agama: Katolik

  • Temuan Arkeologi Dekat Makam Yesus Mendukung Catatan Alkitab

    Temuan Arkeologi Dekat Makam Yesus Mendukung Catatan Alkitab

    Jakarta

    Para arkeolog yang menggali di bawah Gereja Makam Suci di Yerusalem, Israel, menemukan tanda-tanda keberadaan taman kuno yang selaras dengan deskripsi Alkitab.

    Umat Kristen percaya gereja tersebut adalah tempat Yesus dimakamkan dan hingga kini menjadi situs ziarah utama. Baru-baru ini, penemuan pohon zaitun dan tanaman anggur berusia 2.000 tahun diyakini mencerminkan kisah dalam Injil Yohanes tentang tempat Yesus disalib dan dibaringkan untuk beristirahat.

    “Di dekat tempat di mana Ia disalibkan ada suatu taman dan dalam taman itu ada suatu kubur baru yang di dalamnya belum pernah dimakamkan seseorang,” demikian pernyataan Injil Yohanes.

    “Temuan arkeobotani ini sangat menarik bagi kami, mengingat apa yang disebutkan dalam Injil Yohanes, yang informasinya dianggap ditulis atau dikumpulkan oleh seseorang yang mengenal Yerusalem pada saat itu,” kata Profesor Francesca Romana Stasolla, dikutip dari The Independent, Jumat (18/4/2025).

    “Injil menyebutkan area hijau antara Kalvari dan makam, dan kami mengidentifikasi ladang-ladang yang dibudidayakan ini,” rincinya.

    Penggalian telah dilakukan sejak gereja-gereja mengantisipasi banyaknya peziarah yang datang selama perayaan Paskah. Proyek penggalian arkeologi tahun 2022 menandai restorasi besar pertama sejak abad ke-19, dan dipimpin oleh seorang professor dari Sapienza University di Roma, Italia.

    Restorasi tersebut harus disetujui oleh para penjaga Katolik Roma, Armenia, dan Ortodoks Yunani. Restorasi ini juga memerlukan lisensi dari Israel Antiquities Authority.

    “Dengan pekerjaan renovasi, komunitas agama memutuskan untuk juga mengizinkan penggalian arkeologi di bawah lantai,” kata Profesor Stasolla.

    Tim menemukan lapisan-lapisan yang berasal dari Zaman Besi di bawah basilika, termasuk tembikar, lampu minyak, dan sampel tanah.

    Kehadiran artefak zaman pra-Kristen menunjukkan bahwa lahan tersebut berubah seiring waktu dari sebuah tambang, menjadi lahan pertanian, hingga menjadi situs pemakaman seiring berjalannya waktu.

    Arkeolog juga menemukan basis marmer melingkar di bawah kuil yang membungkus sesuatu yang diyakini sebagai makam Yesus. Mereka akan melakukan lebih banyak tes untuk menentukan usia dan asal marmer.

    (rns/rns)

  • KPK Fasilitasi Perayaan Ibadah Paskah, Tahanan Bisa Dikunjungi

    KPK Fasilitasi Perayaan Ibadah Paskah, Tahanan Bisa Dikunjungi

    Jakarta, Beritasatu.com – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan kesempatan bagi para tahanan untuk menjalankan ibadah Paskah pada Jumat (18/4/2025) dan Minggu (20/4/2025).

    Juru Bicara KPK Tessa Mahardhika menyatakan, ibadah Paskah diselenggarakan khusus bagi tahanan beragama Kristen dan Katolik di Rumah Tahanan Negara (Rutan) cabang KPK, Gedung Merah Putih. Ibadah berlangsung mulai pukul 14.00 hingga 16.00 WIB.

    Selain itu, KPK juga membuka layanan kunjungan keluarga tahanan pada momentum Paskah. Kunjungan dijadwalkan pada Minggu (20/4/2025) dari pukul 09.00 hingga 13.00 WIB.

    “KPK berkomitmen memastikan tahanan tetap mendapatkan hak-haknya, termasuk hak beribadah sesuai agama dan kepercayaannya,” tegas Tessa.

    Anggota Tim Juru Bicara KPK Budi Prasetyo menambahkan, sebanyak 11 dari total 46 tahanan akan mengikuti ibadah Paskah tahun ini.

