Sukidi: Pemimpin Welas Asih seperti Paus Fransiskus yang Dibutuhkan Indonesia
Editor
KOMPAS.com
– Pemikir kebhinekaan Sukidi menekankan pentingnya
Indonesia
meneladani kepemimpinan welas asih yang ditunjukkan oleh
Paus Fransiskus
.
Menurut dia, nilai-nilai belas kasih yang dihayati dan dipraktikkan oleh pemimpin tertinggi Gereja Katolik tersebut sejalan dengan semangat kebangsaan yang digariskan oleh Bung Karno dalam pidato 1 Juni 1945.
“Indonesia perlu mewarisi keteladanan Paus, bahwa kepemimpnan yang penuh welas asih itulah yang dibutuhkan republik ini, karena ini sesuai dengan pesan Bung Karno pada pidato 1 Juni 1945, bahwa Indonesia ini didirikan sebagai negara yang berketuhanan,” kata Sukidi, seperti dilansir dari program Satu Meja Kompas TV, Sabtu (26/4/2025).
“Karena itu, prinsip ketuhanan yang welas asih, yang saling menghormati kepada sesama, yang menumbuhkan cinta kasih kepada sesama, itulah yang kita butuhkan untuk Indonesia ke depan,” tambah dia.
Dalam pandangan Sukidi, Paus Fransiskus bukan hanya pemimpin agama, melainkan juga simbol moral dunia yang menunjukkan keberpihakan pada kaum lemah dan yang menderita.
“Dari Paus Fransiskus kita belajar tentang seorang tokoh agama yang menjiwai betul arti belas kasih kepada sesama. Belas kasih itu adalah kesediaan membuka diri kita terhadap penderitaan orang lain, dan merasakan penderitaan orang lain sebagai bagian dari penderitaan kita, sehingga kita terpanggil untuk membebaskan rakyat dari mata rantai kesengsaraan itu sendiri,” ujar Sukidi.
“Itu yang kita butuhkan pada pemimpin republik ini, untuk menjadikan rakyat bukan sebagai komoditas politik, tapi sebagai bentuk pelayanan tertinggi untuk kesejahteraan rakyat itu sendiri,” sambung dia.
Lebih lanjut, Sukidi menekankan bahwa dalam situasi bangsa yang penuh tantangan, rakyat Indonesia harus memegang teguh harapan.
Ia mengutip tokoh perjuangan anti-apartheid Nelson Mandela, yang tetap menjaga harapan meski harus mendekam di penjara selama 27 tahun karena perjuangannya.
“Ketika semua hal-hal hilang dalam hidupnya, dia menitipkan harapan sebagai senjata paling ampun untuk merawat bangsa Afrika ke depan,” ujar dia.
Dalam konteks Indonesia, Sukidi mengingatkan bahwa harapan harus dilandasi oleh iman dan cinta.
Mengutip Kardinal Suharyo, ia menyatakan bahwa Tuhan memulai karya yang baik dan akan menyelesaikannya dengan baik pula.
“Karena itu rasa cinta, rasa bakti kepada Tanah Air, harus selalu kita pupuk, harus selalu kita iringi semangat untuk merawat Tanah Air dengan patriot, dengan
spirit
kejujuran dan integritas yang luhur itu sendiri,” ujar dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
agama: Katolik
-
/data/photo/2025/04/26/680cf639edcf3.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Sukidi: Pemimpin Welas Asih seperti Paus Fransiskus yang Dibutuhkan Indonesia Nasional 26 April 2025
-

Pertama Setelah 350 Tahun, Paus Dimakamkan di Luar Vatikan
Jakarta, CNBC Indonesia – Paus Fransiskus telah dimakamkan hari ini, Sabtu (26/4/2025) waktu setempat. Pemimpin umat Katolik sedunia itu dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore.
Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin (21/4/2025) di Vatikan, dalam usia 88 tahun. “The People’s Pope” ini sebelumnya telah meminta lokasi khusus untuk pemakamannya, bukan di Vatikan, seperti pendahulunya.
