agama: Katolik

  • Apa Arti Asap Hitam dan Putih saat Konklaf Pemilihan Paus Baru?

    Apa Arti Asap Hitam dan Putih saat Konklaf Pemilihan Paus Baru?

    Jakarta

    Konklaf pemilihan Paus baru tengah berlangsung hingga kini di Vatikan. Sebanyak 133 kardinal berkumpul dalam pertemuan tertutup di Kapel Sistina untuk memberikan suara secara rahasia guna memilih pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma.

    Selama proses ini, publik di seluruh dunia menantikan tanda visual yang muncul dari cerobong asap Kapel Sistina, yaitu asap hitam atau asap putih. Kedua warna asap ini bukan sekadar simbol, melainkan penanda resmi apakah pemungutan suara berhasil menghasilkan Paus baru atau belum.

    Lantas, apa arti di balik kemunculan asap hitam dan putih dari cerobong asap saat konklaf pemilihan Paus tersebut?

    Arti Warna Asap Hitam dan Putih

    Dikutip dari laman History, asap hitam yang mengepul dari cerobong Kapel Sistina menandakan para kardinal belum mencapai kesepakatan dalam pemungutan suara. Artinya, belum ada Paus baru yang terpilih. Sebaliknya, asap putih menjadi penanda bahwa proses konklaf telah menghasilkan Paus baru.

    Kedua warna asap tersebut dihasilkan dari campuran bahan kimia yang digunakan saat pembakaran surat suara.

    Menurut McGill University (2017), asap hitam dihasilkan dari campuran kalium perklorat, belerang, dan antrasena, yakni senyawa yang umum ditemukan dalam tar batu bara. Sementara itu, asap putih berasal dari campuran kalium klorat, laktosa, dan sedikit resin pohon pinus yang dikenal sebagai Greek pitch.

    Sejarah Penggunaan Tanda Asap

    Tradisi penggunaan asap dalam konklaf dimulai dari pembakaran kertas suara setelah proses penghitungan. Menurut sejarawan Frederic J. Baumgartner, kebiasaan ini sudah berlangsung setidaknya sejak tahun 1417, atau bahkan lebih awal.

    Ia menjelaskan bahwa perubahan ini kemungkinan besar dipicu oleh mandat Paus Pius X yang mewajibkan semua dokumen terkait pemilihan dibakar, bukan hanya surat suara. Tujuannya adalah untuk menghasilkan asap putih dalam jumlah cukup banyak sehingga dapat terlihat jelas dari kejauhan.

    (wia/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kapan Konklaf Pemilihan Paus Terlama dan Tercepat dalam Sejarah?

    Kapan Konklaf Pemilihan Paus Terlama dan Tercepat dalam Sejarah?

    Jakarta

    Konklaf Kepausan atau proses pemilihan Paus baru sedang berlangsung. Saat ini, sebanyak 133 Kardinal tengah berkumpul dalam pertemuan tertutup di Kapel Sistina, Vatikan, untuk memberikan suara secara rahasia hingga terpilih seorang Paus yang baru.

    Lantas, berapa lama durasi pelaksanaan Konklaf pemilihan Paus baru?

    Lama waktu Konklaf untuk memilih Paus bisa sangat bervariasi, tergantung pada seberapa cepat para Kardinal mencapai konsensus atau kesepakatan. Sepanjang sejarah, ada Konklaf yang hanya berlangsung dalam hitungan jam, namun ada pula yang memakan waktu hingga bertahun-tahun.

    Untuk mengetahui lebih lanjut, mari simak sejarah pelaksanaan Konklaf terpanjang dan tersingkat yang pernah tercatat dalam sejarah Gereja Katolik berikut ini.

    Konklaf Terlama: Hampir 3 Tahun (1268-1271)

    Konklaf terlama dalam sejarah Gereja Katolik terjadi pada tahun 1268 hingga 1271, yakni berlangsung hampir 3 tahun lamanya. Dikutip dari laman History, setelah wafatnya Paus Klemens IV, para Kardinal kesulitan mencapai kesepakatan karena perbedaan pandangan dan tekanan politik. Baru pada tahun 1271, Teobaldo Visconti yang saat itu bukan Kardinal, terpilih sebagai Paus dan mengambil nama Gregorius X.

    Pengalaman ini mendorong Paus Gregorius X menerbitkan dekrit Ubi periculum yang mewajibkan Konklaf digelar secara tertutup, hal ini untuk mencegah campur tangan dari pihak luar. Meski sempat dicabut sementara, aturan ini kembali diberlakukan usai Konklaf panjang pada tahun 1292-1294. Sejak tahun 1831, durasi konklaf tidak pernah lagi berlangsung lebih dari empat hari.

    Konklaf Tercepat: Hanya Beberapa Jam (1503)

    Sebaliknya, Konklaf tercepat pernah terjadi pada tahun 1503 yang hanya berlangsung beberapa jam saja alias selesai dalam kurun waktu satu hari saja. Dikutip dari laman History, setelah Paus Pius III wafat selama 26 hari setelah menjabat akibat infeksi parah, para Kardinal melaksanakan Konklaf dan dengan cepat memilih Giuliano della Rovere sebagai Paus baru. Ia kemudian dikenal sebagai Paus Julius II.

    (wia/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Apa Arti Asap Hitam dan Putih saat Konklaf Pemilihan Paus Baru?

