agama: Katolik

  • Siapa Pemimpin Vatikan Sementara usai Paus Fransiskus Meninggal Dunia?

    Siapa Pemimpin Vatikan Sementara usai Paus Fransiskus Meninggal Dunia?

    PIKIRAN RAKYAT – Dunia Katolik berduka atas wafatnya Paus Fransiskus pada Senin, 21 April 2025, di usia 88 tahun. Kepergian Paus asal Argentina ini meninggalkan kekosongan kepemimpinan di Takhta Suci, memicu proses transisi yang kompleks dan penuh tradisi.

    Dalam situasi ini, Kardinal Kevin Farrell, sebagai Camerlengo Gereja Roma Suci, mengambil alih tanggung jawab sebagai pemimpin sementara Vatikan.

    Profil Kardinal Kevin Farrell

    Kardinal Kevin Farrell, 77 tahun, kini memegang peran krusial dalam mengelola urusan harian Takhta Suci hingga terpilihnya paus baru.

    Diangkat menjadi kardinal pada tahun 2016 dan ditunjuk sebagai Camerlengo pada tahun 2019 oleh Paus Fransiskus, Farrell memiliki pengalaman luas dalam administrasi Gereja Katolik.

    Lahir di Dublin, Irlandia, Farrell telah meniti karier sebagai pendeta sejak tahun 1978, dengan pengalaman tinggal dan berkarya di Meksiko, Roma, dan Amerika Serikat.

    Dilansir Pikiran-Rakyat.com dari berbagai sumber, sebelum penunjukannya sebagai Camerlengo, Farrell menjabat sebagai Uskup Keuskupan Katolik Dallas dari tahun 2007 hingga 2016.

    Pada tahun 2020, ia ditunjuk sebagai presiden Komisi Urusan Rahasia, dan tiga tahun kemudian, ia juga diangkat sebagai presiden Mahkamah Agung Negara Kota Vatikan.

    Peran Camerlengo sangat penting dalam masa sede vacante (kekosongan takhta kepausan). Farrell akan memastikan kelancaran administrasi Vatikan, mengawasi persiapan Konklaf (pertemuan para kardinal untuk memilih paus baru), dan menjaga tradisi-tradisi Gereja selama masa transisi.

    8 Calon Kuat Penerus Paus Fransiskus

    Kepergian Paus Fransiskus memicu spekulasi luas mengenai siapa yang akan menjadi penerus pemimpin umat Katolik sedunia.

    Sejumlah nama kardinal pun mencuat sebagai kandidat kuat, merefleksikan beragam latar belakang geografis dan ideologis dalam Gereja Katolik.

    1. Luis Antonio Tagle (Filipina)

    Kardinal asal Filipina ini menjadi salah satu kandidat unggulan, berpotensi menjadi paus Asia pertama dalam sejarah. Tagle dikenal karena karisma dan kepeduliannya terhadap isu-isu kemanusiaan.

    2. Peter Turkson (Ghana)

    Seorang penasihat kunci Paus Fransiskus dalam isu-isu seperti perubahan iklim dan keadilan sosial, Turkson dianggap sebagai kandidat kuat dari Afrika.

    3. Peter Erdo (Hungaria)

    Dari kalangan konservatif muncul nama Peter Erdo, seorang kardinal asal Hungaria dan Uskup Agung Esztergom-Budapest.

    Pemimpin umat Katolik dunia yang juga Kepala Negara Vatikan Paus Fransiskus melambaikan tangan saat tiba di Kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), di Menteng, Jakarta, Kamis (5/9/2024). /ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

    4. Pietro Parolin (Italia)

    Sebagai Sekretaris Negara Vatikan dan perdana menteri de facto Vatikan, Parolin memiliki pemahaman mendalam tentang urusan internal Vatikan dan diplomasi internasional.

    5. Kardinal Jose Tolentino Calaca de Mendonca (Portugal)

    Kardinal asal Pulau Madeira, Portugal, yang ditunjuk oleh Paus Fransiskus sebagai kepala departemen untuk budaya dan pendidikan, mewakili kaum progresif dalam Gereja.

    6. Kardinal Matteo Zuppi (Italia)

    Uskup Agung Bologna ini dianggap sebagai sosok progresif dan memiliki kedekatan dengan mendiang Paus Fransiskus.

    7. Kardinal Mario Grech (Malta)

    Kardinal asal Malta yang menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Sinode para Uskup juga dianggap memiliki peluang untuk menduduki posisi tertinggi.

    8. Kardinal Robert Sarah (Guinea)

    Dikenal karena pandangan konservatifnya, termasuk kritik terhadap ideologi gender dan penolakannya terhadap radikalisme Islam.