Para Paus biasanya dimakamkan di dalam Kota Vatikan, di bawah Basilika Santo Petrus. Namun, Paus Fransiskus akan menjadi paus pertama dalam lebih dari satu abad yang dimakamkan di luar Vatikan.
-

Trump Langsung Tinggalkan Roma Usai Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus
Roma –
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump langsung terbang meninggalkan Roma, Italia, setelah menghadiri misa pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan pada Sabtu (26/4) waktu setempat.
Trump dan istrinya, Melania, seperti dilansir CNN, Sabtu (26/4/2025), telah terbang meninggalkan Roma dengan pesawat kepresidenan AS, Air Force One, pada Sabtu (26/4) siang waktu setempat.
Keduanya disebut berangkat dengan sangat cepat setelah misa pemakaman selesai digelar di Alun-alun Santo Petrus.
Selama berada di Vatikan, Trump sempat melakukan pertemuan singkat dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Pertemuan itu dilakukan di dalam salah satu area Basilika Santo Petrus, sesaat sebelum misa pemakaman digelar pada Sabtu (26/4) pagi waktu setempat.
Sejumlah foto yang dipublikasikan oleh kantor kepresidenan Ukraina menunjukkan momen Trump dan Zelensky duduk berhadapan di dalam salah satu area Basilika Santo Petrus yang ada di Vatikan.
Foto-foto itu menunjukkan Trump dan Zelensky berbicara empat mata di tengah sebuah area kosong di dalam basilika yang merupakan salah satu situs terpenting Gereja Katolik tersebut.
Beberapa foto lainnya kedua pemimpin itu ditemani oleh Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang juga ada di Vatikan untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Juru bicara kantor kepresidenan Ukraina, Sergiy Nykyforov, seperti dilansir AFP, mengatakan bahwa pertemuan kedua pemimpin itu dilakukan sebelum misa pemakaman dimulai, dan berlangsung hanya sebentar.
Gedung Putih telah mengonfirmasi pertemuan antara Trump dan Zelensky di Vatikan, dengan direktur komunikasi Gedung Putih Steven Cheung menyebutnya sebagai “diskusi yang sangat produktif”. Cheung menambahkan bahwa rincian lebih lanjut soal pertemuan itu akan disampaikan menyusul.
Pertemuan di Vatikan ini menjadi yang pertama setelah Trump dan Zelensky terlibat cekcok dalam pertemuan terakhir mereka di Ruang Oval Gedung Putih pada Februari lalu. Pada saat itu, Trump menegur Zelensky karena tidak pernah menunjukkan rasa terima kasih yang cukup atas dukungan AS dalam perjuangan Ukraina melawan invasi Rusia.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-

Momen Trump-Zelensky Gelar Pertemuan di Basilika Santo Petrus
Vatican City –
Ternyata Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melakukan pertemuan di dalam Basilika Santo Petrus pada Sabtu (26/4), sesaat sebelum menghadiri misa pemakaman Paus Fransiskus.
Sejumlah foto yang dipublikasikan oleh kantor kepresidenan Ukraina, seperti dilansir CNN, Sabtu (26/4/2025), menunjukkan momen Trump dan Zelensky duduk berhadapan di dalam salah satu area Basilika Santo Petrus yang ada di Vatikan.
Foto-foto itu menunjukkan Trump dan Zelensky berbicara empat mata di tengah sebuah area kosong di dalam basilika yang merupakan salah satu situs terpenting Gereja Katolik tersebut.
Beberapa foto lainnya kedua pemimpin itu ditemani oleh Perdana Menteri Inggris Keir Starmer dan Presiden Prancis Emmanuel Macron, yang juga ada di Vatikan untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus.
Juru bicara kantor kepresidenan Ukraina, Sergiy Nykyforov, seperti dilansir AFP, mengatakan kepada wartawan bahwa pertemuan kedua pemimpin itu dilakukan sebelum misa pemakaman dimulai, dan berlangsung hanya sebentar.
“Pertemuan itu sudah berlangsung dan telah berakhir,” kata Nykyforov kepada wartawan, tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut soal topik yang dibahas kedua pemimpin.
