agama: Katolik

  • H-1 Konklaf, Petugas Terlibat Pemilihan Paus Baru Disumpah Jaga Kerahasiaan

    H-1 Konklaf, Petugas Terlibat Pemilihan Paus Baru Disumpah Jaga Kerahasiaan

    Jakarta

    Prosesi konklaf pemilihan Paus baru akan digelar besok. Sejumlah petugas yang terlibat konklaf telah diambil sumpah untuk menjaga kerahasiaan.

    Dilansir Vatican News, Selasa (6/5/2025), pengambilan sumpah dilakukan di Kapel Paulina yang berada di Istana Apostolik, Vatikan, pada Senin (5/5) waktu setempat. Pengambilan sumpah dipimpin oleh Kardinal Kevin Joseph Farrell selaku Camerlengo Gereja Roma Suci.

    Sumpah yang diucapkan oleh Kardinal Kevin Joseph Farrell ini diikuti oleh semua individu baik pendeta maupun awam yang telah disetujui Camerlengo dan tiga asisten Kardinal.

    Para petugas yang telah diambil sumpah ini meliputi Sekretaris Dewan Kardinal, Master Perayaan Liturgi Kepausan, tujuh master upacara kepausan, rohaniwan yang dipilih oleh kardinal yang memimpin Konklaf untuk membantunya, dua biarawan Agustinian yang ditugaskan di Sakristi Kepausan, staf biara berbagai bahasa untuk pengakuan dosa, dokter dan perawat medis, operator lift Istana Apostolik.

    Pengambilan sumpah untuk menjaga kerahasiaan konklaf juga dilakukan untuk staf yang bertanggung jawab atas layanan makanan, staf layanan teknis, petugas yang membawa kardinal elektor dari Casa Santa Marta ke Istana Apostolik, kolonel dan mayor Garda Swiss Kepausan yang ditugaskan untuk pengawasan di dekat Kapel Sistina, Direktur Layanan Keamanan dan Perlindungan Sipil Negara Kota Vatikan, bersama dengan beberapa kolaboratornya.

    Setiap individu, setelah diberi petunjuk tentang pentingnya sumpah, secara pribadi mengucapkan dan menandatangani rumusan yang ditentukan di hadapan Kardinal Farrell, dengan dua protonotaris apostolik yang bertindak sebagai saksi.

    Sumpah tersebut mencakup janji khidmat untuk menjaga kerahasiaan mengenai semua hal yang secara langsung atau tidak langsung terkait dengan pemungutan suara dan pemeriksaan untuk pemilihan Paus. Upacara ini menunjukkan komitmen Gereja terhadap kerahasiaan dan kesucian proses pemilihan paus, dengan memastikan bahwa semua personel pembantu menjunjung tinggi integritas Konklaf.

    “Sinyal akan dipulihkan setelah pengumumman pemilihan Paus tertinggi,” bunyi keterangan Vatikan dilansir AFP.

    “Namun penonaktifkan tersebut tidak akan mencakup Lapangan Santo Petrus,” kata Juru Bicara Vatikan, Matteo Bruni.

    Ribuan umat diperkirakan akan berkumpul di alun-alun di depan Basilika Santo Petrus untuk menunggu pengumuman pengganti Paus Fransiskus. Sebanyak 133 kardinal dari seluruh dunia akan berkumpul di Kapel Sistina Vatikan pada hari Rabu untuk mulai memberikan suara bagi pemimpin baru dari 1,4 miliar umat Katolik di dunia.

    “Pemilihan dilakukan dengan sangat rahasia dan para kardinal akan diminta untuk meninggalkan telepon genggam mereka saat memasuki konklaf,” kata Bruni

    ‘Lihat juga Video: 133 Kardinal Sudah Tiba di Vatikan Bersiap Gelar Konklaf’

    (ygs/zap)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Super Ketat! Sinyal Telepon di Vatikan Akan Diputus Sepanjang Conclave

    Super Ketat! Sinyal Telepon di Vatikan Akan Diputus Sepanjang Conclave

    Jakarta

    Vatikan tak main-main dalam menjaga kerahasiaan proses pemilihan Paus baru pengganti Paus Fransiskus, yang wafat 21 April lalu. Menjelang Conclave yang dimulai besok, Rabu (7/5), Takhta Suci mengumumkan langkah drastis: mematikan sinyal telepon seluler!.

    Langkah pengamanan super ketat ini diumumkan Vatikan pada Senin (5/5), seperti dilaporkan oleh AFP. Tujuannya jelas, memastikan tidak ada bocoran informasi sedikit pun dari dalam Kapel Sistina, tempat 133 kardinal akan berkumpul untuk memilih pemimpin baru Gereja Katolik.

    “Sinyal telepon akan diputus di negara (Vatikan) selama berlangsungnya konklaf,” demikian konfirmasi dari pihak Vatikan.

    Namun, bagi peziarah yang ingin menyaksikan momen bersejarah pengumuman Paus baru, tak perlu panik. Vatikan menegaskan area Lapangan Santo Petrus (St Peter’s Square) akan tetap ‘online’. Sinyal di area publik utama itu dipastikan aman, sehingga ribuan orang yang diperkirakan berkumpul di sana tetap bisa berkomunikasi dan mengabadikan momen.

    Sumpah Rahasia dan Isolasi Total

    Pemutusan sinyal HP hanyalah salah satu bagian dari protokol kerahasiaan ekstrem yang diterapkan selama Conclave. Para kardinal pemilih (di bawah usia 80 tahun) akan benar-benar terisolasi dari dunia luar.

    Mereka akan menginap di wisma Domus Sanctae Marthae (Santa Marta) dan dilarang keras membawa alat komunikasi atau melakukan kontak eksternal dalam bentuk apa pun. Sebelum memasuki Kapel Sistina pada Rabu sore, mereka akan bersumpah di bawah ancaman ekskomunikasi (pengucilan) untuk tidak membocorkan detail apa pun yang terjadi selama proses pemilihan.

    Bukan cuma kardinal, puluhan staf pendukung – mulai dari petugas medis, kebersihan, katering, hingga operator lift – juga sudah diambil sumpahnya pada Senin (5/5) untuk menjaga kerahasiaan yang sama.