    Dinamika Pemilihan Paus

    Pemilihan paus baru dilakukan melalui Konklaf, sebuah pertemuan tertutup para kardinal di bawah usia 80 tahun dari seluruh dunia.

    Proses ini penuh dengan tradisi dan aturan yang ketat, dirancang untuk memastikan pemilihan dilakukan secara khidmat dan bebas dari pengaruh eksternal.

    Para kardinal akan melakukan pemungutan suara rahasia berulang kali di dalam Kapel Sistina. Seorang kandidat harus memperoleh mayoritas dua pertiga suara untuk terpilih sebagai paus.

    Setelah terpilih, kardinal terpilih akan ditanya apakah ia menerima jabatan tersebut. Jika menerima, ia akan dikenal sebagai paus baru dan mengumumkan nama kepausannya.

    Proses Konklaf bisa berlangsung beberapa hari atau bahkan beberapa minggu, tergantung pada konsensus di antara para kardinal pemilih.

    Pemilihan paus berikutnya akan menjadi momen penting bagi Gereja Katolik, karena akan menentukan arah dan fokus kepemimpinan gereja untuk tahun-tahun mendatang.

    Paus yang akan terpilih nanti akan menghadapi berbagai tantangan kompleks, termasuk isu-isu seperti sekularisasi, krisis pelecehan seksual, dialog antaragama, perubahan iklim, dan ketidakadilan sosial.

    Umat Katolik di seluruh dunia memiliki harapan besar agar paus baru dapat memimpin Gereja dengan kebijaksanaan, kasih, dan keberanian dalam menghadapi tantangan zaman.

    Pemilihan paus baru juga akan menjadi indikator penting mengenai arah masa depan Gereja Katolik, apakah akan melanjutkan jalur reformasi dan keterbukaan yang diinisiasi oleh Paus Fransiskus, atau akan bergerak ke arah yang lebih konservatif.

    Paus Fransiskus dikabarkan meninggal dunia, simak profil pemimpin Gereja Katolik yang pernah datang ke Indonesia. Unsplash/Ashwin Vaswani

    Vatikan kini memasuki masa sede vacante yang penuh dengan tradisi dan harapan. Kardinal Kevin Farrell memikul tanggung jawab penting sebagai pemimpin sementara, sementara delapan kardinal dengan latar belakang dan pandangan yang beragam muncul sebagai calon potensial untuk menggantikan Paus Fransiskus.

    Proses Konklaf akan menjadi penentu arah Gereja Katolik di masa depan, dan dunia akan menyaksikan dengan seksama bagaimana para kardinal memilih pemimpin spiritual yang baru.

    Umat Katolik berharap agar Roh Kudus membimbing para kardinal dalam memilih seorang paus yang mampu membawa kedamaian, persatuan, dan harapan bagi seluruh umat manusia.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Kardinal Berkumpul di Vatikan, Ini Jadwal Pemakaman Paus Fransiskus

    Kardinal Berkumpul di Vatikan, Ini Jadwal Pemakaman Paus Fransiskus

    Jakarta, CNBC Indonesia – Para kardinal Gereja Katolik dijadwalkan bertemu pada Selasa (22/4/2025) untuk menyusun rencana pemakaman Paus Fransiskus serta membahas transisi kepemimpinan menjelang konklaf yang akan digelar bulan depan untuk memilih Paus baru.

    Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin (22/4/2025) di usia 88 tahun akibat stroke dan henti jantung. Sebelumnya, ia sempat dirawat selama lima pekan karena pneumonia ganda, namun telah kembali ke kediamannya di Vatikan sejak hampir sebulan lalu dan tampil di hadapan publik pada hari raya Paskah.

    Kematian Paus Fransiskus memicu dimulainya serangkaian ritual tradisional Gereja Katolik, termasuk penghancuran “Cincin Nelayan” dan segel kepausan untuk mencegah penyalahgunaan simbol kekuasaan kepausan.

    “Kami ingin bersyukur kepada Tuhan atas karunia yang telah diberikan kepada seluruh Gereja melalui pelayanan apostolik Paus Fransiskus, seorang peziarah harapan,” ujar Kardinal Mauro Gambetti saat memimpin doa bersama umat di Lapangan Santo Petrus, Senin (21/4/2025) malam, dilansir Reuters.

    Pertemuan para kardinal di Vatikan akan dimulai pukul 09.00 waktu setempat. Selain menyusun prosesi pemakaman, mereka juga akan membahas operasional Gereja selama masa sede vacante (takhta kosong) sebelum terpilihnya Paus baru.

    Pemakaman Paus Fransiskus diperkirakan akan digelar antara Jumat hingga Minggu mendatang. Vatikan menyatakan bahwa dalam wasiat terakhirnya, Paus Fransiskus meminta untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore, bukan di Basilika Santo Petrus sebagaimana lazimnya.