Momen Trump dan Zelensky melakukam pembicaraan empat mata di dalam Basilika Santo Petrus di Vatikan, sesaat sebelum menghadiri pemakaman Paus Fransiskus Foto: Handout/UKRAINIAN PRESIDENTIAL PRESS SERVICE/AFP
Gedung Putih telah mengonfirmasi pertemuan antara Trump dan Zelensky di Vatikan, dengan direktur komunikasi Gedung Putih Steven Cheung menyebutnya sebagai “diskusi yang sangat produktif”. Cheung menambahkan bahwa rincian lebih lanjut soal pertemuan itu akan disampaikan menyusul.
Pertemuan di Vatikan ini menjadi yang terbaru setelah Trump dan Zelensky terlibat cekcok dalam pertemuan terakhir mereka di Ruang Oval Gedung Putih pada Februari lalu.
Pada saat itu, Trump menegur Zelensky karena tidak pernah menunjukkan rasa terima kasih yang cukup atas dukungan AS dalam perjuangan Ukraina melawan invasi Rusia.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-

Menteri HAM dan Jokowi bersiap hadiri pemakaman Paus Fransiskus
Jakarta (ANTARA) – Menteri Hak Asasi Manusia (HAM) RI Natalius Pigai dan presiden ke-7 RI Joko Widodo bersiap menghadiri upacara pemakaman Paus Fransiskus yang berlangsung di Kota Vatikan, Sabtu.
“Kami berangkat dari hotel pukul 07.30 waktu setempat. Adapun upacara diperkirakan pada pukul 10.00—12.00 waktu setempat,” kata Pigai saat dikonfirmasi di Jakarta, Sabtu.
Selain Pigai dan Jokowi, terdapat pula dua utusan RI lainnya yang menghadiri upacara, yakni Wakil Menteri Keuangan RI Thomas Djiwandono dan Ketua Panitia Penyambutan Paus Fransiskus ke Indonesia pada tahun 2024 Ignasius Jonan.
Pigai menyebutkan keempat utusan RI tersebut mengenakan jas hitam, dasi hitam, dan peci dalam acara penghormatan terakhir kepada Sri Paus.
Tiga perwakilan RI yang telah diutus Presiden Prabowo Subianto sudah berada di Roma, Italia sejak Jumat (25/6), sedangkan dia sudah tiba di sana sejak Kamis (24/6).
Selain itu, dia mengungkapkan bahwa sudah sempat pula menghadiri misa di Basilika Santo Petrus bersama dengan Jonan dan Thomas.
“Kami menginap di hotel yang sama dan di lantai yang sama di Kota Roma,” ucap Pigai.
Upacara pemakaman Paus Fransiskus yang berlangsung di Kota Vatikan telah dimulai ketika peti jenazah sang Pemimpin Katolik sedunia itu dibawa ke Alun-Alun Santo Petrus pada hari Sabtu.
Pigai mengatakan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump juga menghadiri pemakaman Paus Fransiskus. Trump bersama sang istri, Melania, menjadi di antara tamu terakhir yang tiba pada upacara tersebut.
Menurut otoritas Kepolisian Roma, lebih dari 160 delegasi dari berbagai negara dan organisasi internasional telah tiba untuk menghadiri pemakaman.
Mendiang Fransiskus akan dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Kota Roma.
Fransiskus, yang merupakan Paus Amerika Latin pertama, berpulang pada tanggal 21 April di kediamannya, Vatikan, pada usia 88 tahun.
Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2025 -

Misa Selesai, Peti Jenazah Paus Fransiskus Dibawa ke Basilika Santo Petrus
Vatican City –
Misa pemakaman Paus Fransiskus telah selesai digelar di Alun-alun Santo Petrus, Vatikan, dengan dihadiri sekitar 200.000 orang, termasuk puluhan pemimpin dunia dan raja dari berbagai negara. Peti jenazah dibawa masuk kembali ke Basilika Santo Petrus, sebelum nantinya dibawa ke Basilika Santa Maria Maggiore untuk dimakamkan.
Misa pemakaman yang digelar di area terbuka di Alun-alun Santo Petrus, seperti dilansir CNN, Sabtu (26/4/2025), berlangsung selama kurang lebih dua jam sejak dimulai pukul 10.00 waktu setempat.
