Ajarkan Kebencian – Halaman all

    VIDEO Kemenag akan Terapkan ‘Kurikulum Cinta’, Menag: Guru Agama Tak Boleh Ajarkan Kebencian – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA –  Kementerian Agama (Kemenag) akan menerapkan Kurikulum Cinta di sekolah agama, mulai dari tingkat PAUD hingga perguruan tinggi. 

    Langkah ini diambil untuk menanamkan nilai cinta terhadap Tuhan, sesama manusia, lingkungan, dan bangsa sejak dini.

    Pun ini bertujuan untuk mencegah penanaman kebencian kepada siswa di lingkungan pendidikan.

    Hal itu disampaikan Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar pada konferensi pers Asta Prota Kementerian Agama 2024-2025 di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Kamis (6/3/2025).

    “Upaya untuk meningkatkan kerukunan ini, kita akan terapkan kurikulum cinta,” ujar Nasaruddin.

    Guru Agama Tak Boleh Ajarkan Kebencian

    Dalam kesempatan itu, Menag menegaskan guru agama tidak boleh lagi mengajarkan ajarannya dengan menekankan perbedaan antaragama.

    Ia menegaskan tidak boleh ada lagi ajaran kebencian antar agama di sekolah.

    “Tidak boleh lagi ada guru agama, agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu Buddha mengajarkan penekanan perbedaan agama satu sama lain. Apalagi mengajarkan kebencian, apalagi menajiskan agama lain,” kata Menag.

    Menurutnya, hal ini dapat membahayakan, jika anak kecil sudah diajarkan kebencian sejak dini.

    Oleh karena itu, Kurikulum Cinta dapat menjadi formulasi untuk mencegah kebencian sejak dini.

    “Ini bahaya kalau anak kecil didoktrin. Perbedaan menonjol, apalagi kebencian menonjol. Apa jadinya kalau mereka dewasa?” tegasnya.

    Penerapan Kurikulum Cinta juga menjadi bagian dari delapan program prioritas Kemenag yang dicanangkan untuk 2024-2025. Program ini meliputi:

    Meningkatkan Kerukunan dan Cinta Kemanusiaan
    Penguatan Ekoteologi
    Layanan Keagamaan Berdampak
    Mewujudkan Pendidikan Unggul, Ramah, dan Terintegrasi
    Pemberdayaan Pesantren
    Pemberdayaan Ekonomi Umat
    Sukses Haji
    Digitalisasi Tata Kelola. (*)

    (Tribunnews/Fahdi/Geok Mengwan/Malau)

  • Kisah Surianti dan Suami Menjadi Mualaf, Dapat Hidayah Setelah Bermimpi Tiga Malam Berturut

    Kisah Surianti dan Suami Menjadi Mualaf, Dapat Hidayah Setelah Bermimpi Tiga Malam Berturut

    Bulan puasa tahun ini menjadi Ramadan kelima bagi Surianti dan Johan sejak memutuskan masuk Islam 5 Februari 2020. Dua puluh tahun lamanya proses perjalanan spiritual sepasang suami istri ini dilalui, sebelum memutuskan pindah keyakinan dari Katolik menjadi Islam.

    MULANYA, ketertarikan terhadap Islam dirasakan oleh suaminya. Namun ia masih menunggu Surianti agar sama-sama masuk Islam. “Saya menikah sudah 25 tahun , dari pertama nikah suami saya sudah ajak saya masuk Islam, tapi saya belum siap waktu itu,” jelas warga Tanah Hitam, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas, kepada Pontianak Post. 

    Surianti masih ingat kala hidayah Allah datang menghampiri. Akhir Desember 2019, ia bermimpi selama tiga malam berturut-turut. “Mimpi pertama saya, saya mimpin azan. Mimpi kedua, saya mimpi saya pandai mengaji. Mimpi ketiga saya mimpi, saya sedang salat di sebuah masjid besar yang megah,” paparnya.

    Surianti kemudian bercerita kepada suaminya perihal mimpi tiga malam berturut-turut. Suaminya menjelaskan, jika mimpi itu tanda bahwa Surianti telah diberi hidayah oleh Allah SWT. “Terus suami jawab itu tandanya saya sudah dikasih hidayah dari Allah SWT,” katanya.