    Menanti Asap Putih dari Kapel Sistina

    Conclave akan dimulai dengan satu putaran pemungutan suara pada hari pertama. Jika belum ada hasil, pemungutan suara dilanjutkan empat kali sehari hingga salah satu kandidat memperoleh mayoritas dua pertiga (atau 89 suara dari 133 kardinal).

    Proses ini bisa berlangsung singkat seperti pada pemilihan Paus Fransiskus dan Benediktus XVI (kurang dari 2 hari), namun sejarah mencatat Conclave bisa berjalan berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.

    Dunia akan menantikan sinyal dari cerobong asap Kapel Sistina. Asap hitam berarti pemungutan suara belum menghasilkan Paus baru, sementara asap putih menjadi tanda sukacita bahwa pemimpin baru Gereja Katolik telah terpilih. Tirai merah juga sudah dipasang di balkon Basilika Santo Petrus, tempat Paus baru akan menyapa dunia untuk pertama kalinya.

    Para kardinal sendiri telah melakukan serangkaian pertemuan persiapan untuk membahas tantangan Gereja masa kini dan profil Paus ideal. Mereka mencari sosok “gembala yang dekat dengan kehidupan nyata rakyat,” mampu “menjadi jembatan dan pemandu” di tengah krisis global, serta membawa Gereja pada “sifat misionarisnya.”

    Dengan 133 kardinal dari 70 negara, Conclave kali ini menjadi pertemuan para pangeran Gereja paling beragam dan internasional dalam sejarah Vatikan.

    Simak Video “Video Kardinal Suharyo Akan Ikuti Pemilihan Paus: Saya Tak Punya Persiapan”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Jokowi Ceritakan Momen Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Indonesia dapat Tempat Terhormat

    Jokowi Ceritakan Momen Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Indonesia dapat Tempat Terhormat

    GELORA.CO –  Presiden ke-7 RI Joko Widodo berbagi cerita saat

    menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Sabtu (26/5/2025) bersama utusan lain.

    Jokowi mengatakan utusan dari Indonesia diberi tempat cukup terhormat berkat kedekatan kedua negara, Indonesia dan Vatikan.

    “Diberikan tempat yang terdepan di sisi kanan pada saat prosesi pemakaman sehingga ini menunjukkan hubungan dekat Indonesia dengan Vatikan. Ini penghormatan Vatikan terhadap Indonesia,” ungkap Jokowi saat ditemui di kediamannya, Senin (5/5/2025).

    Jokowi mengaku memberikan penghormatan kepada Paus Fransiskus yang dikenal sebagai sosok yang penuh keteladanan bagi umat katolik.

    Ia hadir bersama utusan lain di antaranya Menteri Hak Asasi Manusia, Natalius Pigai; Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, Eks Menteri ESDM, Ignasius Jonan. 

    Mereka datang atas penugasan langsung dari Presiden Prabowo Subianto.

    “Saya ke Vatikan atas penugasan utusan dari Bapak Presiden Prabowo Subianto dalam rangka pemakaman Yang Mulia Paus Fransiskus. Kemudian kami di sana juga diterima dengan baik,” tutur Jokowi.

    Prabowo meski tak hadir secara langsung, menurutnya, ikut berduka atas kepergian tokoh besar dunia ini.

    “Ikut berduka cita sedalam-dalamnya terhadap Vatikan,” jelasnya.

    Ia melihat umat katolik di sana melakukan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus dengan suasana yang khidmat.

    “Ya saya kira penghormatan umat katolik dan pemimpin dunia atas wafatnya beliau. Saya rasa itu yang saya lihat,” terangnya.

    “Kami juga memberikan penghormatan yang amat sangat terhadap Yang Mulia Paus Fransiskus atas warisan kerendahan hati, kesederhanaan, toleransi, hubungan antar-umat yang sangat baik dari Yang Mulia Paus Fransiskus,” tuturnya.

    Jokowi Tegur Sapa dengan Presiden FIFA hingga Presiden Prancis

    Ia sempat bertegur sapa dengan Presiden FIFA Gianni Infantino. 

    Ia pun mengucapkan terimakasih atas dukungan FIFA dalam mentransformasikan sepakbola di Indonesia.

    “Hanya sebentar say hello aja. Saya kira kita mengucapkan terimakasih dukungan FIFA terhadap transformasi sepak bola Indonesia,” ungkapnya.

    Selain bertemu dengan Gianni, ia juga sempat bertegur sapa dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan beberapa kepala negara lain yang ikut menghadiri pemakaman ini.

    “Ngomong 1-2 menit (Presiden Prancis). Ketemu juga presiden dan perdana menteri yang lain,” jelasnya.

    Jokowi Bawa Surat Prabowo ke Vatikan, Sempat Selfie Sebelum Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus

    Momen Jokowi bawa surat Prabowo ke Vatikan, sempat selfie sebelum hadiri pemakaman Paus Fransiskus, terjadi saat Presiden ke-7 RI itu berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (24/4/2025) malam. 

    Jokowi menjadi utusan resmi dari Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto untuk menghadiri prosesi pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan pada Sabtu, 26 April 2025.

    Sebelum bertolak ke Roma, Jokowi tampak melayani permintaan swafoto dari sejumlah penumpang di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. 

    Mengenakan jas hitam dan dikawal pengamanan, Jokowi tetap ramah menyapa warga yang antusias.

    “Bapak, mau foto bapak,” kata salah satu wanita, yang disambut senyum Jokowi. 

    Tak lama, terdengar juga suara, “Pak Jokowi,” dari penumpang lain yang ikut meminta berfoto bersama.

    Kehadiran Jokowi di Vatikan tak hanya sebagai bentuk penghormatan negara, tetapi juga membawa surat pribadi dari Presiden Prabowo Subianto kepada pemerintah Vatikan. 

    Surat tersebut berisi ucapan duka cita atas wafatnya Paus Fransiskus dan harapan agar pesan-pesan kemanusiaan sang Paus tetap hidup.

    “Surat ini membawa pesan bahwa pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia merasa sangat kehilangan. Harapan kami, nilai-nilai kemanusiaan yang disampaikan Paus Fransiskus bisa diteruskan,” ujar Mensesneg Prasetyo Hadi.