Kardinal Giovanni Battista Re selaku Dekan Dewan Kardinal, yang memimpin jalannya misa pemakaman pada Sabtu (26/4) waktu setempat, menjadi yang terakhir memberkati peti jenazah dengan dupa dan air suci.
Kemudian para kardinal berjubah merah bangkit dari tempat duduk mereka dan berbaris untuk kembali masuk ke dalam Basilika Santo Petrus.
Para pengusung peti jenazah, yang disebut sebagai “Gentlemen of His Holiness” atau para pelayan bagi sang Paus, selanjutnya membawa peti jenazah Paus Fransiskus kembali ke dalam Basilika Santo Petrus.
Peti jenazah dibawa secara perlahan melewati para kardinal yang berbaris di dalam Basilika Santo Petrus, salah satu situs terpenting Gereja Katolik. Saat prosesi ini berlangsung, lonceng Basilika Santo Petrus dibunyikan.
Peti jenazah Paus Fransiskus akan dibawa ke Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, yang akan menjadi tempat peristirahatan terakhir sang Bapa Suci.
Nantinya, peti jenazah Paus Fransiskus akan dibawa dari Basilika Santo Petrus yang ada di Vatican City menuju ke Basilika Santa Maria Maggiore di Roma untuk dimakamkan.
Iring-iringan peti jenazah Paus Fransiskus akan melewati ruas jalanan kota Roma, dengan orang-orang telah menanti di tepi jalan untuk melihat langsung terakhir kalinya peti jenazah sang Bapa Suci.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-

Cerita Didiet Maulana Hijrah dari Buku ke iPad untuk Proses Kreatifnya
Jakarta –
Desainer kenamaan Didiet Maulana berbagi pengalamannya hijrah dari sketsa tradisional di buku ke iPad untuk mendukung proses kreatifnya. Dia menceritakan bagaimana teknologi, khususnya ekosistem Apple, telah mengubah cara kerjanya dan membantu mengembangkan bisnisnya.
Dari Sketsa ke Digital
Didiet mengaku awalnya merasa sketsa tangan terasa lebih orisinal. Namun, alumni S1 Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan ini menyadari bahwa untuk maju, ia harus mengadopsi teknologi.
“Di awal itu memang merasakan bahwa kayaknya lebih original kalau pakai sketsa deh. Mau nggak mau, kalau misalnya mau maju, kita memang harus belajar lagi dan mengendari teknologi yang ada,” ujarnya.
Menurutnya teknologi tidak menghilangkan esensi kreativitas. Justru memungkinkan fleksibilitas. Dicontohkan saat melakukan perubahan instan sesuai permintaan klien tanpa merusak sketsa awal.
“Ketika klien bilang, ‘Aduh, aku agak nggak suka nih sama warnanya,’ aku bisa melakukan immediate changing menggunakan iPad,” ungkapnya.
Meski timnya sering memulai desain dari nol secara digital, Didiet tetap mempertahankan sentuhan personal.
“Aku biasanya sketsa dulu, dari sketsa aku scan. Jadi tetap mengandung garis-garis tanganku,” jelasnya. Setelah itu, ia mengolah motif kain atau desain baju secara digital menggunakan iPad.
Desainer Didiet Maulana Foto: Adi Fida Rahman/detikINETKecepatan dan Kolaborasi
Beralih ke iPad membawa banyak keunggulan, terutama dalam hal kecepatan. “Jadi lebih cepat karena asisten desainer semuanya menggunakan iPad. Jadinya kita bisa bicara dengan bahasa yang sama,” kata Didiet.
Proses revisi desain menjadi lebih efisien, memungkinkan timnya bekerja lebih cepat. Ekosistem Apple, termasuk iPad, Mac, dan iCloud, juga mempermudah kolaborasi lintas departemen.
“Kami bekerja lintas departemen. Ada tim desain, tim digital, tim media sosial, tim produksi. Yang membuat kami tetap terhubung adalah ekosistem Apple,” ujarnya.