    Jenazah Paus saat ini disemayamkan di kediamannya di Santa Marta dan akan dipindahkan ke Basilika Santo Petrus mulai Rabu untuk memungkinkan umat memberikan penghormatan terakhir.

    Sejumlah kepala negara telah menyatakan niat untuk hadir dalam prosesi pemakaman. Presiden Amerika Serikat Donald Trump beserta istrinya akan terbang ke Roma, sementara Presiden Argentina Javier Milei juga dijadwalkan hadir.

    Konklaf pemilihan Paus baru diperkirakan akan dimulai pada 6 Mei 2025, 15 hingga 20 hari setelah wafatnya Paus. Sebanyak 135 kardinal berhak mengikuti pemilihan dalam proses tertutup yang dapat berlangsung selama beberapa hari.

    Paus Fransiskus selama masa kepemimpinannya dikenal sebagai tokoh progresif yang kerap berbenturan dengan kelompok konservatif. Ia juga memimpin upaya reformasi di Vatikan, termasuk pemberantasan korupsi dan penanganan skandal pelecehan seksual di kalangan klerus.

    Ia telah menunjuk hampir 80% dari para kardinal pemilih yang akan memilih Paus baru, memberikan kemungkinan bahwa kebijakan progresifnya dapat dilanjutkan oleh penerusnya, meski tidak menjamin hasil akhir.

    Vatikan menyatakan, para kardinal akan mengikuti serangkaian Kongregasi Umum dalam beberapa hari ke depan untuk membahas kriteria pemilihan Paus baru dan meninjau kondisi Gereja global.

    (luc/luc)

  • Sebelum Wafat, Paus Fransiskus Ternyata Telepon Gereja Gaza Setiap Hari selama Lebih dari Setahun – Halaman all

    Sebelum Wafat, Paus Fransiskus Ternyata Telepon Gereja Gaza Setiap Hari selama Lebih dari Setahun – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin (21/4/2025) dalam usia 88 tahun.

    Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan itu meninggal karena stroke yang membuatnya koma dan menyebabkan gagal jantung.

    Sebelum meninggal, Paus Fransiskus berbicara berkali-kali tentang konflik di Gaza dan terus berhubungan dengan sekelompok orang Kristen Palestina di Jalur Gaza.

    Hal ini sebagaimana diungkapkan Pastor Gabriel Romanelli, seorang pendeta di Gereja Keluarga Kudus ritus Latin di Gaza.

    Ia mengatakan kepada BBC Newshour bahwa Paus Fransiskus menelepon mereka setiap hari selama lebih dari satu setengah tahun untuk memeriksa keselamatan mereka – dan bahkan mempelajari beberapa frasa bahasa Arab.

    “Ia (Paus Fransiskus) memanggil kami dan memberikan berkat. Ia mengucapkan terima kasih atas doa-doa kami untuknya.”

    “Tidak mudah untuk tinggal di sini,” kata Romanelli, Selasa (22/4/2025), dilansir BBC.

    “Jadi sebagai seorang pendeta di sini, merasakan kedekatan dengan Paus sendiri bagi kami merupakan tanda yang sangat jelas dan sangat kuat akan belas kasihan Tuhan dan dorongan untuk melayani Tuhan di Gereja-Nya,” ungkapnya.

    Paus Fransiskus Serukan Perdamaian di Gaza

    Dalam pidatonya pada Minggu Paskah di Lapangan Santo Petrus di Kota Vatikan, Paus Fransiskus memilih untuk mengungkapkan “kedekatannya dengan penderitaan umat Kristen di Palestina dan Israel, dan dengan seluruh rakyat Israel dan Palestina”.

    Ia melanjutkan dengan menyatakan bahwa ia “memikirkan masyarakat Gaza, dan khususnya komunitas Kristen di sana, di mana konflik yang mengerikan terus menyebabkan kematian dan kehancuran serta menciptakan situasi kemanusiaan yang dramatis dan menyedihkan.”

    Dikutip dari Al Jazeera, tentu saja pidato itu merujuk pada genosida yang sedang dilakukan Israel di Jalur Gaza, yang secara resmi telah menewaskan lebih dari 51.200 warga Palestina sejak Oktober 2023.

    Paus Fransiskus mengakhiri pemikirannya mengenai “konflik mengerikan” ini dengan “seruan kepada pihak-pihak yang bertikai: serukan gencatan senjata, bebaskan para sandera, dan bantulah orang-orang yang kelaparan yang mendambakan masa depan yang damai!”

    Paus Fransiskus memilih untuk menggunakan bahasa yang tidak mencerminkan kengerian yang sedang terjadi di Gaza.