    Seperti diketahui Paus Fransiskus meninggal dunia di Vatikan, Roma, Senin (21/4) dalam usia 88 tahun. 

    Berita duka tersebut disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo Vatikan, pada Senin pukul 09.45.

    Vatikan mengumumkan bahwa Paus meninggal karena serangan stroke dan gagal jantung. 

    Beberapa jam sebelum wafat, Paus Fransiskus sempat tampil di hadapan publik pada Minggu Paskah untuk memberikan berkat.

    Ini pun menjadi sebuah momen yang mengejutkan sekaligus menguatkan umat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus.

    Pemakaman Paus Fransiskus telah digelar pada Sabtu pukul 10.00 waktu setempat. 

    Paus Fransiskus dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore, Roma, sesuai dengan permintaannya.

    Hal ini menjadikannya sebagai Paus pertama dalam lebih dari satu abad yang dimakamkan di luar wilayah Vatikan. 

    Sejumlah pemimpin dunia hadir dalam acara pemakaman Paus Fransiskus.

  • Jokowi Ceritakan Momen Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Indonesia dapat Tempat Terhormat – Halaman all

    Jokowi Ceritakan Momen Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Indonesia dapat Tempat Terhormat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, SOLO – Presiden ke-7 RI Joko Widodo berbagi cerita saat
    menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan, Sabtu (26/5/2025) bersama utusan lain.

    Jokowi mengatakan utusan dari Indonesia diberi tempat cukup terhormat berkat kedekatan kedua negara, Indonesia dan Vatikan.

    “Diberikan tempat yang terdepan di sisi kanan pada saat prosesi pemakaman sehingga ini menunjukkan hubungan dekat Indonesia dengan Vatikan. Ini penghormatan Vatikan terhadap Indonesia,” ungkap Jokowi saat ditemui di kediamannya, Senin (5/5/2025).

    Jokowi mengaku memberikan penghormatan kepada Paus Fransiskus yang dikenal sebagai sosok yang penuh keteladanan bagi umat katolik.

    Ia hadir bersama utusan lain di antaranya Menteri Hak Asasi Manusia, Natalius Pigai; Wakil Menteri Keuangan Thomas Djiwandono, Eks Menteri ESDM, Ignasius Jonan. 

    Mereka datang atas penugasan langsung dari Presiden Prabowo Subianto.

    “Saya ke Vatikan atas penugasan utusan dari Bapak Presiden Prabowo Subianto dalam rangka pemakaman Yang Mulia Paus Fransiskus. Kemudian kami di sana juga diterima dengan baik,” tutur Jokowi.

    Prabowo meski tak hadir secara langsung, menurutnya, ikut berduka atas kepergian tokoh besar dunia ini.

    “Ikut berduka cita sedalam-dalamnya terhadap Vatikan,” jelasnya.

    Ia melihat umat katolik di sana melakukan penghormatan terakhir kepada Paus Fransiskus dengan suasana yang khidmat.

    “Ya saya kira penghormatan umat katolik dan pemimpin dunia atas wafatnya beliau. Saya rasa itu yang saya lihat,” terangnya.

    “Kami juga memberikan penghormatan yang amat sangat terhadap Yang Mulia Paus Fransiskus atas warisan kerendahan hati, kesederhanaan, toleransi, hubungan antar-umat yang sangat baik dari Yang Mulia Paus Fransiskus,” tuturnya.

     

    Jokowi Tegur Sapa dengan Presiden FIFA hingga Presiden Prancis

    Ia sempat bertegur sapa dengan Presiden FIFA Gianni Infantino. 

    Ia pun mengucapkan terimakasih atas dukungan FIFA dalam mentransformasikan sepakbola di Indonesia.

    “Hanya sebentar say hello aja. Saya kira kita mengucapkan terimakasih dukungan FIFA terhadap transformasi sepak bola Indonesia,” ungkapnya.

    Selain bertemu dengan Gianni, ia juga sempat bertegur sapa dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan beberapa kepala negara lain yang ikut menghadiri pemakaman ini.

    “Ngomong 1-2 menit (Presiden Prancis). Ketemu juga presiden dan perdana menteri yang lain,” jelasnya.

    JOKOWI & MACRON – Presiden ketujuh Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) menghadiri misa pemakaman Paus Fransiskus di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Sabtu (26/4/2025) waktu setempat. Foto momen Jokowi bertemu Presiden Prancis Emmanuel Macron. (Syarif Muhammad Fitriansyah/Ajudan Jokowi)

     

    Jokowi Bawa Surat Prabowo ke Vatikan, Sempat Selfie Sebelum Hadiri Pemakaman Paus Fransiskus

    Momen Jokowi bawa surat Prabowo ke Vatikan, sempat selfie sebelum hadiri pemakaman Paus Fransiskus, terjadi saat Presiden ke-7 RI itu berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Kamis (24/4/2025) malam. 

    Jokowi menjadi utusan resmi dari Presiden ke-8 RI Prabowo Subianto untuk menghadiri prosesi pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan pada Sabtu, 26 April 2025.

    Sebelum bertolak ke Roma, Jokowi tampak melayani permintaan swafoto dari sejumlah penumpang di Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. 

    Mengenakan jas hitam dan dikawal pengamanan, Jokowi tetap ramah menyapa warga yang antusias.

    “Bapak, mau foto bapak,” kata salah satu wanita, yang disambut senyum Jokowi. 

    Tak lama, terdengar juga suara, “Pak Jokowi,” dari penumpang lain yang ikut meminta berfoto bersama.

    JOKOWI SELFIE DENGAN WARGA SEBELUM BERANGKAT KE PEMAKAMAN PAUS – Joko Widodo membawa surat pribadi Presiden Prabowo ke Vatikan dan sempat melayani permintaan selfie di Bandara Soekarno-Hatta sebelum berangkat menghadiri pemakaman Paus Fransiskus (INSTAGRAM JOKOWI)

    Kehadiran Jokowi di Vatikan tak hanya sebagai bentuk penghormatan negara, tetapi juga membawa surat pribadi dari Presiden Prabowo Subianto kepada pemerintah Vatikan. 

    Surat tersebut berisi ucapan duka cita atas wafatnya Paus Fransiskus dan harapan agar pesan-pesan kemanusiaan sang Paus tetap hidup.