Desain dibagikan melalui iCloud, tugas dikoordinasikan lewat catatan dan pengingat, serta FaceTime digunakan untuk umpan balik instan. Didiet menegaskan bahwa teknologi ini membuat alur kerja lebih mulus.
“Dari sketsa tangan hingga visualisasi iPad, dari ide di kepala saya ke Mood Board di Mac, teknologi Apple membantu saya bergerak mulus dari teknologi berat ke teknologi tinggi,” katanya. Teknologi ini, menurutnya, mudah diakses, relevan, dan dapat diskalakan.
Efisiensi dan Skalabilitas Bisnis
Foto: Adi Fida Rahman/detikINET
Ekosistem Apple tidak hanya meningkatkan kreativitas, tetapi juga membantu Didiet mengembangkan bisnisnya.
Pria berkacamata ini berpendapat teknologi Apple memecahkan masalah manajemen waktu, yang sering menjadi kendala dalam mengembangkan bisnis. “
Dengan data yang lebih gampang di-share, reminder-reminder, dan segala macam hal yang memudahkan, waktu kita menjadi lebih efisien,” katanya.
Efisiensi ini memungkinkan timnya fokus pada kreativitas, bukan pada proses teknis seperti memindahkan data.
“Apa yang Apple berikan kepada saya bukan hanya produktivitas. Ia memberi saya kemungkinan,” tegas Didiet.
Teknologi ini memungkinkan idenya diwujudkan dan dibagikan kepada pelaku usaha kecil di seluruh Indonesia, menjaga visinya tetap jelas dan terarah.
Ke depannya, Didiet berharap Apple mengembangkan ekosistem khusus untuk pelaku usaha kecil dan menengah.
“Mungkin ke depannya ada Apple ekosistem user untuk small medium enterprises, dimana kita bisa saling terhubung dan berbagi ilmu di dalam satu komunitas yang solid,” ujarnya. Ia percaya komunitas seperti ini akan semakin memberdayakan pelaku kreatif di Indonesia.
Saat ini lewat platform besutannya bernama JadiGiniBelajarBersama, Didiet telah membantu lebih dari 5.000 pengusaha di Indonesia membangun merek mereka.
“Kami membuat modul sederhana dan praktis, cara membangun merek, cara melakukan pemasaran sederhana, dan kami menjangkau seluruh Indonesia,” pungkasnya.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video: Apple Dikabarkan Tak Sediakan Lagi Penyimpanan 64GB “
[Gambas:Video 20detik]
(vmp/vmp) -

Pertama Saat Pemakaman Paus, Doa Universal Dibaca dalam Bahasa Mandarin
Vatican City –
Doa universal dibacakan dalam beberapa bahasa secara bergantian saat misa pemakaman Paus Fransiskus digelar di Alun-alun Santo Petrus, Vatikan, pada Sabtu (26/4) waktu setempat. Namun untuk pertama kalinya dalam sejarah pemakaman Paus, doa juga dibacakan dalam bahasa Mandarin.
Momen pembacaan Doa Umat Beriman atau doa universal dalam misa yang dipimpin oleh Kardinal Giovanni Battista Re selaku Dekan Dewan Kardinal, seperti dilansir CNN, Sabtu (26/4/2025), dilakukan oleh beberapa kardinal dalam sejumlah bahasa, seperti Italia, Prancis, Arab, Portugis, Polandia, Jerman dan Mandarin.
Ini merupakan pertama kalinya, bahasa Mandarin disertakan dalam pemakaman kepausan di Vatikan.
“Bagi kita yang berkumpul di sini, bahwa setelah merayakan misteri suci, suatu hari kita mungkin dipanggil oleh Kristus untuk memasuki kerajaan-Nya yang mulia,” ucap Kardinal Agostino Liu Bo saat membacakan bagian Doa Universal dalam bahasa Mandarin.
Selama masa kepausannya, Fransiskus pernah menyuarakan keinginannya untuk mengunjungi China. Dalam beberapa tahun terakhir, Vatikan berupaya menjalin hubungan lebih baik dengan Beijing.