    Meskipun ia tidak menunjukkan secara pasti siapa yang harus disalahkan atas fakta bahwa kini ada “orang-orang yang kelaparan” yang membutuhkan bantuan – ini tentu saja merujuk pada keputusan Israel pada awal Maret untuk menghentikan semua pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza -sebuah tindakan yang merupakan bentuk kelaparan paksa dan kejahatan perang.

    Sementara itu, di Jalur Gaza, umat Kristen berkumpul dalam ketakutan pada Minggu Paskah di Gereja Santo Porphyrius di Kota Gaza, yang dibom pada Oktober 2023 tak lama setelah dimulainya genosida.

    Serangan itu menewaskan sebanyak 18 warga Palestina yang mengungsi di sana, termasuk umat Kristen.

    Di Tepi Barat dan Yerusalem, pejabat Israel menggagalkan akses ke tempat-tempat suci bagi banyak anggota komunitas Kristen, yang telah mengalami peningkatan serangan oleh pemukim Yahudi dan bentuk-bentuk penganiayaan lain yang didukung negara.

    Hanya sekitar 6.000 warga Palestina Tepi Barat yang menerima izin dari Israel untuk menghadiri kebaktian Paskah tahun ini di Gereja Makam Suci di Yerusalem Timur yang diduduki, yang secara terduga dimiliterisasi untuk acara tersebut.

    Seperti yang dicatat Al Jazeera, “bahkan perwakilan Vatikan di Palestina ditolak masuk ke gereja”.

    PERSAHABATAN PAUS FRANSISKUS – Momen Menteri Agama Republik Indonesia Nasaruddin Umar menyalami dan mencium pemimpin Katolik dunia, Paus Fransiskus, yang berkunjung ke Masjid Istiqlal, Jakarta, pada 5 September 2024. Pada 21 April 2025, Paus Fransiskus wafat setelah sempat menjalani perawatan sakit pneumonia. (Tribunnews.com/Handout)

    Rencana Pemakaman Paus Fransiskus

    Paus Fransiskus diketahui menghindari banyak kemegahan dan upacara Gereja.

    Paus Fransiskus meminta agar jenazahnya tidak diletakkan di atas panggung tinggi, yang merupakan upacara pemakaman tradisional, di tengah Basilika Santo Petrus untuk penghormatan terakhir dari masyarakat.

    Sebaliknya umat beriman yang datang untuk berkabung hanya akan dapat melihat jasadnya di dalam peti jenazah yang tutupnya telah dibuka.

    Pemakamannya, menurut adat Gereja, biasanya diadakan dalam waktu empat hingga enam hari setelah kematiannya, dengan misa pemakaman diadakan di Lapangan Santo Petrus.

    Pemakaman kepausan secara tradisional merupakan urusan yang rumit, tetapi Paus Fransiskus bertindak tahun lalu untuk menyederhanakan pengaturannya.

    Ia akan menjadi Paus pertama dalam lebih dari satu abad yang tidak dimakamkan di Vatikan, di ruang bawah tanah Basilika Santo Petrus – dan malah memilih untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, dekat ikon Madonna kesayangannya.

    Paus Fransiskus juga meminta untuk dimakamkan dalam peti mati kayu sederhana – tidak seperti pendahulunya yang dimakamkan dalam tiga peti mati bertingkat tradisional yang terbuat dari cemara, timah, dan kayu ek.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Paus Fransiskus Wafat

  • Top 3 Tekno: Cuitan Terakhir Paus Fransiskus di Medsos hingga Daftar Bos Teknologi yang Pernah Kunjungi Pope Francis – Page 3

    Top 3 Tekno: Cuitan Terakhir Paus Fransiskus di Medsos hingga Daftar Bos Teknologi yang Pernah Kunjungi Pope Francis – Page 3

    Paus Fransiskus telah berpulang di Kota Suci Vatikan, Roma, Italia, pada Senin (21/4/2025). Paus Fransiskus meninggal dunia pada usianya yang ke 88 tahun akibat penyakit bronkitis kronis yang dideritanya.

    Sempat dirawat di rumah sakit, Paus Fransiskus keluar dari rumah sakit pada 23 Maret lalu.

    Paus Fransiskus merupakan pemimpin agama katolik yang dihormati. Pasalnya, selain sebagai pemimpin agama katolik, Paus Fransiskus juga peduli dengan isu-isu terkini di dunia, termasuk isu berkaitan dengan teknologi.

    Baca Selengkapnya di Sini

     

  • Pihak F1 Kenang Sosok Paus Fransiskus, Dianggap Memancarkan Kedamaian

    Pihak F1 Kenang Sosok Paus Fransiskus, Dianggap Memancarkan Kedamaian

    PIKIRAN RAKYAT – Chief Executive Officer Formula 1 Stefano Domenicali menceritakan sosok Pemimpin Gereja Katolik Dunia Paus Fransiskus yang meninggal dunia baru-baru ini. 