    Hari Kedua Pemilihan Paus, Semua Mata Tertuju ke Cerobong Asap Kapel Sistina

    Jakarta

    Dunia Katolik dilanda harap-harap cemas pada hari Kamis (8/5), saat para kardinal yang bertugas memilih paus baru bersiap di Kapel Sistina, Vatikan untuk memulai hari kedua pemungutan suara mereka. Semua mata tertuju ke cerobong asap Kapel Sistina.

    Dilansir kantor berita AFP, Kamis (8/5/2025), sebelumnya, gumpalan asap hitam mengepul di atas kerumunan yang memadati Lapangan Santo Petrus pada Rabu (7/5) malam waktu setempat. Hal ini mengonfirmasi bahwa pemungutan suara hari pertama konklaf belum memperoleh mayoritas dua pertiga suara untuk menunjuk pengganti mendiang Paus Fransiskus.

    Ke-133 kardinal menghabiskan malam di wisma tamu Santa Marta, dan akan melakukan misa private pada Kamis pagi waktu setempat, sebelum memulai hari kedua pemungutan suara.

    Jika pemungutan suara rahasia pertama pagi hari gagal lagi untuk mengidentifikasi pemenang yang jelas, maka pemungutan suara kedua akan diadakan. Jika tidak ada konsensus lagi, dua pemungutan suara lagi akan diadakan di sore hari.

    Para kardinal akan tetap berada di balik pintu tertutup sampai paus ke-267 yang baru terpilih mendapat berkat yang jelas untuk memimpin 1,4 miliar umat Katolik di dunia. Mereka disumpah untuk merahasiakan proses yang telah berlangsung berabad-abad itu.

    – ‘Asap hitam’ –
    Ruangan dikunci untuk menghindari gangguan dan kebocoran, satu-satunya cara para kardinal mengomunikasikan hasil suara mereka adalah dengan membakar surat suara mereka dengan bahan kimia untuk menghasilkan asap. Surat suara berwarna hitam jika tidak ada keputusan, atau putih jika mereka telah memilih paus baru.

    Dua pemilihan paus sebelumnya pada tahun 2005 dan 2013 berlangsung selama dua hari, tetapi beberapa pemilihan pada abad sebelumnya berlangsung selama lima hari. Yang terlama berlangsung hampir tiga tahun, antara November 1268 dan September 1271.

    Sebelum asap muncul, puluhan ribu orang — peziarah, turis, dan warga Roma yang penasaran — telah berkumpul di Lapangan Santo Petrus.

    “Saya tidak keberatan dengan asap hitam, itu menunjukkan Roh Kudus sedang bekerja. Akan ada pemungutan suara lainnya segera, kita akan mendapatkan paus kita,” kata James Kleineck, 37 tahun, dari Texas, Amerika Serikat saat melihat asap hitam dari Kapel Sistina pada Rabu (7/5).

    Barbara Mason, 50 tahun, melakukan perjalanan dari Kanada untuk konklaf tersebut, berharap untuk melihat seorang paus yang akan melanjutkan jejak progresif Paus Fransiskus.

    “Saya senang mereka meluangkan banyak waktu karena itu berarti mereka berpikir dengan saksama tentang siapa yang akan menjadi Paus,” katanya.

    Konklaf 2025 adalah yang terbesar dan paling internasional yang pernah ada, yang mempertemukan para kardinal dari sekitar 70 negara — banyak di antaranya sebelumnya tidak saling mengenal.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Dimulai, Begini Ritual Lengkap Konklaf Cara Pemilihan Paus Baru – Halaman all

    Dimulai, Begini Ritual Lengkap Konklaf Cara Pemilihan Paus Baru – Halaman all

    Dimulai, Begini Ritual Konklaf Cara Pemilihan Paus Baru

    Oleh Romo Markus Solo Kewuta. SVD, Penulis sangat akrab dengan sebutan 
    Padre Marco

    TRIBUNNEWS.COM, VATIKAN – Konklaf adalah ritual khas untuk memilih Paus yang baru, sang Pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma sedunia. 

    Saat ini, Rabu, 7 Mei 2025 Misa meriah baru saja dimulai pkl. 10.00 tadi, waktu Vatikan yang disebut dengan istilah “Pro Eligendo Pontifice” (Misa pemilihan Paus) dipimpin oleh Pemimpin Kollegium para Kardinal, yakni Kardinal Giovanni Battista Re (91 tahun). 

    Perayaan Misa tersebut dihadiri oleh seluruh Kardinal yang hadir, artinya baik yang berada di bawah umur 80, maupun yang sudah di atas 80 tahun. 

    Jumlah Kardinal yang akan mengikuti acara Konklaf, artinya memilih dan bisa juga dipilih, berjumlah 133 orang. Yang berhak memilih dan diplih dalam Konklaf hanya para Kardinal yang berumur di bawah 80 tahun. 

    Selama ini, sejak kematian Paus Fransiskus tanggal 21 April 2025 yang lalu, Vatikan dan Gereja Katolik mengalami kekosongan Tahta Suci yang disebut dengan istilah “sede vacante”. 

    “Konklav”, asli bahasa Latin “Conclave”. Kata ini secara etimologis terdiri dari dua kata, yakni “cum” artinya “dengan”, dan “clave” artinya “kunci”. 

    Jadi, Konklaf adalah pemilihan Paus yang terjadi di dalam ruangan terkunci rapat. Artinya terjadi dalam suasana sangat rahasia dan tidak diketahui oleh dunia luar. 