Keinginan Paus Fransiskus berkunjung ke China tidak terwujud hingga beliau berpulang pada Senin (21/4), namun sang Bapa Suci semasa hidup pernah mengunjungi Mongolia tahun 2023 lalu. Di sana, Paus Fransiskus bertemu dengan umat Katolik setempat dan Uskup China.
Dalam peristiwa lainnya, Paus Fransiskus pada tahun 2022 menunjuk Giorgio Marengo sebagai Kardinal Mongolia pertama. Sosok Kardinal Marengo akan menjadi salah satu orang yang menunjuk pengganti Fransiskus dalam konklaf, yang akan dimulai beberapa hari setelah pemakaman digelar pada Sabtu (26/4).
(nvc/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-

Misa Pemakaman, Paus Fransiskus Dipuji Miliki Hati Terbuka untuk Semua Umat
Vatican City –
Mendiang Paus Fransiskus dipuji sebagai seorang paus yang memiliki “hati yang terbuka” untuk semua umat, yang berjuang untuk Gereja Katolik yang penuh belas kasih.
Kardinal Giovanni Battista Re, yang memimpin misa pemakaman Paus Fransiskus di Alun-alun Santo Petrus pada Sabtu (26/4), saat membacakan homili pemakaman menyebut sang Bapa Suci ingin dekat dengan semua orang, terutama dengan mereka yang mengalami kesulitan dan terpinggirkan.
“Beliau menjalin kontak langsung dengan individu dan masyarakat, ingin dekat dengan semua orang, dengan perhatian yang nyata kepada mereka yang sedang dalam kesulitan, memberikan dirinya tanpa batas, terutama kepada mereka yang terpinggirkan, yang paling kecil di antara kita,” sebutnya.
“Beliau adalah seorang paus di antara umat, dengan hati yang terbuka bagi semua orang,” ucap Kardinal Re, seperti dilansir AFP, Sabtu (26/4/2025).
Kardinal Re kemudian menyinggung soal upaya mendiang Paus Fransiskus dalam membantu para pengungsi, migran, dan orang miskin.
“Tindakan dan seruannya dalam mendukung para pengungsi dan orang-orang telantar tidak terhitung banyaknya,” ucap Kardinal Re di hadapan puluhan ribu orang yang menghadiri misa pemakaman di Alun-alun Santo Petrus, termasuk pemimpin dunia seperti Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang pernah berselisih dengan Paus Fransiskus mengenai perlakuan terhadap migran.
Dikatakan juga oleh Kardinal Re saat membacakan homili bahwa mendiang Paus Fransiskus juga meyakini Gereja merupakan “rumah bagi semua orang”.
Mengenai konflik yang terjadi di dunia, menurut Kardinal Re, mendiang Paus Fransiskus mendesak “negosiasi yang beralasan dan jujur” dalam upaya mengakhiri konflik yang berkecamuk di berbagai negara.
“Menghadapi perang yang berkecamuk dalam beberapa tahun terakhir, dengan kengerian yang tidak manusiawi, dan kematian serta kehancuran yang tak terhitung jumlahnya. Paus Fransiskus terus-menerus menyerukan perdamaian dan menyerukan negosiasi yang beralasan dan jujur untuk menemukan solusi yang memungkinkan,” kata Kardinal Re.
Misa pemakaman Paus Fransiskus ini dihadiri total 130 delegasi asing, termasuk 55 kepala negara, 14 kepala pemerintahan dan 12 raja yang berkuasa dari berbagai negara.
Selain Trump, terdapat juga Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Presiden Argentina Javier Milei, Perdana Menteri (PM) Italia Giorgia Meloni dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr di antara para pemimpin asing yang hadir di Vatikan.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-

Pelaku Industri Kreatif Pakai AI Bikin Karya, Emang Boleh?
Jakarta –
Belakangan, penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam menciptakan karya kreatif menjadi topik yang hangat diperbincangkan. Sebagian pelaku industri kreatif memanfaatkan AI untuk mempermudah proses kreatif, namun tak sedikit pula yang mempertanyakan etika dan orisinalitas karya yang dihasilkan.