    “Surat ini membawa pesan bahwa pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia merasa sangat kehilangan. Harapan kami, nilai-nilai kemanusiaan yang disampaikan Paus Fransiskus bisa diteruskan,” ujar Mensesneg Prasetyo Hadi.

     

    Paus Fransiskus Wafat

    Seperti diketahui Paus Fransiskus meninggal dunia di Vatikan, Roma, Senin (21/4) dalam usia 88 tahun. 

    Berita duka tersebut disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo Vatikan, pada Senin pukul 09.45.

    Vatikan mengumumkan bahwa Paus meninggal karena serangan stroke dan gagal jantung. 

    Beberapa jam sebelum wafat, Paus Fransiskus sempat tampil di hadapan publik pada Minggu Paskah untuk memberikan berkat.

    Ini pun menjadi sebuah momen yang mengejutkan sekaligus menguatkan umat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus.

    PEMAKAMAN PAUS FRANSISKUS – Ribuan orang menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, Roma, Italia, pada Sabtu (26/4/2025). Presiden Prabowo Subianto mengutus empat orang untuk mewakili pemerintah menghadiri pemakaman Paus Fransiskus yaitu Presiden ke-7 RI Joko Widodo, Menteri Hak Asasi Manusia Natalius Pigai, Wakil Menkeu Thomas Aquinas Djiwandono, dan Ketua Panitia Penyambutan Paus Fransiskus di Indonesia 2024, Ignasius Jonan. TRIBUNNEWS/KEDUBES RI di VATIKAN/TRIAS KUNCAHYONO (HO/TRIAS KUNCAHYONO)

    Pemakaman Paus Fransiskus telah digelar pada Sabtu pukul 10.00 waktu setempat. 

    Paus Fransiskus dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore, Roma, sesuai dengan permintaannya.

    Hal ini menjadikannya sebagai Paus pertama dalam lebih dari satu abad yang dimakamkan di luar wilayah Vatikan. 

    Sejumlah pemimpin dunia hadir dalam acara pemakaman Paus Fransiskus.

    (tribun network/thf/TribunSolo.com/Tribunnews.com)

  • Sinyal Telepon di Vatikan Akan Diputus Selama Konklaf Pemilihan Paus Baru

    Sinyal Telepon di Vatikan Akan Diputus Selama Konklaf Pemilihan Paus Baru

    Jakarta

    Konklaf pemilihan Paus baru akan digelar lusa. Vatikan menyatakan sinyal telepon seluler di wilayahnya akan diputus selama konklaf berlangsung.

    Pemutusan sinyal akan dimulai pada Rabu (7/5) pukul 15.00 waktu setempat. Semua system transmisi sinyal telekomunikasi untuk telepon seluler yang ada di wilayah Vatikan akan dinonaktifkan.

    “Sinyal akan dipulihkan setelah pengumuman pemilihan Paus tertinggi,” bunyi keterangan Vatikan dilansir AFP, Selasa (6/5/2025).

    “Namun penonaktifkan tersebut tidak akan mencakup Lapangan Santo Petrus,” kata Juru Bicara Vatikan, Matteo Bruni.

    Ribuan umat diperkirakan akan berkumpul di alun-alun di depan Basilika Santo Petrus untuk menunggu pengumuman pengganti Paus Fransiskus. Sebanyak 133 kardinal dari seluruh dunia akan berkumpul di Kapel Sistina Vatikan pada hari Rabu untuk mulai memberikan suara bagi pemimpin baru dari 1,4 miliar umat Katolik di dunia.

    “Pemilihan dilakukan dengan sangat rahasia dan para kardinal akan diminta untuk meninggalkan telepon genggam mereka saat memasuki konklaf,” kata Bruni.

    Sesuai tradisi, Vatikan akan melangsungkan masa berduka selama sembilan hari usai kematian Paus. Setelahnya, proses konklaf pemilihan Paus baru akan dilangsungkan secara tertutup.

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • 133 Kardinal Tiba di Roma Jelang Konklaf Pemilihan Paus Baru

    133 Kardinal Tiba di Roma Jelang Konklaf Pemilihan Paus Baru

    Jakarta

    Prosesi konklaf pemilihan Paus baru akan digelar pekan ini. Total 133 kardinal dari seluruh dunia yang memiliki hak suara telah tiba di Roma, Italia.

    “Seluruh 133 kardinal Katolik yang akan memberikan suara untuk memilih pengganti Paus Fransiskus kini berada di Roma menjelang konklaf yang dimulai minggu ini,” bunyi keterangan Vatikan dilansir dari kantor berita AFP, Senin (5/5/2025).

    Ratusan kardinal itu akan dikumpulkan secara rahasia di Kapel Sistina pada Rabu (7/5) sore. Di lokasi itu, 133 kardinal ini akan memberikan suara hingga terpilihnya Paus baru menggantikan Paus Fransiskus.

    Dilansir dari situs Vatican News, Direktur Kantor Pers Takhta Suci, Matteo Bruni, mengatakan 179 kardinal telah berpatisipasi dalam Kongregasi Umum Kesepuluh hari ini. Jumlah 179 kardinal dalam kegiatan itu juga telah termasuk dari 133 kardinal elektoral yang akan memilih di konklaf.

    Ratusan kardinal nantinya akan menginap di Casa Santa Marta dan Santa Marta lama. Para Kardinal elektor akan dapat melakukan perjalanan dari Casa Santa Marta ke Kapel Sistina sesuai keinginan mereka, bahkan dengan berjalan kaki-tetapi melalui rute yang aman.

    Konklaf akan dihelat pada Rabu (7/5) mendatang di Kapel Sistina. Selama konklaf berlangsung, Kapel Sistina akan steril dari dunia luar.

    Pucuk pemimpin gereja Katolik dunia saat ini telah kosong setelah Paus Fransiskus meninggal pada 21 April silam. Jenazah Paus Fransiskus lalu dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma pada 26 April.

    (ygs/jbr)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kisah Tiga Paus dari Afrika yang Mengubah Kekristenan

    Kisah Tiga Paus dari Afrika yang Mengubah Kekristenan

    Jakarta

    Afrika Utara saat ini didominasi umat Islam. Tapi kawasan ini dulunya adalah ‘jantung’ agama Kristen yang telah melahirkan sejumlah Paus. Warisan mereka dapat dirasakan oleh jemaat Gereja hingga hari ini.