    Makna lainnya adalah pemilihan yang terjadi di tempat tersembunyi dan dalam suasana tenang, dalam doa dan meditasi. Di dalam Konklaf, setiap Kardinal di bawah umur 80 tahun bisa memilih dan dipilih. Artinya setiap Kardinal masuk ke dalam ruang Konklaf sebagai Kardinal, tetapi berpotensi nanti keluar sebagai Paus. 

    Setelah Misa pkl. 10.00 pagi hari ini, 7 Mei 2025, yang diperkirakan akan selesai setelah 1,5 jam, para Kardinal akan kembali ke penginapan di rumah Domus Santa Marta untuk santap siang. 

    Domus Santa Marta adalah tempat Paus Fransiskus tinggal selama 12 tahun masa kepausannya. Rumah ini memiliki banyak kamar. Semua kollega dan penghuni rumah sudah diungsikan ke tempat lain untuk memberikan tumpangan kepada 133 Kardinal. 

    Tadi malam sekitar pkl. 18.30 waktu Vatikan, saya lewat di depan rumah ini. Ternyata pintu sudah disegel dengan tulisan larangan masuk bagi yang tidak berkepentingan. Semua Kardinal Konklaf sedang berada di dalamnya dan rumah itu terasa sangat senyap. 

    Mulai sore hari ini, Vatikan mematikan jaringan internet di wilayah gerak para Kardinal. Mereka juga dilarang menggunakan berbagai perangkat elektronik. 

    Kami para pegawai Vatikan dilarang melewati jalur para Kardinal dan harus parkir mobil di wilayah yang sangat jauh dari mereka. Setelah makan siang di rumah penginapan Domus Santa Marta, tentu saja dalam suasana sangat tenang, para Kardinal di bawah 80 tahun dan di atas 80 tahun, artinya semua Kardinal yang hadir akan diangkut dengan kendaraan menuju Kapel Paolina yang terletak di dalam Istana Kepausan di dalam Vatikan. Sebagian akan berjalan kaki melalui jalur khusus yang sangat tertutup, karena berjarak hanya sekitar 300 meter. 

    Pukul 15.45 waktu Vatikan mereka semua akan sudah hadir di dalam Kapel Paolina. Dari sana mereka semua berarak dalam prosesi agung dan dalam doa sambil menyanyikan lagu “Veni Creator Spiritus”, masuk ke dalam tempat Konklav, yakni Kapel Sistina, yang terletak langsung bersebelahan dengan Kapel Paolina. 

    Keduanya berada di area Sala Reggia, Istana Kepausan, persis di jantung Vatikan. Sekitar pkl.16.30 para Kardinal peserta Konklav (133 orang) akan mengangkat sumpah di atas Kitab Suci, satu demi satu. 

    Dengan itu mereka tidak boleh membocorkan rahasia dan tidak boleh melakukan pelanggaran apapun. Aturan Konklav dari Paus Benediktus XVI mengancam setiap pelanggaran dengan hukuman ekskomunikasi. Setelah angkat sumpah masing-masing, Maestro Liturgi menyerukan kalimat terkenal „Extra Omnes“, artinya semua Kardinal di atas umur 80 harus meninggalkan ruang Konklav. Setelah itu para Kardinal Konklav mulai diarahkan untuk pemilihan putaran pertama. Sore sampai malam ini hanya dilakukan satu putaran saja. 

    Sedangkan hari-hari lainnya akan ada 4 putaran setiap harinya: Dua putaran di pagi hari dan dua di sore hari, sampai ada hasil 2/3 suara dari semua pemilih. 

    Kalau sampai 35 putaran belum ada hasil 2/3, maka dua orang yang meraih suara terbanyak akan dipilih dalam putaran selanjutnya sampai satu dari dua orang itu meraih kemenangan. Konklav-konklav terakhir hanya membutuhkan waktu dua sampai 3 hari, artinya antara 8 sampai 10 putaran saja. 

    Di dalam sejarah pernah terjadi Konklav sampai lebih dari 1 tahun. Yang terpendek adalah 10 jam. Ketika hendak memilih, setiap Kardinal menerima sepucuk kertas dengan judul dalam bahasa Latin: Eligo in Sumum Pontificem Meum, artinya: Saya memilih Pemimpin Tertinggiku, di bawahnya terdapat ruangan untuk menulis nama orang yang ingin dipilih. Setiap kali setelah selesai memilih, setiap Kardinal diminta untuk beranjak dari tempat duduknya menuju Altar, di mana sudah disediakan sebuah tempayan atau piala, tempat mereka memasukkan kertas suara mereka. 

    Setiba di depan Altar, setiap Kardinal berdiri dengan posisi menghadap sidang Kardinal, mengangkat kertas pilihannya tinggi-tinggi untuk membuktikan bahwa dia telah memilih secara sah, berlutut untuk berdoa. Bunyi doanya adalah: “Testor Christum Dominum, qui me iudicaturus est, me eum eligere, quem secundum Deum iudico eligi debere“ (Aku memanggil Kristus Tuhan sebagai hakimku untuk menjadi saksi bahwa saya telah memilih calon ini, yang saya yakin sungguh bahwa dia dipilih sesuai kehendak Tuhan). 