Lantas, bagaimana pandangan para pelaku industri kreatif, khususnya di Indonesia, terhadap fenomena ini? Salah satu figur yang berbagi pandangannya adalah Didiet Maulana, seorang desainer fesyen ternama yang dikenal dengan karya-karyanya yang mengangkat budaya Indonesia
Sebagai Alat Bukan Pengganti Kreativitas
Saat berbincang dengan sejumlah awak media, Didiet Maulana berbagi pengalamannya menggunakan AI dalam proses kreatifnya. Ia mengakui bahwa AI kini menjadi bagian dari kesehariannya, terutama untuk keperluan riset.
“Menggunakan AI? Jujur, sekarang iya,” ungkap Didiet.
Ia mencontohkan bagaimana dirinya memanfaatkan AI untuk mencari referensi, seperti saat ingin mendalami budaya Sumba Timur.
“Aku akan mengetik, ‘Saya ingin riset tentang Sumba Timur. Kira-kira buku referensi apa yang harus dibaca?’” ujarnya mencontohkan.
Namun, Didiet menegaskan bahwa AI hanya berfungsi sebagai alat bantu, bukan penentu utama karya. Baginya, kunci utama tetap pada pengalaman langsung dan pemahaman mendalam terhadap identitas kreatif seorang desainer.
“Kalau kita nggak tahu apa yang mau kita kembangkan, nanti desainnya malah mirip dengan yang lain. Akhirnya cuma bertarung harga, bukan orisinalitas,” turut pria kelahiran Jakarta ini.
AI membantu pengembangan ide
Foto: Adi Fida Rahman/detikINET
Transisi dari Analog ke Digital
Sebagai desainer dari generasi transisi, Didiet memiliki pendekatan yang unik dalam menggabungkan referensi analog dan digital. Ia terbiasa mengumpulkan inspirasi dari buku, kunjungan ke museum, dan pengalaman langsung, yang kemudian diperkaya dengan kemudahan teknologi digital.
“Visual references yang aku experience secara langsung itu beda. Bukan copy-paste, tapi kita tahu cara memodifikasinya,” ujarnya.
Menurut Didiet, AI membantu menyusun struktur berpikir dan mempermudah proses pengembangan ide.
“AI mempermudah cara kita menemukan struktur berpikir untuk mengeluarkan satu koleksi,” kata alumni Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan ini.
Namun, ia menekankan pentingnya mengenal “DNA” atau identitas kreatif seorang desainer sebelum menggunakan AI.
“Jangan sampai kita tergantung pada AI sehingga lupa sejatinya kita apa,” tambahnya.
AI: Teman atau Ancaman?
Awalnya, Didiet mengaku skeptis terhadap penggunaan teknologi dalam desain. “Aku kekeh bahwa desain nggak boleh tersentuh teknologi,” kenangnya.
Namun, setelah mempelajari cara kerja AI dan bereksperimen dengan prompt-prompt, ia melihat potensi besar yang ditawarkan. AI, baginya, adalah alat yang memudahkan desainer mencapai hasil yang diinginkan, asalkan desainer tetap memegang kendali kreatif.
“The real driver itu kita. AI adalah tools untuk memudahkan kita mendapatkan result yang kita mau,” tegas Didiet.
Ia juga menyoroti pentingnya menjaga cita rasa personal dalam setiap karya. Baik sebagai penulis, desainer fesyen, arsitek, maupun profesi kreatif lainnya, seorang kreator harus memiliki gaya yang khas.
“Kita harus tahu personal style kita seperti apa. AI bisa kasih referensi, tapi kadang cocok, kadang enggak,” ujarnya.
Bagi para desainer atau pelaku industri kreatif yang ingin memanfaatkan AI, Didiet memberikan saran sederhana namun mendalam: kenali diri sendiri terlebih dahulu.
“Sebelum menjelajahi AI, kenali dulu DNA kita seperti apa. Jangan sampai kita kehilangan identitas karena terlalu bergantung pada AI,” pesannya.
“Jadi kenalin diri kita dulu, dan baru pakai AI untuk memudahkan pekerjaan,” tandas pria berkacamata ini.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video Proyek Film ‘AI on Screen’ Google: Eksplorasi Relasi Manusia dan AI”
[Gambas:Video 20detik]
(vmp/vmp)