    Bagi Domenicali, Paus Fransiskus digambarkan sebagai sosok pribadi yang baik serta selalu memancarkan kedamaian dan kekuatan spiritual. 

    Bahkan, Domenicali pernah bertemu dengan Paus Fransiskus beberapa waktu lalu dan ada kesan yang mendalam bagi dirinya. 

    “Saya menyimpan dalam hati kenangan menyentuh tentang tatapan yang memancarkan kedamaian, dari kejauhan saja sudah terlihat kemanusiaannya yang luar biasa dan kekuatan spiritualnya,” ujar Domenicali dikutip dari Antara pada Selasa, 22 April 2025.

    Menurutnya, Paus Fransiskus sebagai teladan sejati dalam dialog, kebaikan, dan belas kasih. Bahkan warisan Paus akan tetap berjalan berjalan sampai sekarang. 

    “Paus Fransiskus adalah contoh otentik dari dialog, kebaikan, dan belas kasih. Ia meninggalkan warisan mendalam yang akan tetap bersama kita selamanya,” lanjutnya.

    Terakhir, Domenicali merasa sedih atas kehilangan sosok yang begitu tulus dan terus merindukan sifat baik kepada semua orang. 

    “Kami akan merindukan senyumannya yang begitu tulus dan dalam,” tuturnya.

    Sebagai informasi, Paus Fransiskus meninggal dunia karena penyakit yang diderita. Meninggalnya Paus langsung menjadi pusat perhatian dunia termasuk Indonesia. 

    Hal itu dikarenakan Paus Fransiskus pernah berkunjung ke Indonesia pada September 2024 untuk menjalani berbagai agenda termasuk Misa akbar.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Jemaat Katedral Jakarta Kenang Kunjungan Paus Fransiskus ke RI: Merakyat Banget

    Jemaat Katedral Jakarta Kenang Kunjungan Paus Fransiskus ke RI: Merakyat Banget

    Jakarta

    Jemaat Gereja Katedral Jakarta berduka dan mendoakan pemimpin tertinggi Gereja Katolik sekaligus Kepala Negara Vatikan, mendiang Paus Fransiskus. Salah seorang jemaat, Sutarmi (65), sengaja meluangkan waktu untuk mendoakan Paus Fransiskus hari ini.

    “Meluangkan waktu untuk berdoa,” kata Sutarmi di Gereja Katedral Jakarta, Jakarta Pusat, Selasa (22/4/2025).

    Sutarmi mengaku sangat mengagumi mendiang Paus Fransiskus. Dia mengenang saat Paus Fransiskus berkunjung ke Indonesia dengan mobil biasa dan merakyat.

    “Kita kagum sama Paus yaitu waktu kita ngelihat di GBK itu dia pakai mobil biasa, terus semua ngagumi, itu kan ramai ya di Gelora Bung Karno itu, datang. Saya kagum sekali, sederhana romo, sangat sederhana. Jadi merakyat, melambai-lambaikan tangan begitu semua orang,” ujarnya.

    Sutarmi mengaku bersyukur bisa melihat Paus Fransiskus secara langsung saat Paus berkunjung ke Indonesia. Dia terharu dengan kesederhanaan Paus.

    “Di perjalanan itu kan luas, di perjalanan melambaikan tangan terus, saya terharu ada bayi digendong, ibunya, diberkati sama Paus. Saya kagum, merakyat banget Paus,” ujarnya.

    Paus Fransiskus meminta dimakamkan dengan peti kayu sederhana dan dimakamkan di luar Vatikan. Paus Fransiskus akan menjadi Paus pertama selama lebih dari satu abad terakhir yang dimakamkan di luar Vatikan.

    Biasanya para Paus yang meninggal dimakamkan di gua-gua bawah tanah di Basilika Santo Petrus di Vatikan, seperti dilansir CNN dan Reuters, Senin (21/4). Paus Fransiskus memilih tempat peristirahatan terakhirnya di Basilika Santa Maria Maggiore yang ada di seberang Sungai Tiber, Roma.

    (mib/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Momen Terakhir Paus Fransiskus Video Call dengan Jemaat Katolik di Gaza – Page 3

    Momen Terakhir Paus Fransiskus Video Call dengan Jemaat Katolik di Gaza – Page 3

    Sementara itu, kepada Reuters, Kepala Komite Emergensi di Holy Family Church di Gaza, George Antone, mengatakan, “Kami kehilangan seorang santo yang mengajarkan kami untuk menjadi berani setiap hari, bagaimana untuk terus sabar dan menjadi kuat. Kami kehilangan seorang pria yang berjuang setiap hari dalam berbagai kesempatan untuk melindungi kawanan kecil di sini.”