    Surianti tak langsung memeluk agama Islam saat itu. Selain harus meyakinkan diri, ia juga harus meyakini kedua orang tua bahkan keempat anaknya. “Tapi Alhamdulillah satu minggu setelahnya orang tua saya bisa merestui,” ungkapnya.

    Anak bungsu laki-laki Surianti menyusul masuk Islam pada 11 Mei 2023. Sementara tiga anak lainnya menganut agama yang berbeda. “Tiga anak cewek saya ada yang Protestan, ada yang Katolik,” jelasnya.

    Surianti dan suami berhasil membangun toleransi beragama dalam keluarganya. Meski berbeda keyakinan, anak-anaknya mendukung dan menghargai pilihan orang tua. “Anak-anak  juga tidak pernah makan makanan yang diharamkan seperti daging babi di rumah. Kalau mereka ingin makan, mereka makannya di luar,” jelasnya.

    Begitu juga momen Ramadan. Anak-anaknya tak segan untuk ikutan berpuasa, dan saat Idulfitri anak-anak merekalah yang semangat menyiapkan hadiah.

    “Kalau lebaran, anak-anak  pasti memberikan hampers buat kami. Tahun kemarin, anak-anak memberikan sajadah, tasbih sama kopiah buat papanya. Saya dapat hampers sama jilbab. Anak saya memang luar biasa menghargai pilihan orang tuanya,” ujarnya bersyukur. Dan sebaliknya, saat anak-anaknya merayakan Natal, Surianti biasanya membuatkan kue untuk mereka.

    Usai pengucapan dua kalimat syahadat, Surianti belajar salat dengan tetangganya. “Saya belajar salat diajari sama tetangga saya yang baik , beliau menulis tata cara salat di sebuah buku untuk saya. Selama dua minggu, Alhamdullilah saya sudah lancar salatnya,” ungkapnya.

    Masih jelas diingatan Surianti saat puasa pertama setelah menjadi muslim. Selain mudah haus, ada banyak penyesuaian yang dilakukan. Meski akhirnya semua bisa ia lalui. Surianti juga memutuskan untuk mengenakan hijab saat keluar rumah. Ia berharap dapat terus menjaga keistiqamahan dalam menjalankan perintah dan larangan agama. 

    Menjadi seorang muslimah membuat hati Surianti merasa lebih damai, dan tentram. Sebelumnya, ia sempat gelisah bercampur aduk saat memutuskan pindah keyakinan.

    Surianti dan suaminya bersyahadat di rumahnya dan dibimbing ustaz. Bagi Surianti, Islam itu Indah. “Banyak mengajarkan hal-hal  yang belum pernah saya dapat selama ini. Tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata, intinya  hati saya merasa damai. Emang sih semua agama itu baik, semua mengajarkan kebaikan, tapi saya merasa lebih tenang jadi mualaf,” pungkasnya. (*)

  • Junjung Tinggi Toleransi, Klub Sepatu Roda Kairos Semarang Rutin Adakan Buka Puasa Bersama

    Junjung Tinggi Toleransi, Klub Sepatu Roda Kairos Semarang Rutin Adakan Buka Puasa Bersama

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG — Klub sepatu roda Kairos Semarang rupanya punya tradisi tersendiri saat ramadhan tiba, yakni buka puasa bersama.

    Agenda tersebut melibatkan para orangtua atlet Kairos. Para orang tua mempersiapkan hidangan buka puasa berupa takjil setiap selesai latihan selama ramadhan.

    Tradisi ini sudah berlangsung sejak 12 tahun terakhir.

    Ketua Kairos Semarang, Liliany Pitarto mengatakan, anggota atau roller yang bergabung di Kairos Semarang bukan hanya beragama islam, tapi ada pula kristen, katolik, dan hindu.

    Namun demikian, perbedaan keyakinan tidak menghambat toleransi antar umat beragama di tim Kairos.

    Melalui kegiatan rutin tersebut, juga mengajarkan sejak dini akan pentingnya toleransi antar umat beragama kepada atlet-atlet pemula Kairos Semarang yang rata-rata masih berusia sangat belia.