    Setelah berdoa demikian, si Kardinal Pemilih bangun berdiri, melipatkan kertas pilihannya dua kali sehingga berukuran kecil sekitar 2×2 cm, lalu meletakkannya ke tempayan atau piala yang telah disediakan. Setelah itu dia kembali ke tempat duduk dan disusul oleh Kardinal lainnya hingga akhir. Setelah ke-133 Kardinal melakukan tahap ini, ketiga Kardinal termuda yang telah dipilih untuk melancarkan upacara pemilihan, menghitung kertas suara dan mengumpulkan suara, lalu mengumumkan hasil pemilihan. 

    Kalau proses pemilihan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka pemilihan dinyatakan sukses. Di akhir setiap putaran, kertas-kertas yang sudah terbuka akan dilobangkan dengan sebuah jarum lalu dibariskan pada seutas benang, kemudian dimasukan ke dalam oven untuk dibakar. Kalau putaran tersebut belum menghasilkan seorang Paus, maka kertas-kertas itu dibakar dengan campuran zat kimia yang menghasilkan asap warna hitam. 

    Hal ini memberikan isyarat kepada umat Katolik seluruh dunia bahwa Paus belum terpilih. Tanggal 7 Mei, hari pertama yang dimulai sore hari, hanya dilakukan satu putaran saja. Hasilnya melalui asap baru akan dilihat setelah pkl. 19.00 waktu Vatikan, atau tengah malam WIB. 

    Seandainya sebuah putaran telah menghasilkan mayoritas yang dibutuhkan, artinya seorang Paus sudah terpilih, maka Kardinal Dekan menanyakan kepada yang bersangkutan dalam keadaan berdiri, apakah dia menerima pemilihan tersebut. 

    Ketika dia menjawab Ya sebagai tanda kesediaanya, maka kepadanya dilontarkan pertanyaan kedua: Apa nama yang digunakan sebagai Paus. Setelah memberikan jawaban kepada kedua pertanyaan ini dengan jelas, Paus baru dikenakan sebuah tanda khusus berupa sebuah pakaian kebesaran. Dulu, Paus terpilih dikenakan sebuah mahkota, tetapi tradisi ini sudah tidak berlaku lagi.

    Setelah mengenakan pakaian khusus ini, Paus terpilih beranjak dari tempatnya menuju ke Altar, di mana di depan Altar tersebut sudah disediakan kursi khusus. Di hadapannya para Kardinal mengucapkan janji setia dan ketaatan mereka kepadanya. Pada saat itu pengurus pembakaran kertas pilihan memasukkan kertas-kertas yang sudah dideretkan pada seutas tali dan dibakar dengan campuran kimia yang menghasilkan asap warna putih, sebagai tanda bahwa Gereja Katolik sudah memiliki seorang Paus. 

    PIPA KONKLAF DIPASANG – Para pekerja di Vatikan pada hari Jumat waktu setempat (2/5/2025) diketahui telah memasang sebuah cerobong di atap Kapel Sistine untuk prosesi konklaf. (Tangkap Layar Youtube Vatican News)

    Asap putih dari cerobong di atas atap Kapel Sistina akan diiringi dengan bunyi lonceng panjang Basilika Santo Petrus Vatikan. Pada saat yang sama, Paus baru dihantar menuju sebuah kamar di samping Altar yang disebut “camera lacrimatoria”, artinya Kamar Air Mata, di mana dia beristirahat, memikirkan apa yang harus dikatakan beberapa saat kemudian ketika diperkenalkan kepada dunia dari balkon Basilika Santo Petrus. 

    Kamar itu dinamakan “Kamar Air Mata“ karena berbagai alasan, antara lain sebuah tempat khusus, di mana Paus baru meluapkan segala perasaanya, yang umumnya di dalam sejarah berupa deraian air mata kegembiraan atau keterharuan. Di sini pula Paus baru tersebut dikenakan pakaian lain untuk ditampilkan ke publik. 

    Dalam selang waktu antara 20 sampai 40 menit, ketika ratusan ribu umat dan peziarah bergegas menuju Lapangan Santo Petrus, Paus baru dihantar oleh rombongan Kardinal menuju Balkon Basilika Santo Petrus yang berbingkai merah dan ditutup dengan kain lebar berwarna merah pula. 

    Dua ajudan mendampingi seorang Kardinal Diakon yang akan mengumumkan kepada dunia nama Paus baru sebagai hasil konklav. Kardinal Diakon mengumumkan nama Paus baru dengan rumusan awal berikut: “Annuntio vobis gaudium magnum: Habemus Papam!“, artinya: “Saya mengumumkan kepada anda kalian sebuah kegembiraan besar: Kita mempunyai seorang Paus!“

    Kardinal Diakon dan kedua ajuda mundur, lalu tampillah Paus baru sambil menyalami hadirin dan pemirsa di seluruh dunia dengan gestikulasi tangan khas. Paus baru juga membawakan wejangan singkat yang syarat makna. 
    Kata-kata awal sering tersirat kepribadian, spiritualitas, kiblat teologi, pastoral dan arah perjalanan pontifikatnya. Setelah melakukan perkenalan dan sambutan ini, beliau kembali ke kediaman barunya di dalam Vatikan. 