    Wilayah kepausan mereka, yang berlangsung pada masa Kekaisaran Romawi, mencakup Tunisia modern, timur laut Aljazair, hingga pantai Libia barat.

    “Afrika Utara adalah Sabuk Alkitab Kekristenan kuno,” kata Prof Christopher Bellitto, seorang sejarawan Kean University di AS.

    Setelah Paus Fransiskus wafat, banyak umat Katolik di Afrika berharap Paus selanjutnya akan kembali berasal dari benua itu untuk pertama kalinya semenjak lebih dari 1.500 tahun yang lalu.

    Melalui artikel ini, kita akan berjumpa dengan tiga Paus dari Afrika – dan bagaimana mereka membuat umat Kristen merayakan Minggu Paskah dan Hari Valentine.

    Ketiganya telah diakui Gereja sebagai santo alias orang kudus.

    Victor I (189-199)

    Getty Images

    Dia mungkin paling dikenal atas perannya dalam memastikan orang Kristen merayakan Paskah pada hari Minggu.

    Pada abad ke-2, beberapa kelompok Kristen dari Provinsi Romawi Asia (di Turki modern) merayakan Paskah pada hari yang sama saat orang Yahudi merayakan Paskah Yahudi [Passover, untuk merayakan pembebasan orang Yahudi dari perbudakan di Mesir].

    Namun, umat Kristen di bagian barat Kekaisaran Romawi percaya bahwa Yesus Kristus dibangkitkan pada hari Minggu sehingga Paskah harus selalu dirayakan pada hari itu.

    Perdebatan tentang kapan kebangkitan Yesus Kristus terjadi membuat masalah ini sangat kontroversial.

    “Kontroversi Paskah” adalah simbol dari konflik yang lebih besar antara umat Kristen Timur dan Barat, dan apakah orang Kristen harus mengikuti praktik orang Yahudi atau tidak.

    Victor I mengadakan Sinode Romawi pertama atau pertemuan para pemimpin Gerejauntuk menyelesaikan kebuntuan tersebut.

    Dia mengancam para uskup akan diasingkan dari Gereja jika menolak mematuhi keinginannya.

    “Dia bersuara tegas untuk membuat semua orang benar-benar punya pemahaman yang sama dengannya,” kata Prof Bellitto kepada BBC.

    Ini adalah karakter yang mengesankan, kata sejarawan itu, karena “dia adalah Uskup Roma ketika Kekristenan masih dianggap bertentangan dengan hukum di kekaisaran Romawi.”

    Warisan penting lainnya dari Victor I adalah dia memperkenalkan bahasa Latin sebagai bahasa umum Gereja Katolik. Sebelumnya, bahasa Yunani Kuno adalah bahasa utama untuk Liturgi Katolik dan komunikasi resmi Gereja.

    Victor I sendiri menulis dan berbicara dalam bahasa Latin yang saat itu digunakan secara luas di Afrika Utara.

    Miltiades (311-314)

    Getty Images

    Paus Miltiades diyakini lahir di Afrika.

    Selama masa kepausannya, kekristenan semakin diterima oleh para kaisar Romawi dan akhirnya menjadi agama resmi Kekaisaran.

    Sebelumnya, persekusi terhadap umat Kristen berlangsung pada berbagai momen dalam sejarah Kekaisaran.

    Meski begitu, Prof Bellitto menunjukkan bahwa Miltiades tidak berperan atas perubahan ini. Dia mengatakan Paus adalah “penerima kebaikan hati Romawi” ketimbang negosiator yang hebat.

    Miltiades diberi sebuah istana oleh Kaisar Romawi Konstantinus, dan menjadi paus pertama yang punya kediaman resmi.

    Dia juga diberi izin oleh Konstantinus untuk membangun Basilika Lateran yang sekarang tercatat sebagai gereja publik tertua di Roma.

    Walau Paus modern tinggal dan bekerja di Vatikan, Gereja Lateran kadang-kadang disebut dalam Katolik sebagai “induk dari semua gereja”.

    Gelasius I (492-496)

    Getty Images

    Gelasius I adalah satu-satunya di antara tiga paus Afrika yang menurut para sejarawan tidak lahir di Afrika.

    “Ada sumber mengenai dia… lahir di Roma. Jadi kami tidak tahu apakah dia [pernah] tinggal di Afrika Utara, tetapi tampaknya jelas bahwa dia adalah keturunan Afrika Utara,” jelas Prof Bellitto.

    Dia adalah sosok yang paling penting di antara tiga pemimpin umat Kristen asal Afrika, menurut Prof Bellitto.

    Gelasius I secara luas diakui sebagai Paus pertama yang secara resmi disebut “Vikaris Kristus”, sebuah istilah yang menandakan peran Paus sebagai wakil Kristus di Bumi.

    Dia juga mengembangkan Doktrin Dua Pedang, yang menekankan kekuasaan Gereja dan negara yang terpisah tetapi setara.

    Gelasius I juga membuat perbedaan tegas bahwa kedua kekuasaan diberikan kepada Gereja oleh Tuhan. Gereja kemudian mendelegasikan kekuasaan duniawi kepada negara. Inilah yang membuat Gereja pada akhirnya lebih unggul.

    “Setelahnya, pada Abad Pertengahan, Paus kadang-kadang mencoba memveto pemilihan kaisar atau raja, karena mereka mengatakan Tuhan memberi kekuasaan itu kepada mereka,” kata Prof Bellitto.

    Gelasius I juga dikenang karena tanggapannya terhadap Skisma Akasiaperpecahan antara Gereja Kristen Timur dan Barat yang berlangsung dari tahun 484 hingga 519.

    Selama periode ini, Gelasius I menegaskan supremasi Roma dan kepausan atas seluruh Gereja, baik Timur maupun Barat, yang diyakini para ahli melangkah terlalu jauh daripada pendahulunya.

    Gelasius juga bertanggung jawab atas perayaan populer yang masih dirayakan banyak orang sampai sekarang, yaitu perayaan Hari Valentine pada tanggal 14 Februari tahun 496 untuk memperingati Santo Valentine.