    Sekadar informasi, Paus Fransiskus mulai melakukan panggilan video langsung ke gereja Katolik Gaza ini sejak Oktober 2023, tepat setelah Israel mulai menyerang Palestina.

    Menurut Antone, panggilan video ini digambarkan sebagai rutinitas malam selama perang. “Paus Fransiskus memastikan untuk berbicara tidak hanya kepada pendeta, tetapi pada semua orang di ruangan itu.”

    Antone melanjutkan, “Kami patah hati karena kepergian Paus Fransiskus, tapi kami tahu bahwa dia akan meninggalkan gereja yang peduli pada kami dan mengenal kami dengan nama kami masing-masing.”

    Paus Fransiskus juga selalu mengucapkan, “Saya bersama kamu, jangan takut.” Demikian kenang Antone soal panggilan rutin Paus Fransiskus ke Gereja Katolik di Gaza.

  • Sempat Bertemu Paus Fransiskus, Rektor Unika Atma Jaya Ungkap Pesannya

    Sempat Bertemu Paus Fransiskus, Rektor Unika Atma Jaya Ungkap Pesannya

    PIKIRAN RAKYAT – Wafatnya Bapa Suci Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik sedunia pada Senin, 21 April 2025 telah memunculkan rasa duka dari banyak pihak. Sosoknya dinilai sebagai simbol kasih, kerendahan hati, serta keberpihakan pada keadilan sosial dan kemanusiaan.

    Rektor Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya, Yuda Turana, mengaku sempat bertemu langsung dengan Paus Fransiskus di Vatikan dalam rangka peringatan 100 tahun Federasi Universitas Katolik Internasional (IFCU). Menurutnya, Paus Fransiskus berpesan agar universitas Katolik menjadi garda terdepan dalam membangun budaya perdamaian, rekonsiliasi, dan kolaborasilintas budaya dan disiplin.

    “Ia menekankan pentingnya keterlibatan universitas dalam mentransformasi nilai-nilai kekristenan menjadi bahasa yang relevan bagi generasi masa kini, demi menjawab tantangan zaman secara bijaksana,” katanya, Selasa, 22 April 2025.

    Yuda menambahkan, Paus Fransiskus juga menggarisbawahi pentingnya misi universitas dalam perlindungan terhadap “rumah bersama” melalui pendekatan ekologi terintegrasi yang menyentuh akar persoalan kemiskinan dan kerusakan lingkungan.

    Yuda menyampaikan rasa duka yang mendalam atas wafatnya Paus Fransiskus. Menurutnya, Unika Atma Jaya mengenang Paus Fransiskus sebagai pemimpin rohani yang membawa napas pembaruan dalampelayanan Gereja universal.

    “Warisan moral dan spiritual beliau terus menjadi inspirasi dalam pengamalan tridarmaperguruan tinggi, khususnya dalam menciptakan generasi yang adaptif, berintegritas, dan peduli terhadap sesama serta lingkungan,” katanya.

    Yuda menambahkan, Unika Atma Jaya sangat kehilangan sosok pemimpin dunia yang penuh kasih dan ketulusan.

    “Paus Fransiskus menunjukkan dengan nyata keberpihakannya pada mereka yang terpinggirkan, serta kepedulian mendalam terhadap isu-isu besar seperti krisis iklim dan masa depan lintas generasi,” katanya.

    Menurut Yuda, nilai-nilai yang Paus Fransiskus hidupi menjadi inspirasi dan semangat dalam mendampingi dan membentuk para mahasiswa di Unika Atma Jaya. Menurutnya, Unika Atma Jaya mengajak seluruh civitas akademika dan masyarakat luas untuk mendoakan Paus Fransiskus agar diterima di sisi Tuhan Yang Maha Kasih.

    “Semoga kedamaian dan pengharapan senantiasa menyertai Gereja Katolik dan seluruh umat beriman, serta semangat kasih, pelayanan, dan perdamaian yang beliau wariskan terus hidup dalam hati kita semua,” katanya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Siapa Pengganti Paus Fransiskus? Ini 6 Kardinal yang Masuk Kandidat

    Siapa Pengganti Paus Fransiskus? Ini 6 Kardinal yang Masuk Kandidat

    Jakarta: Setelah wafatnya Paus Fransiskus di usia 88 tahun, mata dunia kini tertuju ke Vatikan. Pertanyaan besar pun muncul, siapa yang akan menjadi pemimpin Gereja Katolik selanjutnya? 
     
    Sebanyak 120 kardinal dari seluruh dunia akan berkumpul dalam konklaf untuk memilih pemimpin baru bagi 1,4 miliar umat Katolik.
     