    Beberapa hari kemudian, sebuah Misa instalasi Paus baru akan dilaksanakan dan terbuka untuk umat. Umumnya terjadi di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Pada saat itu umat dipenuhi kegembiraan sekaligus rasa ingin tahu tentang apa yang akan disampaikan Paus baru di dalam kotbahnya, yang umumnya sudah bisa dibaca dengan jelas visi, misi dan harapannya serta apa yang akan dilakukan di masa-masa mendatang di dalam era kepemimpinannya.

    Romo Markus Solo Kewuta. SVD
    Penulis sangat akrab dengan sebutan 
    Padre Marco.

  • Pemilihan Paus Baru: Asap Hitam Muncul Tanda Berakhirnya Hari Pertama Konklaf – Halaman all

    Pemilihan Paus Baru: Asap Hitam Muncul Tanda Berakhirnya Hari Pertama Konklaf – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Asap hitam muncul lewat cerobong asap di atas Kapel Sistina, Vatikan, Rabu (7/5/2025). 

    Asap hitam ini menjadi tanda berakhirnya Konklaf pemilihan Paus ke-267 pada hari pertama. 

    Artinya belum ada paus yang terpilih setelah pemungutan suara pertama konklaf.

    Diketahui asap hitam muncul dari cerobong asap di atas Kapel Sistina pada pukul 21.00 pada Rabu malam. 

    Sekitar 45.000 orang berkumpul di Lapangan Santo Petrus untuk menunggu pengumuman, yang diperkirakan akan terjadi setelah pukul 7 malam. 

    Akhirnya, mereka harus menunggu hingga pukul 9 malam, mengutip Vatikan News. 

    Di antara mereka yang berada di alun-alun tersebut adalah Diakon Nicholas Nkoronko dari Tanzania. 

    “Peran kami di sini adalah berdoa dan bergabung dengan umat Kristen lainnya, umat Katolik lainnya, untuk berdoa agar Roh Kudus membimbing seluruh proses ini,” ujarnya. 

    Diakon Nicholas Nkoronko menyebut dari manapun Paus baru itu berasal, darimana pun itu dari Afrika, Asia, Amerika, menurutnya yang dibutuhkan adalah seorang Paus yang suci.

    “Kita membutuhkan seorang Paus yang akan membimbing Gereja dan akan menjadi gembala Gereja.”

    10 Kardinal Potensi Jadi Kandidat Terkuat Paus

    1. Kardinal Peter Erdo, Uskup Agung Budapest, Hungaria

    Kardinal Peter Erdo, seorang ahli hukum yang menurut laporan berusia 72 tahun.

    Dirinya pemimpin Katolik dengan jabatan tertinggi di Hongaria.

    2. Kardinal Fridolin Ambongo, Uskup Agung Kinshasa, Republik Demokratik Kongo 

    Kardinal Fridolin Ambongo, merupakan presiden Simposium Konferensi Episkopal Afrika dan Madagaskar, dilansir CBS News.

    Jika terpilih, ia akan menjadi orang Afrika pertama yang dipilih untuk memimpin Gereja Katolik dalam lebih dari 1.500 tahun. 

    3. Kardinal Mario Grech, sekretaris jenderal Sinode Uskup

    Kardinal Mario Grech, berusia 68 tahun, adalah seorang ahli hukum yang memiliki pengaruh besar terhadap cara sinode di gereja dijalankan. 

    Grech berasal dari Malta, yang merupakan salah satu negara terkecil di dunia. 

    4. Kardinal Pietro Parolin, sekretaris negara Vatikan 

    Kardinal Pietro Parolin (70), adalah orang kedua di Vatikan dan seorang diplomat karier yang secara konsisten bangkit mengatasi segala turbulensi yang menandai masa kepausan. 

    Ia dianggap sebagai seorang moderat yang, jika terpilih, dapat memperbaiki keretakan di dalam gereja. Ia juga dianggap sebagai seorang progresif dengan visi global. 

    5. Kardinal Pierbattista Pizzaballa, Patriark Latin Yerusalem 

    Kardinal Pierbattista Pizzaballa (60), adalah seorang kandidat pastoral yang telah berbicara di tengah perang Israel-Hamas dan mengunjungi Gaza selama konflik tersebut. 

    Ia adalah pendukung keadilan sosial dan memandang dirinya sebagai pelayan rakyat. 

    6. Kardinal Luis Tagle dari Filipina

    Kardinal Luis Tagle (67), dikenal sebagai “Fransiskus Asia” karena semangat misionarisnya serta penekanannya pada kepedulian terhadap kaum miskin dan penerimaan terhadap kaum LGBTQ serta umat Katolik yang bercerai dan menikah lagi.

    Ia adalah mantan uskup agung Manila, Filipina. 

    7. Kardinal Matteo Zuppi, Uskup Agung Bologna, Italia 

    Kardinal Matteo Zuppi (69) adalah presiden konferensi para uskup Italia.

    Paus Fransiskus pernah memilih Zuppi sebagai utusannya ke Rusia dan Ukraina, serta ke Tepi Barat dan Beijing, untuk memajukan perdamaian.  

    8. Kardinal Anders Arborelius, Uskup Agung Stockholm 

    Kardinal Anders Arborelius (75) adalah kardinal pertama dari Skandinavia. 

    Ia juga seorang tradisionalis pada ajaran gereja tentang etika seksual dan gender, dan memiliki kepedulian yang kuat terhadap lingkungan. 

    9. Kardinal Gerald Cyprien Lacroix dari Quebec

    Kardinal Gérald Cyprien Lacroix, Uskup Agung Metropolitan Quebec, Kanada (67) tahun. 