  • Mengungkap Sejarah dan Makna Mendalam di Balik Devosi Jalan Salib

    Mengungkap Sejarah dan Makna Mendalam di Balik Devosi Jalan Salib

    Jakarta, Beritasatu.com – Umat Kristiani memiliki sebuah tradisi religius yang disebut devosi Jalan Salib untuk memperingati peringatan penting, yakni hari Paskah, yang diyakini sebagai hari kebangkitan Yesus.

    Paskah dipahami sebagai hari kebangkitan Yesus setelah mengalami kematian yang dipercaya sebagai bentuk pengorbanan-Nya demi menebus dosa umat manusia. Oleh karena itu, hari Paskah menjadi simbol harapan dan kehidupan kekal bagi umat Kristiani yang percaya kepada-Nya.

    Sebagai bagian dari rangkaian menjelang Paskah, umat Katolik secara khusus melaksanakan devosi Jalan Salib. Namun, bagaimana sejarah terbentuknya devosi ini, dan apa makna yang terkandung di dalamnya? Berikut penjelasannya, dikutip dari berbagai sumber.

    Asal-usul Devosi Jalan Salib

    Devosi Jalan Salib bukanlah sebuah perintah langsung dari Alkitab, melainkan lahir dari inisiatif pribadi umat beriman melalui proses panjang yang kemudian disahkan oleh Gereja.

    Tradisi ini bermula pada masa awal Kekristenan, ketika para murid Yesus dan umat Kristiani di Yerusalem mengenang penderitaan Kristus dengan menapaktilasi jalan yang dilalui-Nya menuju Bukit Golgota, tempat penyaliban terjadi.

    Perkembangan signifikan terjadi setelah Kaisar Konstantinus melegalkan agama Kristen pada abad ke-4. Ibunda Kaisar, Santa Helena, melakukan ziarah ke Tanah Suci dan menemukan lokasi-lokasi yang berkaitan dengan kehidupan serta penyaliban Yesus. Hal ini mendorong pembangunan Basilika Makam Kudus pada tahun 335 Masehi.

    Pada abad ke-14, para biarawan Ordo Fransiskan memperkenalkan devosi Jalan Salib secara resmi. Peran Santo Fransiskus dari Asisi juga penting dalam merenungkan kesengsaraan Kristus, dimulai dari Taman Getsemani hingga wafat-Nya di Golgota.

    Kemudian, pada abad ke-18, Paus Klemens XII menetapkan secara resmi 14 perhentian dalam Jalan Salib, yang menjadi struktur tetap dalam devosi ini.

    Seiring berjalannya waktu, Jalan Salib menjadi praktik devosi yang penting dalam Gereja Katolik, khususnya selama masa Pra-Paskah dan Jumat Agung.

    Perlu dipahami bahwa devosi ini berbeda dengan sakramen Gereja yang bersifat wajib. Devosi Jalan Salib bukanlah kewajiban mutlak, melainkan bentuk penghayatan iman yang bersifat sukarela.

    Meski demikian, devosi ini tetap dijalankan secara luas oleh umat Katolik di seluruh dunia sebagai bentuk penghormatan terhadap penderitaan dan pengorbanan Yesus Kristus.

    Makna Devosi Jalan Salib

    Berikut beberapa makna penting dari pelaksanaan devosi Jalan Salib:

    1. Penghayatan penderitaan Yesus

    Devosi ini menjadi sarana bagi umat untuk mengenang dan merenungkan penderitaan serta pengorbanan Yesus dalam perjalanan menuju penyaliban dan wafat-Nya.

    2. Penguatan iman

    Melalui setiap perhentian, umat diajak menelusuri momen-momen penting dalam kehidupan Yesus, sehingga memperdalam iman akan kasih dan pengorbanan-Nya.

    3. Mengenang kasih dan ketaatan Kristus

    Jalan Salib mengingatkan umat akan kasih yang besar dan ketaatan Yesus kepada Allah Bapa, meskipun harus melalui penderitaan yang amat berat.

    4. Refleksi spiritual

    Devosi ini menjadi momen kontemplatif yang mendalam untuk merenungkan makna keselamatan dan perjalanan rohani setiap pribadi.