    Beberapa catatan mengatakan Valentine adalah seorang pendeta yang terus melakukan pernikahan secara rahasia meski dilarang oleh Kaisar Claudius II.

    Sejarawan percaya bahwa Hari Valentine berakar pada festival cinta dan kesuburan Romawi, Lupercalia, dan merupakan langkah Gelasius I untuk mengkristenkan tradisi pagan.

    Seperti apa wajah paus asal Afrika?

    Setelah Gelasius I, tidak ada paus lain yang diyakini berasal dari provinsi Romawi di Afrika. (Getty Images)

    Prof Bellitto mengatakan tidak ada cara untuk mengetahui, dengan tingkat akurasi apa pun, seperti apa wajah ketiga paus itu.

    “Kita harus ingat bahwa Kekaisaran Romawi, dan memang Abad Pertengahan, tidak memikirkan ras seperti yang kita pikirkan saat ini. Itu tidak ada hubungannya dengan warna kulit,” katanya kepada BBC.

    “Orang-orang di Kekaisaran Romawi tidak ada bermasalah dengan ras, tapi mereka peduli dengan etnisitas.”

    Prof Philomena Mwaura, seorang akademisi di Universitas Kenyatta Kenya, mengatakan kepada BBC bahwa Afrika di bawah kekuasaan Romawi sangat multikultural. Kelompok Berber dan Punic, budak-budak yang telah merdeka, hingga orang-orang dari Roma berdatangan ke Afrika.

    “Komunitas Afrika Utara cukup beragam, dan itu juga merupakan rute perdagangan bagi banyak orang yang terlibat dalam perdagangan di zaman kuno sebelumnya,” jelasnya.

    Alih-alih mengidentifikasi diri dengan kelompok etnis tertentu, “kebanyakan orang yang berasal dari daerah dalam Kekaisaran Romawi menganggap diri mereka sebagai Romawi,” tambah Prof Mwaura.

    Mengapa tidak ada lagi Paus dari Afrika?

    Tak satu pun dari 217 Paus sejak Gelasius I yang diyakini berasal dari Afrika.

    “Gereja di Afrika Utara dilemahkan oleh banyak kekuatan, termasuk jatuhnya Kekaisaran Romawi dan juga serbuan Muslim [ke Afrika Utara] pada abad ke-7,” kata Prof Mwaura.

    Namun, beberapa ahli berpendapat bahwa hadirnya Islam di Afrika Utara tidak bisa menjelaskan kenapa tidak ada Paus dari kawasan tersebut selama lebih dari 1.500 tahun.

    Prof Bellitto mengatakan proses pemilihan Paus baru menjadi “monopoli Italia” selama bertahun-tahun.

    Namun, dia mengatakan ada kemungkinan besar seorang Paus dari Asia atau Afrika akan terpilih dalam waktu dekat karena jumlah umat Katolik di belahan bumi selatan jauh lebih besar daripada mereka yang tinggal di belahan utara.

    Faktanya, agama Katolik berkembang lebih cepat di Afrika sub-Sahara saat ini daripada di tempat lain.

    Angka terbaru menunjukkan ada 281 juta umat Katolik di Afrika pada tahun 2023. Ini menyumbang 20% dari jemaat di seluruh dunia.

    Tiga orang Afrika menjadi kandidat untuk menggantikan Paus Fransiskus Fridolin Ambongo Begungu dari Republik Demokratik Kongo, Peter Kodwo Appiah Turkson dari Ghana, dan Robert Sarah dari Guinea.

    Tetapi Prof Mwaura berpendapat bahwa “meskipun Kekristenan sangat kuat di Afrika, kekuatan Gereja masih di utara, karena mereka memiliki sumber daya.”

    “Mungkin, karena terus menguat di benua Afrika dan semakin mandiri, akan tiba masanya ada paus dari Afrika,” katanya.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Bukan Unggulan, Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?

    Bukan Unggulan, Mungkinkah Paus Baru Datang dari Negara Non-Katolik?

    Peringatan artikel ini memuat akhir dari film Conclave.

    Empat calon kuat dari ratusan kardinal berkumpul di ruangan yang terkunci dalam pertemuan yang rahasia yang bernama konklaf.

    Di tengah jalan, dua nama baru yang tidak diperhitungkan sebelumnya muncul dan menguat.

    Satu dari “dua kuda hitam” yang namanya bahkan hampir tak terdengar sebelum konklaf, akhirnya terpilih menjadi Paus yang baru, dan ia datang dari negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim.

    Tetapi ini hanya terjadi film fiksi produksi Hollywood Conclave yang mulai tayang tahun lalu dan memenangkan penghargaan Oscar.

    Konklaf yang sebenarnya baru akan digelar pada 7 Mei mendatang untuk memilih Paus baru menggantikan Paus Fransiskus, yang meninggal 21 April lalu,

    Konklaf adalah proses pertemuan para kardinal yang dilakukan secara tertutup dan rahasia di Kapel Sistina, Vatikan, untuk memilih Paus yang baru.

    Konklaf yang berbeda

    College of Cardinals yang tersebar di seluruh dunia saat ini berjumlah 252 orang.

    Dari jumlah ini, 135 orang di antaranya berhak dipilih dan memilih karena berusia kurang dari 80 tahun.

    Tapi karena dua orang sudah memberikan konfirmasi tidak akan hadir karena alasan kesehatan, angkanya menjadi 133.

    Berdasarkan sebaran geografis, College of Cardinals datang dari tujuh benua, 94 negara, 71 negara di antaranya memiliki kardinal elektor atau kardinal yang berhak dipilih dan memilih dalam konklaf.

    Eropa punya 53 kardinal elektor, sisanya berasal dari Asia sebayak 23 kardinal elektor dari Asia, 18 dari Afrika, 17 dari Amerika Selatan, 16 dari Amerika Utara, sementara dari kawasan Oceania dan Amerika Tengah masing-masing empat kardinal elektor.

    Associate Professor Joel Hodge, National Head of the School of Theology dari Australian Catholic University, mengatakan konklaf kali ini akan berbeda karena komposisi yang dihasilkan dari proses selama 70 tahun terakhir atas upaya Pope John Paul II and Benedict XVI.