    Sebelumnya dalam kariernya, ia menghabiskan waktu bertahun-tahun sebagai misionaris dan profesor seminari di Kolombia. 

    10. Kardinal Peter Turkson dari Ghana

    Kardinal Peter Turkson (76) dari Ghana akan menjadi paus Afrika kontemporer pertama di Gereja Katolik jika terpilih.

    Dirinya menentang kriminalisasi hubungan homoseksual di Afrika, termasuk di negara asalnya.

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati) 

     

  • Pemilihan Paus Baru: Asap Hitam Muncul Tanda Berakhirnya Hari Pertama Konklaf – Halaman all

    Sambut Paus Baru, Penjahit Vatikan Siapkan Jubah Khusus untuk Pengganti Fransiskus – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM –  Menjelang dimulainya rangkaian konklaf atau pemilihan paus baru atau pengganti Paus Fransiskus, sejumlah persiapan mulai dilakukan.

    Di sebuah sudut tersembunyi di pusat Roma, keluarga Gammarelli mengungkap bahwa ia dan sepupunya telah mempersiapkan cassock atau jubah putih untuk paus baru.

    Meskipun Vatikan belum memberikan pesanan resmi, namun Mancinelli tetap setia pada tradisi dengan mempersiapkan jubah-jubah tersebut.

    Keluarga Gammarelli yang dikenal karena menjahit pakaian rohaniwan selama lebih dari 200 tahun untuk delapan paus terakhir, termasuk Paus Fransiskus mengatakan bahwa cassock  buatannya telah siap, siapapun pausnya.

    Tak hanya jubah, Para penjahit kepausan di Gammarelli turut menyiapkan selempang, dan kopiah, dalam tiga ukuran kecil, sedang, dan besar.

    “Begitu Takhta Suci memberi tahu kami bahwa kami harus membuat jubah, kami segera memulainya, kami butuh waktu sekitar 15 hari ” kata Tn. Gammarelli, mengutip dari ABC News.

    “Ketika kami perlu bekerja untuk Bapa Suci, semua orang ingin mengerjakan jubahnya, jadi semua orang mengerjakannya, kami tidak mengesampingkan siapapun,” imbuh Tn. Gammarelli

    Jubah-jubah tersebut dipersiapkan agar bisa dikenakan oleh Paus baru saat pertama kali tampil di balkon Basilika Santo Petrus.

    Melalui tangan-tangannya yang terampil, ia tidak hanya menjahit kain, tetapi juga menjalin sejarah dan spiritualitas yang akan dikenang oleh generasi mendatang.

    Perbedaan Jubah Paus Fransiskus dan Benediktus XVI

    Seiring berjalannya waktu, mode pakaian gerejawi terus mengalami perubahan.

    Perbedaan paling mencolok terjadi setelah Konsili Vatikan II pada tahun 1960-an, dimana pakaian liturgi berubah menjadi lebih sederhana.

    Paus Fransiskus, misalnya, menolak mengenakan pakaian mewah seperti bulu dan beludru yang biasa dipakai oleh pendahulunya.

    Fransiskus melakukan sedikit penyesuaian pada manset jubahnya.

    Memilih aksesori sederhana seperti sepatu hitam polos dan menyimpang dari tradisi dengan memilih Fisherman’s Ring (Cincin Nelayan) berlapis emas daur ulang. Sementara itu, Benediktus memilih cincin dari emas padat.

    Meski dibuat sederhana, namun Mancinelli tetap menjaga kualitas dan keaslian dalam setiap jahitannya.

    Menggunakan bahan wol ringan yang lebih terjangkau namun tetap mencerminkan kehormatan jabatan gerejawi.

    Kontras dengan Paus Fransiskus, pendahulunya yakni Paus Benediktus XVI justru dikenal dengan gaya berpakaian yang sangat tradisional dan liturgis.

    Ia kerap tampil mengenakan mozzetta merah (mantel bahu beludru yang digunakan di luar ruangan), sepatu kulit merah khas Paus, serta topi camauro dan tiara klasik dalam acara tertentu.

    Gaya tersebut mempertegas kontinuitas dengan tradisi kepausan abad pertengahan dan simbol otoritas spiritual.

    Pengamat Vatikan menyebut gaya Benediktus sebagai bentuk “keindahan liturgis” yang disengaja.

    “Benediktus percaya bahwa simbol visual dalam pakaian Paus adalah bagian dari kesaksian iman,” ujar seorang penulis Vatikan yang diwawancarai oleh Catholic News Agency.

    Hari Pertama Konklaf Dimulai

    Setelah 15 sepeninggalan Paus Fransiskus,  serangkaian ritus suci dan proses ketat konklaf resmi dimulai pada Rabu (7/5/2025).

    Serangkaian proses akan dimulai guna membawa Gereja Katolik kepada pemimpin barunya setelah wafatnya Paus Fransiskus.

    Di hari pertama konklaf, Pukul 10.00 waktu setempat atau 15.00 WIB, seluruh anggota College of Cardinals berkumpul dalam Misa Pro Eligendo Romano Pontifice di Basilika Santo Petrus, Vatikan.

    Misa dipimpin oleh Kardinal Giovanni Re, Dekan para Kardinal, yang juga akan menyampaikan homili berdasarkan diskusi internal sejak wafatnya Paus Fransiskus.