    5. Pembelajaran menghadapi penderitaan

    Jalan Salib juga mengajarkan nilai ketabahan dan kesetiaan dalam menghadapi penderitaan serta berbagai tantangan hidup.

    6. Pengingat akan dosa dan kejahatan

    Devosi ini menyadarkan umat akan akibat dari dosa manusia dan tipu daya iblis yang membawa penderitaan bagi Kristus.

    7. Bagian dari tradisi liturgis

    Jalan Salib dilaksanakan secara khusus pada masa Pra-Paskah dan Jumat Agung sebagai bentuk penghormatan terhadap misteri keselamatan yang dianugerahkan Kristus.

    Di Indonesia, devosi Jalan Salib biasanya dilaksanakan dengan membacakan doa pada setiap dari 14 perhentian yang melambangkan peristiwa-peristiwa sengsara Yesus. Selain itu, banyak umat juga melaksanakan prosesi Jalan Salib secara fisik dengan berpindah dari satu perhentian ke perhentian berikutnya, baik di dalam gereja, di halaman gereja, maupun di taman doa.

  • Makna Warna Liturgi Jumat Agung dan Malam Paskah dalam Tradisi Kristen

    Makna Warna Liturgi Jumat Agung dan Malam Paskah dalam Tradisi Kristen

    Jakarta, Beritasatu.com – Dalam tradisi Gereja Katolik dan berbagai denominasi Kristen lainnya, penggunaan warna liturgi memiliki makna simbolis yang kaya dan mendalam. Pada momen-momen besar dalam kalender liturgi, seperti Jumat Agung dan Malam Paskah, pemilihan warna bukanlah hal sembarangan. Warna liturgi mencerminkan suasana rohani dari misteri iman yang sedang dirayakan.

    Mengapa Warna Liturgi Penting dalam Ibadah Kristen?

    Warna liturgi digunakan untuk memperkuat pesan iman yang sedang direnungkan dalam perayaan gereja. Setiap warna mewakili tema spiritual tertentu, seperti pengorbanan, sukacita, pertobatan, atau kebangkitan.

    Dalam masa Pekan Suci, khususnya Jumat Agung dan Malam Paskah, dua warna yang digunakan secara khusus adalah merah dan putih, yang masing-masing membawa simbolisme yang kuat terkait sengsara dan kebangkitan Yesus Kristus.

    Makna Warna Liturgi pada Jumat Agung

    Jumat Agung adalah salah satu hari paling khusyuk dalam liturgi Kristen. Hari ini memperingati wafatnya Yesus Kristus di kayu salib, sebuah momen yang menjadi pusat penebusan umat manusia. Warna liturgi yang digunakan pada Jumat Agung adalah merah, warna yang melambangkan darah, penderitaan, dan pengorbanan.

    Menurut General Instruction of the Roman Missal Nomor 346, warna merah digunakan dalam perayaan sengsara Tuhan dan peringatan para martir. Merah menggambarkan darah Yesus yang tercurah sebagai wujud kasih-Nya yang tak terbatas.

    Warna ini juga menjadi lambang keberanian dan kesetiaan, karena pada hari itu umat diajak untuk merenungkan keberanian Kristus dalam menanggung salib demi keselamatan dunia.

    Penggunaan warna merah pada Jumat Agung membantu umat untuk masuk dalam suasana duka dan kontemplasi, sembari menyadari penderitaan Yesus membawa harapan dan keselamatan.

    Makna Warna Liturgi pada Malam Paskah

    Setelah Jumat Agung, umat Kristen merayakan Malam Paskah, yang merupakan puncak dari seluruh rangkaian Pekan Suci. Pada perayaan ini, warna liturgi yang digunakan adalah putih, warna yang melambangkan kebangkitan, kesucian, terang, dan kehidupan baru.

    Putih menjadi tanda sukacita atas kemenangan Yesus atas kematian. Dalam tradisi liturgi, putih digunakan untuk merayakan peristiwa-peristiwa besar yang membawa kabar gembira, seperti Natal dan Paskah. Dalam Malam Paskah, warna putih adalah lambang dari pengharapan baru yang diperoleh melalui kebangkitan Kristus.

    Seperti tertulis dalam Roma 6:4, “…sebagaimana Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru”. Warna putih menjadi seruan bagi umat untuk memperbarui hidup dan berjalan dalam terang kasih Tuhan.