    “Sekarang kita punya lebih banyak perwakilan dari luar Eropa,” katanya.

    “Memang perwakilan Eropa masih kuat, tapi ada juga negara-negara yang sebelumnya tidak pernah punya kardinal, misalnya Timor Leste, tetangga di Asia Tenggara, yang baru untuk pertama kalinya memiliki kardinal.”

    “Dia akan ikut pemilihan Paus untuk pertama kalinya. Ini peristiwa yang bersejarah,” kata Profesor Hodge kepada ABC.

    Bisa saja, tapi seberapa mungkin?

    Para kardinal dari Asia dan luar benua Eropa, termasuk Kardinal Filipina Luis Antonio Tagle, dianggap sosok yang bukan unggulan dalam konklaf.

    Meski demikian, faktanya Kardinal Tagle datang dari negara dengan mayoritas Katolik di Asia Tenggara.

    Karena tidak semua kardinal elector datang dari negara dengan mayoritas Katolik, skenario film fiksi Conclave merebak kembali: apakah mungkin Paus yang terpilih berasal dari negara yang mayoritasnya non-Katolik?

    Profesor Hodge menyebut kemungkinan itu selalu ada.

    “Saya pikir itu tentu saja mungkin. Bisa saja [yang menjadi Paus] adalah seseorang yang datang dari negara yang mayoritas penduduknya, bukan Katolik,” katanya.

    “Ini sangat tergantung dari tipe orangnya, teologinya, spiritualitasnya, dan tipe kepemimpinan mereka.”

    Ia menambahkan masalah geopolitik tentu akan “menjadi perhatian” para kardinal dalam arti Paus yang terpilih harus mampu mengelola hubungan yang sangat kompleks di seluruh dunia.

    Ia mengatakan meskipun negara dengan mayoritas Katolik umumnya menghasilkan lebih banyak panggilan, di mana para Kardinal berasal, Paus Fransiskus memilih kardinal dari negara-negara yang bukan mayoritas Katolik, seperti Mongolia, yang memiliki populasi Katolik yang sangat kecil.

    “Jadi itu tentu saja mungkin, tetapi seberapa besar kemungkinannya, kita lihat saja nanti,” katanya.

    “Anda tidak pernah tahu apa yang akan terjadi di dalam konklaf, karena seperti kata pepatah Italia, Anda masuk ke konklaf sebagai Paus, dan keluar sebagai Kardinal.”

    “Kadang-kadang memang bisa saja terjadi, mereka yang difavoritkan akhirnya terpilih. Dan di lain waktu, yang terjadi adalah kejutan. Jadi, ya, kita lihat saja nanti.”

    Yang terlemah dari yang bukan unggulan

    Faktanya, negara yang bukan mayoritas Katolik tidak melulu berarti minim aktivitas gereja, seperti yang pernah disampaikan Paus Fransiskus usai lawatan terakhirnya sebelum ia wafat.

    “Di Indonesia, hanya sekitar 10 persen penduduknya Kristiani, dan hanya tiga persen di antaranya Katolik, minoritas.”

    “Tapi yang saya temukan adalah gereja yang hidup dan dinamis, yang mampu menghidupi dan menyebarkan kebaikan Tuhan di negara yang memiliki budaya yang sangat beragam, dan pada saat yang sama juga memiliki jumlah umat Muslim terbesar di dunia,” ujar Paus Fransiskus di plaza St Pietro Basilica tahun lalu.

    Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo adalah salah satu kardinal elektor yang menghadiri konklaf di Vatikan pekan depan.

    Tidak seperti kardinal negara tetangganya, nama Kardinal Indonesia yang berusia 74 tahun ini nyaris tidak pernah terdengar menjelang konklaf, mungkin karena Suharyo sendiri tidak pernah ingin menjadi Paus, meskipun ia cukup lantang dan progresif di Indonesia.

    Ketika pemerintah Indonesia berencana untuk memberikan izin tambang pada organisasi keagamaan, Kardinal Suharyo menolaknya.

    Ia menggarisbawahi kalau Konferensi Wali Gereja adalah ormas yang dibangun di atas hukum gereja, tidak boleh mencampuradukkan urusan agama dan bisnis.

    “Saya tidak akan minta izin tambang atau izin mendirikan rumah ibadah, saya hanya ingin pemerintah menjalankan perannya dengan baik,” kata Kardinal Suharyo.

    Ia juga dikenal membangun tim awam, beranggotakan para profesional Katolik yang ahli di berbagai bidang untuk memberikan masukan dan update, serta berdiskusi dengannya.

    Sekretaris Keuskupan Agung Jakarta Vincentius, Adi Prasojo, yang 12 tahun terakhir melayani dengan Romo Suharyo, mengatakan Uskup Agung Jakarta ini tidak punya ambisi.

    “Saya bisa pastikan hanya ada satu yang beliau pikirkan, yaitu pelayanan pada gereja,” ujarnya

    “Tidak punya misi kekuasaan atau jabatan, dan hanya memikirkan pelayanan kepada umat,” kata Romo Adi yang berada di Vatikan menjelang persiapan konklaf kepada ABC Indonesia.

    Pada kesempatan yang lain, Kardinal Suharyo mengatakan kalau “dipilih menjadi Paus itu bukan ambisi, bukan jenjang karir yang semakin naik, tapi persis sebaliknya.”

    “Kalau ada orang bercita-cita jadi Paus, dia itu, maaf ya, bodoh,” kata Kardinal Hardjoatmodjo kepada wartawan di Jakarta (28/04).

    Namun karena apa pun bisa terjadi dalam konklaf, Romo Adi mengatakan Kardinal Suharyo akan “menerimanya sebagai bentuk ketaatan” jika terpilih.

    Walau sama-sama berasal dari negara non-katolik, Kardinal Charles Maung Bo dari Myanmar relatif lebih dikenal dibanding Suharyo dan dianggap berpeluang dalam pemilihan Paus.

    “Ia banyak dibicarakan sebagai salah satu kandidat, meskipun saya pikir itu kecil kemungkinannya, tetapi ia harus menunjukkan kepemimpinan politik, spiritual, moral dalam situasi yang sangat sulit di Myanmar dan di bawah konflik sipil dan pemerintahan militer dan semua hal semacam itu,” kata Profesor Hodge.