    Konklaf ini akan digelar maksimal 20 hari setelah wafatnya paus. Para kardinal akan melakukan hingga empat pemungutan suara setiap hari. 

    Jika belum juga terpilih, setelah 30 putaran, hanya dua kandidat teratas yang boleh dilanjutkan. Pemenangnya adalah yang mendapat suara dua pertiga.
     

    Paus selanjutnya bisa dari Afrika, Asia, atau Italia
    Gereja Katolik bisa saja dipimpin oleh paus dari Afrika, Asia, bahkan Amerika. Namun banyak analis memperkirakan, paus baru nanti akan punya pendekatan yang lebih “konservatif” dan berhati-hati setelah gaya progresif Paus Fransiskus.
     
    Paus Fransiskus dikenal mendukung inklusivitas terhadap LGBTQ dan mengurangi penggunaan Misa Latin tradisional, yang membuat sebagian konservatif gereja gusar. Karena itu, para pengamat menduga kardinal akan memilih sosok yang lebih moderat dan menenangkan situasi.
    6 Kardinal yang diprediksi paling berpeluang jadi Paus
    Melansir New York Post, Selasa, 22 April 205, berikut enam nama yang masuk radar para pengamat Vatikan sebagai calon kuat Paus berikutnya:

    Kardinal Luis Antonio Tagle (67 tahun)

    Kardinal asal Filipina ini adalah salah satu “anak didik” Paus Fransiskus. Namun ia sempat kehilangan dukungan karena isu dalam kepemimpinannya di Caritas International. Ia dikenal berpandangan terbuka soal Komuni bagi pasangan yang tak menikah secara sakramental dan homoseksualitas.

    Kardinal Pietro Parolin (70 tahun)

    Sekretaris Negara Vatikan ini berasal dari Italia dan punya pengalaman diplomatik luas. Ia dinilai punya peluang besar, meski sikapnya terhadap kerja sama dengan Tiongkok sempat jadi sorotan.

    Kardinal Jean-Marc Aveline (66 tahun)

    Asal Prancis, ia disebut-sebut sebagai favorit Paus Fransiskus. Ia ramah, terpelajar, dan mendukung desentralisasi gereja. Cocok dengan arah gereja yang lebih progresif.

    Kardinal Willem Eijk (71 tahun)

    Uskup asal Belanda yang dikenal sangat konservatif. Ia menolak penahbisan perempuan, pemberkatan pasangan sesama jenis, dan terapi gender. Cocok untuk kelompok yang ingin gereja kembali ke doktrin klasik.

    Kardinal Malcolm Ranjith (77 tahun)

    Uskup Agung Kolombo, Sri Lanka ini dekat dengan pemikiran Paus Benediktus XVI. Ia dikenal peduli terhadap lingkungan dan kaum miskin. Plus, ia datang dari Asia Selatan, kawasan dengan pertumbuhan Katolik pesat.

    Kardinal Robert Sarah (79 tahun)

    Mantan pejabat Vatikan dari Guinea ini merupakan pilihan kaum tradisionalis. Ia menentang keras pemberkatan sesama jenis dan pembatasan Misa Latin. Bisa menjadi paus Afrika pertama sejak abad ke-5.
     

    Apakah arah gereja akan berubah lagi?
    Paus Fransiskus telah mengangkat banyak kardinal dalam konklaf ini, jadi banyak yang memperkirakan paus baru tak akan berbeda terlalu jauh. Namun bukan tidak mungkin akan ada perubahan arah, tergantung siapa yang terpilih.
     
    Menurut para ahli, paus berikutnya bisa jadi bukan sosok revolusioner, melainkan seorang “pengurus” yang lebih tenang. Tapi, dalam sejarah gereja, segala kemungkinan tetap terbuka.
     
    Siapa saja yang bisa jadi Paus?
     
    Secara hukum gereja, setiap pria Katolik yang sudah dibaptis bisa dipilih menjadi paus. Namun jika dia belum ditahbiskan sebagai uskup, maka ia harus ditahbiskan terlebih dahulu sebelum resmi menjabat.
     
    Pemilihan paus bukan hanya soal teologi, tapi juga geopolitik dan arah gereja ke depan. Siapa pun yang terpilih, dunia menanti babak baru dari sejarah panjang Takhta Suci Vatikan.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Penyebab Paus Fransiskus Meninggal: Stroke Diikuti Koma dan Gagal Jantung – Halaman all

    Penyebab Paus Fransiskus Meninggal: Stroke Diikuti Koma dan Gagal Jantung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus, meninggal dunia dalam usia 88 tahun pada Senin (21/4/2025).

    Vatikan mengatakan Paus Fransiskus meninggal karena stroke yang membuatnya koma dan menyebabkan gagal jantung.