    Simbolisme Warna Liturgi dan Pengaruhnya bagi Umat

    Kedua warna ini, merah pada Jumat Agung dan putih pada Malam Paskah, memiliki fungsi lebih dari sekadar dekorasi. Keduanya menjadi alat pengajaran visual dan pengingat rohani. Warna merah mengajak umat untuk merenungkan penderitaan Kristus, sementara warna putih menginspirasi sukacita dan semangat pembaruan hidup dalam Kristus yang bangkit.

    Dalam setiap liturgi, pemilihan warna turut membentuk suasana batin umat. Warna-warna ini membantu umat lebih mendalami makna spiritual dari perayaan yang sedang berlangsung dan mendorong pengalaman iman yang lebih dalam.

    Memahami makna warna liturgi pada Jumat Agung dan Malam Paskah adalah bagian dari penghayatan iman yang lebih utuh. Warna merah mengingatkan kita akan pengorbanan yang penuh kasih, sedangkan putih menguatkan iman kita akan kebangkitan dan hidup baru. Setiap warna liturgi menjadi pintu masuk bagi hati yang terbuka untuk mengalami kasih Allah secara lebih nyata dalam kehidupan sehari-hari.

  • Meski Didemo, Umat Katolik Tetap Gelar Misa Jumat Agung di GSG Arcamanik
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        17 April 2025

    Meski Didemo, Umat Katolik Tetap Gelar Misa Jumat Agung di GSG Arcamanik Bandung 17 April 2025

    Meski Didemo, Umat Katolik Tetap Gelar Misa Jumat Agung di GSG Arcamanik
    Tim Redaksi
    BANDUNG, KOMPAS.com
    – Umat Persatuan Gereja Amal Katolik (PGAK) Santa Odilia tetap menjalankan ibadah Misa Jumat Agung di Gedung Serba Guna (GSG) Arcamanik, Jalan Sky Air, Kota
    Bandung
    , Jawa Barat, Kamis (17/4/2025) sore, meski diwarnai aksi unjuk rasa warga.
    Kelompok warga yang tergabung dalam Forum Komunikasi Warga Arcamanik Berbhineka menolak penggunaan
    GSG Arcamanik
    sebagai tempat ibadah karena dinilai menyimpang dari fungsi awalnya sebagai fasilitas umum.
    Dyah Nur Susanti, perwakilan umat PGAK Santa Odilia, mengatakan bahwa penggunaan GSG untuk ibadah sudah berlangsung sejak 1990-an dan awalnya hanya dilakukan satu bulan sekali.
    Namun, sejak 2022 intensitas kegiatan meningkat karena kebutuhan umat, terutama lansia, yang kesulitan pergi ke gereja paroki.
    “Kebutuhan umatnya juga, dan umat saat itu masih bisa ke paroki jadi intensitasnya kurang. Karena kan mayoritas lansia, jadi kebutuhan beribadah seminggu sekali dan hari besar, jadi itu yang kami lakukan mengakomodir kebutuhan umat juga,” ujar Dyah saat dihubungi, Kamis.
    Dyah menyatakan pihaknya menghormati hak warga menyampaikan aspirasi melalui aksi damai. Namun ia menyayangkan penggunaan alat pengeras suara saat misa berlangsung yang cukup mengganggu kekhusyukan ibadah.
    “Beribadah itu hak, lalu mereka menyampaikan aspirasi juga itu hak. Cuma tanggapan tadi itu orasinya sepanjang kami misa ya. Tetapi tadi juga sudah ada pengamanan pihak-pihak yang membantu,” katanya.
    Dyah mengungkapkan bahwa pihak gereja telah beberapa kali membuka ruang dialog dengan warga. Namun, belum tercapai kesepakatan.
    “Kalau dialog sudah berkali-kali, kami sudah buka pintu dialog. Setelah itu sudah banyak pintu dialog dilakukan. Tetapi kami sekarang fokus ibadah dulu karena misal berdialog, jelas dulu forumnya seperti apa,” tutur Dyah.
    Umat PGAK berharap ke depan dapat kembali beribadah dengan tenang tanpa gangguan, dan situasi di lingkungan sekitar bisa kembali kondusif.
    “Ya bisa beribadah dengan tenang. Beribadah di tempat kami sendiri, gedung serbaguna yang bisa dipakai untuk hal-hal berguna. Warga juga kembali kayak dulu, nggak perlu ada teriakan kayak tadi,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Jelang Paskah 2025, Brimob DIY Sterilisasi 2 Gereja di Bantul