    “Momen puasa ramadhan menjadi momen untuk menjalankan ibadah tapi tetap semangat latihan dengan serius. Juga menjunjung nilai toleransi karena yang non muslim juga ikut berpartisipasi menyiapkan takjil untuk bukber usai latihan,” kata Liliany, Rabu (5/3/2025) siang.

    Ditambahkan Liliany, selama ramadhan, jadwal latihan Kairos Semarang tetap sama seperti biasanya, yakni mulai pukul 16.00. Namun, bagi yang beragama muslim, untuk awal-awal Ramadhan diberi keringanan waktu memulai latihan pukul 16.30.

    “Kita toleransi waktu untuk yang berpuasa di awal-awal Ramadhan agar mereka bisa menyesuaikan dengan kondisinya,” terang Lily.

    “Yang non muslim selama puasa juga mereka tidak minum di sela latihan. Jadi ikut menghargai yang puasa. Kecuali yang masih kecil-kecil usia empat tahun,” jelasnya.

    Sementara itu, salah satu orang tua atlet Kairos Semarang, Zulfa, atau akrab disapa Mama Hana menyebut para orang tua terbagi dalam beberapa tim yang bertugas menyiapkan takjil untuk berbuka puasa.

    “Budayanya di Kairos dalam bulan ramadhan kita menyelenggarakan buka puasa bersama. Jadi anak-anak tetap latihan, kita para orang tua menyiapkan menu buka puasa untuk mereka,” katanya.

    “Sebagai reward juga untuk anak-anak. Kita mama-mama (orang tua–red) membuat beberapa tim yang bertugas menyiapkan takjil-takjil yang menarik untuk mereka. Jadi walau puasa mereka tetap semangat latihan,” ungkapnya.

    Dalam kesempatan yang sama, Rayan (9) salah satu atlet Kairos Semarang mengaku senang dengan kegiatan buka bersama usai latihan.

    “Ya tentunya seru bisa langsung buka puasa dengan teman-teman setelah latihan,” ujar atlet cilik yang juga pernah tampil di beberapa kejuaraan nasional dan internasional tersebut. (*)

  • Rabu Abu 2025: Makna Puasa, Pantang, dan Pertobatan Bagi Umat Katolik – Page 3

    Rabu Abu 2025: Makna Puasa, Pantang, dan Pertobatan Bagi Umat Katolik – Page 3

    Dalam gereja Katolik, Rabu Abu menjadi hari pertama dari dimulainya masa Pra Paskah yang jika dalam bahasa Inggris disebut denga Lent, yakni masa persiapan untuk menyambut hari raya Paskah, hari kebangkitan Yesus kristus pada hari Minggu Paskah.

    Tepatnya, Rabu Abu akan diperingati setiap hari ke-46 sebelum Paskah. Sebab, Paskah sendiri akan jatuh pada tanggal berbeda di setiap tahunnya begitu juga dengan Rabu Abu. Inilah beberapa perayaan yang sering dilakukan dalam Hari Rabu Abu:

    – Dalam misa Rabu Abu ini, maka abu akan diberikan pada umat dari hasil pembakaran daun palma yang sudah diberkati dan diberikan pada minggu Palma setahun sebelumnya. Gereja Katolik di seluruh dunia juga meminta umat untuk mengembalikan daun palma yang sudah dibawa pulang dan sudah mengering dari perayaan Paskah tahun lalu untuk dibawa kembali ke gereja yang nantinya akan dibakar sampai menjadi abu.

    – Lalu, abu akan diberkati oleh Pastur dan diperciki dengan air suci dan umat akan maju secara berbaris untuk menerima tanda salib dari abu di bagian dahi. Pastur akan memberikan tanda salib di dahi tersebut sambil berkata “Ingatlah, manusia dari abu kembali menjadi abu, dari debu kembali menjadi debu”.

    – Rabu Abu menjadi hari yang secara khusus diperuntukan bagi para pendosa yang ingin kembali ke dalam Gereja dan menyesali atas semua dosa dalam wujud pertobatan. Abu ini akan menjadi pengingat atas semua dosa yang sudah diperbuat dan umat Katolik sendiri umumnya akan membiarkan abu tersebut tetap berada di dahi sebagai wujud kerendahan hati.