    Kematian tersebut dikonfirmasi pada Senin (21/4/2025) oleh Dr. Andrea Arcangeli, kepala departemen kesehatan Vatikan.

    Diberitakan AP News, Paus Fransiskus yang menderita penyakit paru-paru kronis dan menjalani operasi pengangkatan sebagian paru-paru saat masih muda, dirawat di rumah sakit selama 38 hari awal tahun ini setelah mengalami krisis pernapasan yang berkembang menjadi pneumonia ganda.

    Paus Fransiskus menghindari banyak kemegahan dan upacara Gereja.

    Paus Fransiskus meminta agar jenazahnya tidak diletakkan di atas panggung tinggi, yang merupakan upacara pemakaman tradisional, di tengah Basilika Santo Petrus untuk penghormatan terakhir dari masyarakat.

    Sebaliknya umat beriman yang datang untuk berkabung hanya akan dapat melihat jasadnya di dalam peti jenazah yang tutupnya telah dibuka.

    Pemakamannya, menurut adat Gereja, biasanya diadakan dalam waktu empat hingga enam hari setelah kematiannya, dengan misa pemakaman diadakan di Lapangan Santo Petrus.

    Dilansir BBC, pemakaman kepausan secara tradisional merupakan urusan yang rumit, tetapi Paus Fransiskus bertindak tahun lalu untuk menyederhanakan pengaturannya.

    Ia akan menjadi Paus pertama dalam lebih dari satu abad yang tidak dimakamkan di Vatikan, di ruang bawah tanah Basilika Santo Petrus – dan malah memilih untuk dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, dekat ikon Madonna kesayangannya.

    Fransiskus juga meminta untuk dimakamkan dalam peti mati kayu sederhana – tidak seperti pendahulunya yang dimakamkan dalam tiga peti mati bertingkat tradisional yang terbuat dari cemara, timah, dan kayu ek.

    Pemilihan Paus yang Baru

    Paus adalah kepala Gereja Katolik.

    Umat Katolik Roma percaya bahwa ia mewakili garis keturunan langsung dari Yesus Kristus.

    Ia dianggap sebagai penerus Santo Petrus yang masih hidup, yang merupakan pemimpin di antara murid-murid pertama Kristus, yaitu para Rasul.

    Hal itu memberinya kekuasaan penuh dan tanpa hambatan atas seluruh Gereja Katolik dan menjadikannya sumber otoritas penting bagi sekitar 1,4 miliar umat Katolik di dunia.

    Paus tinggal di Kota Vatikan, negara merdeka terkecil di dunia. Kota ini dikelilingi oleh ibu kota Italia, Roma.

    Paus tidak menerima gaji, tetapi semua biaya perjalanan dan biaya hidupnya dibayar oleh Vatikan.

    Meninggalnya Paus Fransiskus memicu proses politik bagi Gereja untuk memilih pemimpin baru.

    Para kardinal dari seluruh dunia akan berkumpul di Vatikan untuk menghadiri pemilihan, yang dikenal sebagai konklaf.

    Secara tradisional, masa berkabung selama 15 hari dilaksanakan sebelum konklaf dimulai.

    Namun, pendahulu Fransiskus, Benediktus, mengubah aturan pada tahun 2013 untuk mengizinkan konklaf dimulai lebih awal jika para kardinal menghendaki.

    Pemungutan suara biasanya dilakukan 15-20 hari setelah kematian Paus.

    PENAMPILAN PUBLIK TERAKHIR – Tangkapan layar YouTube ABC News pada Minggu (20/4/2025) menampilkan Paus Fransiskus yang membuat penampilan publik yang mengejutkan untuk memberkati ribuan umat Katolik yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus untuk misa Minggu Paskah. (Tangkapan layar YouTube ABC News)

    Paus baru dipilih oleh Dewan Kardinal – sekelompok pejabat paling senior Gereja, yang semuanya laki-laki, semuanya ditunjuk oleh Paus dan biasanya semuanya adalah uskup yang ditahbiskan.

    Saat ini ada 252 kardinal Katolik, tetapi hanya 135 yang memenuhi syarat untuk memberikan suara karena mereka yang berusia di atas 80 tahun dapat mengambil bagian dalam debat tetapi tidak dapat memilih.

    Sementara itu, antara kematian Paus dan pemilihan penggantinya, Dewan Kardinal mengatur Gereja.

    Mereka menjalankan bisnis gereja sehari-hari, tetapi memiliki kekuasaan terbatas karena sebagian besar administrasi pusat Gereja berhenti bekerja.

    Lalu, biasanya, kepala departemen Vatikan mengundurkan diri dari jabatan mereka sampai mereka dikukuhkan atau digantikan oleh Paus yang baru.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Paus Fransiskus Wafat