    Jelang Paskah 2025, Brimob DIY Sterilisasi 2 Gereja di Bantul

    Bantul, Beritasatu.com – Menjelang perayaan Paskah 2025, Tim Gegana Satuan Brimob Polda Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melakukan sterilisasi di dua gereja di wilayah Bantul, Kamis (17/4/2025). Langkah ini dilakukan untuk memastikan keamanan dan kenyamanan umat dalam menjalankan ibadah saat perayaan Paskah 2025.

    Dua gereja yang menjadi sasaran sterilisasi adalah Gereja Katolik Santo Yakobus di Klodran dan Gereja Katolik Santo Paulus di Pringgolayan.

    “Alhamdulillah, kegiatan sterilisasi gereja di wilayah Bantul sudah kami laksanakan dan sampai saat ini dalam keadaan aman dan kondusif,” ujar Kanit 1 Subden 3 Den Gegana Satbrimob Polda DIY Iptu Maryono.

    Maryono menegaskan sterilisasi dilakukan sebagai langkah preventif untuk mengantisipasi gangguan keamanan dan memberikan rasa aman bagi para jemaat yang akan merayakan Paskah.

    “Tujuan utama sterilisasi ini adalah untuk memberikan rasa aman kepada jemaat yang akan melaksanakan ibadah Paskah 2025,” tegasnya.

    Proses sterilisasi dilakukan secara menyeluruh, mencakup seluruh area gereja baik bagian dalam maupun luar, sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku.

    “Alat yang kita gunakan riideye X, ada robot, dan alat deteksi yang lain. Untuk mendeteksi bahan besi dan radioaktif,” sambung Maryono.

    Pihak gereja menyambut baik langkah pengamanan ini. Ketua Panitia Paskah Gereja Katolik Santo Paulus Pringgolayan, Gregorius Kunto Aji, menyampaikan apresiasi kepada aparat keamanan atas dukungan yang diberikan.

    “Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada aparat keamanan, terutama tim Gegana Polda DIY dan Polres Bantul serta Polsek Banguntapan, atas semua bantuan penyisiran area gereja dan kami mohon nanti tetap membantu keamanan selama perayaan Paskah sampai hari Minggu nanti,” ujar Kunto.

    Sterilisasi ini diharapkan mampu menjamin kelancaran serta kekhusyukan umat dalam menjalankan ibadah Paskah 2025 di wilayah Bantul.

  • Jadwal Misa Jumat Agung di Gereja Katedral Jakarta pada 18 April 2025 – Page 3

    Jadwal Misa Jumat Agung di Gereja Katedral Jakarta pada 18 April 2025 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Tanggal 18 April 2025 adalah Jumat Agung, hari dimana umat Kristen memperingati wafatnya Yesus Kristus. Ini merupakan puncak pengorbanan untuk menebus dosa umat manusia.

    Jumat Agung yaitu hari Jumat sebelum Paskah yang merupakan salah satu bagian dari rangkaian Tri Hari Suci Paskah. Hari Paskah sendiri jatuh pada Minggu, 20 April 2025.

    Seluruh gereja akan memperingati Tri Hari Suci tersebut, salah satunya adalah Gereja Katedral Jakarta. 

    Dikutip dalam akun resmi Instagram @katedraljakarta berikut adalah jadwal Misa Jumat Agung yang akan berlangsung di Katedral Jakarta pada 18 April 2025:

    12.00 Offline
    15.00 Offline
    18.00 Offline

    Bagi umat Katolik yang ingin mengikuti misa di Katedral Jakarta wajib melakukan registrasi di sekretariat gereja. Umat pun diminta untuk hadir maksimal 30 menit sebelum misa dimulai. Jika tidak tempat duduk akan diberikan kepada orang lain.

    Pihak gereja juga meminta agar umat mempersiapkan KTP dan e-voucher gereja agar pemeriksaan lebih cepat.