    “Jadi, ia adalah orang yang mengesankan dan seseorang yang harus mengelola dan hidup dalam situasi yang sangat sulit dan memberikan bimbingan iman dan spiritual serta bimbingan moral.”

    Tetapi lagi-lagi, sulit untuk memprediksi apa yang akan terjadi di balik pintu yang terkunci itu.

    “Konklaf kali ini tampaknya akan lebih lama dari biasanya, butuh waktu karena sepertinya tidak ada calon yang dominan … yang disampaikan oleh media selama ini pun hanya prediksi,” kata Romo Adi.

    Dua konklaf yang terakhir berakhir dalam waktu dua hari, ketika satu calon memperoleh dua pertiga suara.

    Konklaf yang terlama terjadi selama hampir tiga tahun saat memilih pengganti Paus Klementius IV, dimulai pada November 1268 dan berakhir September 1271.

    Dan siapa pun yang keluar dari ruangan itu sebagai Paus yang baru, nantinya punya setumpuk pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.

    “Tentu saja, seputar reformasi gereja, khususnya seputar reformasi keuangan dan seluruh perlindungan anak serta krisis pelecehan seksual dan investigasi kejahatan tersebut, itu adalah isu yang masih berlangsung,” kata Profesor Hodge.

  • Mobil Paus Fransiskus Bakal Jadi Klinik Keliling untuk Anak-anak di Gaza

    Mobil Paus Fransiskus Bakal Jadi Klinik Keliling untuk Anak-anak di Gaza

    Vatican City

    Salah satu mobil kepausan Paus Fransiskus atau popemobile sedang diubah menjadi klinik kesehatan keliling untuk anak-anak di Jalur Gaza. Inisiasi ini menjadi salah satu keinginan terakhir Paus.

    Dilansir kantor berita Reuters, Senin (5/5/2025), media resmi Vatikan menyampaikan kendaraan tersebut, yang digunakan oleh mendiang Paus selama kunjungannya ke Palestina tahun 2014, sedang dilengkapi dengan peralatan diagnostik dan medis darurat untuk membantu pasien di daerah kantong Palestina, di mana tempat layanan kesehatan telah hancur akibat invasi Israel.

    Paus Fransiskus mempercayakan inisiatif tersebut kepada organisasi bantuan Katolik Caritas Jerusalem beberapa bulan sebelum kematiannya.

    “Ini adalah intervensi konkret yang menyelamatkan nyawa di saat sistem kesehatan di Gaza hampir sepenuhnya runtuh,” kata Peter Brune, Sekretaris Jenderal Caritas Swedia, yang mendukung proyek tersebut, dikutip Vatican News.

    Unit keliling tersebut akan dilengkapi dengan tes infeksi cepat, vaksin, peralatan diagnostik, dan perlengkapan jahitan, serta dikelola oleh tenaga medis. Caritas berencana untuk menyebarkan klinik tersebut ke masyarakat yang tidak memiliki akses fasilitas perawatan kesehatan yang berfungsi setelah akses kemanusiaan ke Gaza memungkinkan.

    “Ini bukan sekadar kendaraan. Ini adalah pesan bahwa dunia tidak melupakan anak-anak di Gaza,” imbuh Brune.

    (fca/fca)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Gambarkan Diri Bak Sosok Paus, Donald Trump Dicerca Umat Katolik

    Gambarkan Diri Bak Sosok Paus, Donald Trump Dicerca Umat Katolik

    GELORA.CO – Presiden AS Donald Trump menuai kritik dari sejumlah umat Katolik setelah mengunggah gambar dirinya sebagai Paus yang dibuat dengan kecerdasan buatan.

    Gambar tersebut, yang dibagikan oleh akun media sosial resmi Gedung Putih (White House), muncul saat umat Katolik berduka atas kematian Paus Fransiskus, yang meninggal pada 21 April.

    Konferensi Katolik Negara Bagian New York menuduh Trump mengolok-olok agama tersebut. Unggahan tersebut muncul beberapa hari setelah ia bercanda kepada wartawan, “Saya ingin menjadi Paus.”

    Trump bukanlah presiden pertama yang dituduh mengolok-olok agama Katolik. Mantan Presiden AS Joe Biden menimbulkan kemarahan setahun yang lalu ketika ia membuat tanda salib pada rapat umum pro-aborsi di Tampa, Florida.

    Juru bicara Vatikan Matteo Bruni menolak menjawab pertanyaan tentang unggahan Trump selama jumpa pers dengan wartawan pada hari Sabtu. Vatikan tengah mempersiapkan diri untuk menyelenggarakan konklaf untuk memilih pengganti Fransiskus yang akan dimulai pada Rabu.

    Gambar yang diunggah Trump pada Jumat malam memperlihatkan dirinya mengenakan jubah putih dan miter runcing, yang secara tradisional dikenakan oleh seorang uskup. Ia mengenakan salib besar di lehernya, dan jarinya diangkat, dengan ekspresi wajah yang serius.

    Konferensi Katolik Negara Bagian New York, yang mewakili para uskup di New York, mengkritik gambar tersebut melalui X. “Tidak ada yang pintar atau lucu tentang gambar ini, Tuan Presiden,” tulis kelompok tersebut.

    “Kami baru saja menguburkan Paus Fransiskus terkasih kami dan para kardinal akan memasuki konklaf khidmat untuk memilih pengganti baru Santo Petrus. Jangan mengejek kami.”

    Mantan Perdana Menteri Italia yang condong ke kiri, Matteo Renzi, juga mengecam unggahan Trump.

    “Ini adalah gambar yang menyinggung orang beriman, menghina lembaga, dan menunjukkan bahwa pemimpin dunia sayap kanan senang bercanda,” tulis Renzi dalam bahasa Italia pada X.

    Namun, Gedung Putih menolak segala anggapan bahwa presiden dari Partai Republik itu mengolok-olok kepausan.

    “Presiden Trump terbang ke Italia untuk memberi penghormatan kepada Paus Fransiskus dan menghadiri pemakamannya, dan dia telah menjadi pejuang setia bagi umat Katolik dan kebebasan beragama,” kata sekretaris pers Karoline Leavitt.