    Adapun Homili tersebut menjadi refleksi atas prioritas utama Gereja dalam memilih Paus baru.

    Setelah misa digelar, para kardinal akan beristirahat untuk makan siang dan menjalani masa refleksi pribadi terakhir.

    Pada momen ini, mereka diharapkan mempertimbangkan suara hati dan dorongan Roh Kudus sebelum memasuki proses pemilihan.

    Pukul 16.30 atau 21.30 WIB, prosesi khidmat menuju Kapel Sistina dimulai.

    Di bawah naungan lukisan megah karya Michelangelo, para kardinal menyanyikan himne Latin Veni Creator Spiritus sebelum mengambil sumpah, baik secara kolektif maupun pribadi, untuk menjaga kerahasiaan pemilihan.

    Setelah itu seluruh 133 kardinal pemilih bersumpah, diumumkan seruan “extra omnes” semua yang tidak berkepentingan diminta keluar, dan pintu Kapel Sistina ditutup rapat.

    Usai disumpah, para kardinal akan memulai pemungutan suara.

    Apabila muncul asap putih dari cerobong kapel, berarti telah terpilih seorang Paus baru dengan suara dua pertiga.

    Namun, jika asap berwarna hitam, artinya belum ada kesepakatan dan pemungutan suara akan dilanjutkan.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Pemilihan Paus Baru: Asap Hitam Muncul Tanda Berakhirnya Hari Pertama Konklaf – Halaman all

    Vatikan Gunakan Teknologi Pengacak Sinyal Demi Jaga Kerahasiaan Konklaf Paus Baru – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Vatikan mengambil langkah luar biasa untuk menjaga  kerahasiaan proses pemilihan paus baru konklaf atau, yang dimulai pada Rabu (7/5/2025).

    Dalam konklaf rahasia yang melibatkan 133 kardinal pemilih, teknologi tinggi seperti pemblokiran layanan seluler dan pengacau sinyal akan digunakan untuk mencegah kebocoran informasi.

    Menurut laporan media Italia ANSA dan penyiar publik RAI, semua layanan telepon seluler akan dimatikan di dalam area konklaf dan akan aktif kembali setelah paus terpilih diumumkan ke publik.

    Sinyal akan mulai diputus pada pukul 15.00 waktu setempat, tepat sebelum konklaf dimulai pukul 16.30, The Guardian melaporkan.

    Langkah ini diambil untuk mencegah campur tangan atau pengaruh eksternal terhadap proses pemilihan, yang berlangsung di Kapel Sistina, Kota Vatikan.

    Meskipun sinyal di dalam konklaf akan diblokir total, layanan seluler tetap tersedia di Lapangan Santo Petrus, tempat ribuan orang biasa berkumpul untuk menyaksikan tanda asap dari cerobong Kapel Sistina.

    Juru bicara Vatikan, Matteo Bruni, menegaskan bahwa para kardinal dilarang membawa ponsel ke dalam area konklaf.

    Sejak konklaf terakhir pada 2013 yang memilih Paus Fransiskus, teknologi digital dan media sosial telah berkembang pesat.

    Perbedaan antara situasi saat ini dan 12 tahun lalu pun sangat mencolok, di mana kini para kardinal bahkan diketahui membagikan aktivitas mereka di media sosial sebelum konklaf dimulai, menurut laporan ABC News.

    Saat konklaf resmi berlangsung, para kardinal harus mengikuti aturan ketat, termasuk mengucapkan sumpah kerahasiaan.

    Tak hanya para kardinal, seluruh staf pendukung seperti koki, petugas kebersihan, hingga penjaga juga diminta menandatangani sumpah serupa.

    Bagi siapa pun yang melanggar kerahasiaan, ancaman hukuman ekskomunikasi menanti, sebagaimana dilaporkan CBS News.

    Setelah dikunci di dalam Kapel Sistina pada 7 Mei, para kardinal tidak hanya disumpah untuk merahasiakan seluruh proses, tapi juga berjanji tidak akan mencari pengaruh dari luar.

    Selain itu, jika terpilih, mereka akan bersumpah untuk “dengan setia memenuhi Munus Petrinum sebagai Gembala Gereja Universal,” menurut pernyataan resmi dari Vatikan.

    Vatikan mengonfirmasi bahwa seluruh 133 kardinal yang memiliki hak suara telah tiba.

    Sebelum konklaf, mereka telah mengikuti dua kongregasi umum yang membahas berbagai isu penting seperti migrasi, persatuan, etnosentrisme, konflik global, dan kualitas yang dibutuhkan dari seorang paus.

    Langkah-langkah ketat ini menegaskan bahwa di era digital sekalipun, Vatikan tetap berkomitmen menjaga kerahasiaan dan kesucian proses pemilihan pemimpin tertinggi Gereja Katolik.

     (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Asap Hitam Muncul dari Kapel Sistina, Tanda Belum Ada Paus Baru Terpilih

    Asap Hitam Muncul dari Kapel Sistina, Tanda Belum Ada Paus Baru Terpilih

    Roma

    Asap hitam pekat muncul dari cerobong asap Kapel Sistina. Hal ini menandakan belum ada Paus baru yang terpilih.

    Dilansir AFP, Kamis (8/5/2025), puluhan ribu orang berkumpul di Lapangan Santo Petrus. Asap hitam itu muncul sekitar 3 jam 15 menit setelah 133 kardinal masuk ke dalam Kapel Sistina.