    “Namun apabila sudah registrasi tetapi berhalangan hadir umat diminta untuk melapor pada whatsapp sekretariat gereja agar kuota bisa diberikan kepada orang lain,” tulis pengumuman dalan instagram Katedral Jakarta.

     

  • Misa Krisma di Gereja Katedral Jakarta Berjalan Khidmat Pagi Ini
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        17 April 2025

    Misa Krisma di Gereja Katedral Jakarta Berjalan Khidmat Pagi Ini Megapolitan 17 April 2025

    Misa Krisma di Gereja Katedral Jakarta Berjalan Khidmat Pagi Ini
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Perayaan
    Misa Krisma
    yang digelar di
    Gereja Katedral Jakarta
    pada Kamis (17/4/2025) pagi berlangsung dengan khidmat dan tertib, didukung oleh
    pengamanan ketat
    dari aparat gabungan.
    “Sebanyak 205 personel dikerahkan untuk mengamankan jalannya ibadah tahunan umat Katolik ini,” kata Kapolsek Sawah Besar Komisaris Rahmat Himawan, Kamis.
    Pasukan keamanan melakukan apel pagi yang terdiri dari tim gabungan Polda Metro Jaya, Polres Metro Jakarta Pusat, dan Polsek Sawah Besar.
    “Apel pukul 7.00 WIB, pasukan diturunkan pada jam 8.00 saat acara misa,” jelas Rahmat di lokasi.
    Sejak pukul 06.00 WIB, para jemaat mulai berdatangan dan memasuki kawasan Katedral melalui gerbang utama.
    Mereka datang secara tertib dan diarahkan oleh petugas keamanan yang berjaga di sekitar gereja.
    Sebagian jemaat yang tidak mendapatkan tempat duduk di dalam gereja memilih duduk rapi di bawah tenda yang telah disediakan di halaman depan, menghadap ke bangunan utama Gereja Katedral.
    Tenda tersebut dilengkapi dengan kursi-kursi dan layar besar agar jemaat tetap dapat mengikuti jalannya misa dengan nyaman.
    Tepat pukul 08.00 WIB, misa dimulai dengan suasana khidmat. Jemaat yang hadir mengikuti rangkaian ibadah dengan tenang dan penuh kekhusyukan.
    Prosesi dipimpin oleh
    Uskup Agung Jakarta
    Kardinal Ignatius Suharyo bersama sejumlah imam yang hadir dari berbagai paroki.
    Hingga berita ini ditayangkan, acara masih berlangsung dalam suasana tertib dan kondusif.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Jadwal Misa Kamis Putih di Berbagai Gereja Keuskupan Agung Jakarta Kamis 17 April 2025
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        17 April 2025

    Jadwal Misa Kamis Putih di Berbagai Gereja Keuskupan Agung Jakarta Kamis 17 April 2025 Megapolitan 17 April 2025

    Jadwal Misa Kamis Putih di Berbagai Gereja Keuskupan Agung Jakarta Kamis 17 April 2025
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Misa Kamis Putih
    menjadi salah satu bagian penting dalam rangkaian Trihari Suci umat
    Katolik
    .
    Sebab, ibadah ini merupakan peringatan untuk mengenang peristiwa perjamuan terakhir Yesus bersama murid-murid-Nya sebelum Dia ditangkap dan disalibkan.
    Sejumlah gereja
    Keuskupan Agung Jakarta
    (KAJ), akan melakukan Misa Kamis Putih pada Kamis, (17/4/2025). Ibadah ini masuk dalam jadwal pekan suci
    Paskah 2025
    Keuskupan Agung Jakarta.
    Tidak hanya secara langsung atau
    offline
    , sejumlah gereja Keuskupan Agung Jakarta juga akan melakukan Misa Kamis Putih secara
    online
    .
    Selain itu, sejumlah gereja juga akan mengadakan Misa Kamis Putih dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
    Dilansir dari situs resmi Keuskupan Agung Jakarta, berikut jadwal lengkap Misa Kamis Putih 2025 di sejumlah gereja di Jakarta:
    – Gereja Katedral Jakarta
    – Paroki Kelapa Gading
    – Paroki Pejompongan
    – Paroki Alam Sutera
    – Paroki Bidaracina
    – Paroki Duren Sawit
    – Paroki Jagakarsa
    Gereja Ratu Rosari:
    – Paroki Tebet
    – Paroki Pantai Indah Kapuk
    – Paroki Danau Sunter
    – Paroki Kapuk
    – Paroki Grogol
    – Paroki Cilandak
    – Paroki Kalideres
    – Paroki Menteng
    – Paroki Pasar Minggu
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pemuda Katolik Refleksikan Warisan I.J. Kasimo dalam Spirit Kebangsaan – Halaman all

    Pemuda Katolik Refleksikan Warisan I.J. Kasimo dalam Spirit Kebangsaan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengurus Pusat Pemuda Katolik menggelar seminar mengenang 125 tahun Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono atau biasa dikenal sebagai I.J. Kasimo di Jakarta, Rabu (16/4/2025). 

    Seminar dengan tema “Warisan Pemikiran I.J. Kasimo: Membangun Indonesia dengan Prinsip dan Keteladanan” ini diharapkan menjadi ruang reflektif bagi para kader muda Katolik untuk meneladani kontribusi Kasimo dalam sejarah bangsa.

    Ketua Umum Pengurus Pusat Pemuda Katolik, Stefanus Gusma menekankan pentingnya mengenang dan meneruskan semangat para tokoh Katolik, khususnya I.J. Kasimo, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

    “Organisasi Pemuda Katolik diinisiasi dan didirikan oleh I.J.Kasimo dan para tokoh Katolik dalam semangat untuk berkontribusi bagi perjuangan bangsa. Banyak tokoh Katolik yang sudah memberi contoh nyata bagaimana kita harus berkontribusi dan memberi dampak kepada masyarakat,” kata Gusma dalam sambutannya.

    Gusma menegaskan kembali nilai yang selalu ditanamkan Kasimo sejak awal, yakni istilah mayoritas dan minoritas hanyalah angka dan statistik. Namun, menurutnya, semangat Pemuda Katolik harus melampaui angka dan statistik tersebut.

    “Menuju Rakernas Pemuda Katolik yang akan dilaksanakan pada 25-27 April 2025, saya mengajak para kader Pemuda Katolik untuk menyusun program kerja yang mengkolaborasikan program tersebut dengan asta cita yang merupakan program kerja pemerintah saat ini, sehingga berdampak kepada masyarakat dan bangsa,” ujarnya.

    Seminar tersebut juga dihadiri Guru Besar Ekonomi Emeritus FEB Universitas Indonesia, Joseph Soedradjad Djiwandono, yang menyampaikan kisah pribadi dan keluarganya bersama mendiang Kasimo.

    “Saya dan keluarga sungguh mengagumi Pak I.J. Kasimo karena semangat dan ajaran yang ia wariskan kepada kita semua, dan saya kira masih sangat berguna untuk kita hidupi sampai hari ini. Saat saya sudah dewasa, saya menghadap beliau dan mengatakan kekaguman saya,” ujar Djiwandono.

    Dia menambahkan bahwa Kasimo adalah pribadi yang memimpin dengan keteladanan. “Keteladanan ini yang saya ikuti dari I.J. Kasimo untuk semakin menghayati ‘semboyan 100 persen Katolik, 100 persen Indonesia’. Kita harus tegas sebagai orang Katolik dalam berkontribusi bagi bangsa dan negara,” ucapnya.

    Sementara itu, Rektor Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, Yuda Turana, dalam pemaparannya menyebutkan bahwa ajaran tentang humanisme yang dibawa I.J. Kasimo masih relevan hingga kini.

    “Pemaknaan hidup di mana mau berkorban bagi bangsa dan negara kita menjadi inspirasi yang dapat kita hidupi sampai hari ini. Selama hidupnya, I.J. Kasimo sudah memberikan contoh di mana ia mendedikasikan hidupnya bagi bangsa,” tuturnya.

    “I.J. Kasimo selama hidup beliau berikan makna bukan untuk diri sendiri, tetapi sampai akhir hayatnya, kita jangan fokus ke kematian tetapi ke pengabdian, bagaimana pemikiran beliau tetap ada sampai saat ini,” sambung Yuda.

    Seminar ini diketahui menjadi pembuka rangkaian kegiatan menjelang Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pemuda Katolik 2025, yang rencananya akan digelar akhir April mendatang.