    Para uskup akan kembali ke wisma tamu Santa Marta tempat mereka menginap, sebelum mulai memberikan suara lagi.

    Diketahui, para kardinal dipanggil kembali ke Roma setelah kematian Paus Fransiskus pada tanggal 21 April usai 12 tahun menjadi pemimpin bagi 1,4 miliar umat Katolik di dunia.

    Berdasarkan ritual yang telah berlangsung selama berabad-abad, para kardinal akan memberikan suara secara rahasia di Kapel Sistina hingga salah satu dari mereka memperoleh mayoritas dua per tiga suara untuk terpilih menjadi paus.

    Ketika pemilihan, Kapel Sistina akan terkunci rapat. Satu-satunya cara mereka mengomunikasikan hasilnya adalah dengan membakar surat suara mereka dengan bahan kimia untuk menghasilkan asap.

    Konklaf ini adalah yang terbesar yang pernah ada, yang mempertemukan para kardinal dari sekitar 70 negara. Banyak di antara kardinal yang sebelumnya tidak saling mengenal.

    (isa/isa)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Detik-Detik Mobil Wapres Gibran Diadang usai Bagi-Bagi Buku di Maumere

    Detik-Detik Mobil Wapres Gibran Diadang usai Bagi-Bagi Buku di Maumere

    Suasana ramai tampak di depan pintu masuk SMA Katolik Bhaktyarsa saat Gibran sedang menyerahkan bantuan di sekolah itu.

    Ribuan pelajar dari SD hingga SMA juga masyarakat, rela berdiri di bawah terik matahari, demi menyalami wakil presiden.

    Saat mobil rombongan wakil presiden keluar dari halaman sekolah, ribuan pelajar dan masyarakat sontak mengadang mobil yang ditumpangi Gibran yang dikawal ketat Paspampres.

    Mobil pun berhenti. Gibran lalu mengeluarkan tangannya memyalami para pelajar dan masyarakat yang menyemut. “Bahagia sekali, bisa pegang tangan wakil presiden,” ujar Selvi, pelajar SMP.

    Setelah dari Kabupaten Sikka, Gibran lalu ke Kabupaten Nagekeo memantau waduk Lombo. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Kota Kupang untuk melakukan beberapa agenda kerja, termasuk mengunjungi bendungan Manikin.

  • Pemilihan Paus Baru: Asap Hitam Muncul Tanda Berakhirnya Hari Pertama Konklaf – Halaman all

    LIVE Streaming Konklaf Pemilihan Paus Baru Hari Ini, Begini Cara Nonton dan Jadwalnya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Setelah pemakaman Paus Fransiskus, 133 kardinal dari seluruh dunia berkumpul di Vatikan untuk memilih pemimpin baru Gereja Katolik.

    Rabu (7/5/2025), mereka memulai konklaf dengan misa khusus di Basilika Santo Petrus, sebelum memasuki Kapel Sistina untuk proses pemungutan suara.

    Menurut BBC, semua non-kardinal diminta keluar sekitar pukul 17.30 waktu setempat.

    Ini menandai dimulainya konklaf rahasia hingga terpilih paus baru dengan mayoritas dua pertiga suara.

    Misa prakonklaf digelar pukul 10.00 waktu setempat dan dipimpin oleh dekan Dewan Kardinal, Kardinal Giovanni Battista Re.

    Ia juga memimpin misa pemakaman Paus Fransiskus beberapa hari sebelumnya.

    Dalam misa ini, para kardinal memohon petunjuk spiritual dalam memilih penerus tahta St Petrus.

    Setelah misa, para kardinal menuju Kapel Sistina, tempat pemungutan suara berlangsung secara tertutup.

    Konklaf akan terus berjalan hingga satu kandidat berhasil mengantongi suara dua pertiga dari seluruh kardinal pemilih.

    Tidak ada siaran langsung dari dalam Kapel Sistina karena prosesnya dirahasiakan.

    Masyarakat bisa mengikuti tanda-tanda hasil pemungutan suara lewat cerobong asap di atas kapel.

    Jika asap yang keluar berwarna hitam, artinya belum ada paus baru yang terpilih.

    Jika asap putih mengepul, itu pertanda seorang paus baru telah dipilih.

    Meskipun konklaf tidak disiarkan langsung, sejumlah media seperti USA Today, ABC News, dan Fox News menayangkan laporan harian dari Vatikan.

    CBS News juga akan menyiarkan liputan khusus setiap kali asap terlihat keluar dari Kapel Sistina.

    Selain itu, Vatican News menyediakan live streaming suasana Lapangan Santo Petrus yang bisa ditonton secara gratis.

    LINK NONTON LIVE STREAMING KONKLAF

    Proses pemungutan suara tidak disiarkan langsung.

    Akan tetapi beberapa media internasional tetap menyediakan liputan harian dan siaran langsung dari Lapangan Santo Petrus, termasuk:

    Kapan Paus Baru Akan Dipilih?

    Belum ada kepastian kapan paus baru akan terpilih.

    Proses konklaf bisa berlangsung cepat dalam beberapa hari.

    Tapi bisa juga memakan waktu lebih lama tergantung pada dinamika dan kesepakatan di dalam Kapel Sistina.

    Masyarakat bisa memantau perkembangan dengan mengamati cerobong asap Kapel Sistina, serta mengikuti laporan langsung dari berbagai media terpercaya.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)