agama: Islam

  • Israel Larang Sekjen PBB Masuk ke Negaranya, DK PBB Bilang Gini

    Israel Larang Sekjen PBB Masuk ke Negaranya, DK PBB Bilang Gini

    Jakarta

    Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) mengecam Israel atas keputusannya untuk menyatakan pemimpin badan dunia tersebut sebagai persona non grata dan melarangnya masuk ke Israel. DK PBB menyatakan bahwa setiap langkah untuk mendelegitimasi pekerjaannya adalah kontraproduktif.

    “Keputusan apa pun untuk tidak melibatkan Sekjen PBB atau Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah kontraproduktif, terutama dalam konteks meningkatnya ketegangan di Timur Tengah,” kata dewan yang beranggotakan 15 negara itu dalam pernyataan bersama yang dikeluarkan pada hari Kamis (3/10) waktu setempat. Para anggota DK PBB juga mendesak negara-negara “untuk menahan diri dari tindakan apa pun yang merusak pekerjaan dia (Guterres).”

    Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz pada Rabu lalu menyatakan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres merupakan “persona non grata” alias orang yang tidak disukai, sehingga tak boleh menginjakkan kaki di Israel. Hal ini disampaikan Katz setelah Iran meluncurkan ratusan rudal ke Israel, dan Guterres dianggap tidak cukup keras mengutuk Iran atas serangan itu.

    “Siapa pun yang tidak dapat dengan tegas mengutuk serangan kejam Iran terhadap Israel tidak pantas menginjakkan kaki di tanah Israel. Ini adalah Sekretaris Jenderal anti-Israel yang memberikan dukungan kepada teroris, pemerkosa, dan pembunuh,” kata Katz, dilansir Al Arabiya dan Bloomberg, Jumat (4/10/2024).

    Hal ini menandai yang terbaru dalam serangkaian perselisihan antara Israel dan PBB. Para pejabat Israel menuduh bahwa ribuan pekerja PBB memiliki hubungan dengan kelompok milisi Palestina, Hamas dan Jihad Islam. PBB mengatakan Israel belum menguatkan tuduhan itu dengan bukti-bukti.

    Israel juga telah berhenti mengeluarkan visa bagi pejabat PBB yang mencoba mengunjungi Gaza.

    Sementara negara-negara termasuk Prancis dan Inggris dengan cepat membela Guterres, pernyataan Dewan Keamanan tersebut merupakan pertama kalinya AS – sekutu utama Israel – mendukung pemimpin badan dunia tersebut.

    Guterres sendiri kemudian mengecam serangan Iran ke Israel, setelah ditetapkan “persona non grata” dan dilarang berkunjung ke negara Yahudi tersebut.

    “Seperti yang saya lakukan sehubungan dengan serangan Iran pada bulan April — dan seperti yang seharusnya terlihat jelas kemarin dalam konteks kecaman yang saya ungkapkan — saya sekali lagi mengutuk keras serangan rudal besar-besaran yang dilancarkan Iran terhadap Israel kemarin,” ucap Guterres saat berbicara dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, seperti dilansir BBC, Jumat (4/10/2024).

    “Serangan-serangan ini secara paradoks tampaknya tidak mendukung perjuangan rakyat Palestina, atau mengurangi penderitaan mereka,” sebutnya.

    Kecaman itu disampaikan Guterres saat berbicara di hadapan 15 negara anggota Dewan Keamanan PBB yang menggelar pertemuan di New York, AS pada Rabu (2/10) waktu setempat, atau sehari setelah rentetan serangan rudal Iran menghujani Israel pada Selasa (1/10) malam.

    Tidak hanya mengecam Iran, Guterres juga melontarkan kritikan untuk Israel saat berbicara dalam forum Dewan Keamanan PBB tersebut. Dia menyebut operasi militer Israel di Jalur Gaza sebagai “operasi militer paling mematikan dan paling menghancurkan selam saya menjawab sebagai Sekretaris Jenderal”.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Israel Akan Balas Dendam, Jenderal Iran Ancam Lakukan Ini!

    Israel Akan Balas Dendam, Jenderal Iran Ancam Lakukan Ini!

    Jakarta

    Kepala staf militer Iran Mayor Jenderal Mohammad Bagheri bersumpah akan menyerang infrastruktur di seluruh Israel jika wilayahnya diserang. Peringatan ini disampaikan setelah militer Iran menembakkan sekitar 200 rudal ke musuh bebuyutannya itu, dan Israel menyatakan akan membalas serangan itu.

    Rentetan serangan tersebut “akan diulang dengan intensitas yang lebih besar dan semua infrastruktur rezim akan menjadi sasaran,” kata Bagheri di TV pemerintah Iran, dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (2/10/2024).

    Media Iran menayangkan rekaman dari apa yang mereka katakan sebagai rudal-rudal yang ditembakkan, yang menurut Korps Garda Revolusi Islam menargetkan “tiga pangkalan militer” di sekitar Tel Aviv dan pangkalan lainnya.

    Garda Revolusi Iran mengatakan “90 persen” rudal “mengenai target mereka” pada Selasa (1/10) malam waktu setempat.

    Sementara militer Israel mengatakan Iran meluncurkan sekitar 180 rudal ke wilayahnya, yang sebagian besar berhasil dicegat atau ditembak jatuh.

    Laporan layanan darurat Israel, Magen David Adom, menyebut tidak ada laporan cedera serius akibat serangan rudal Iran tersebut. Namun beberapa warga mengalami luka ringan usai terkena serpihan rudal yang ditembak jatuh.

    Dilaporkan bahwa sedikitnya dua orang di Tel Aviv mengalami luka ringan akibat terkena serpihan rudal yang telah ditembak jatuh. Beberapa korban luka ringan lainnya dilaporkan di berbagai wilayah Israel.

    Lihat Video ‘Saat Iron Dome Israel Tak Kuasa Menahan Rudal Iran’:

    “Saat ini, tidak ada laporan korban luka akibat serangan yang mengarah ke Israel, kecuali dua korban luka ringan akibat serpihan rudal di area Tel Aviv dan beberapa korban luka ringan lainnya secara nasional saat berpindah ke tempat yang aman,” sebut Magen David Adom dalam pernyataannya.

    Selama serangan rudal berlangsung, komando garis depan Israel memberikan pedoman penyelamatan jiwa bagi orang-orang di berbagai wilayah negara tersebut.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Iran telah membuat “kesalahan besar” dengan serangan rudal-rudalnya itu. Serangan rudal ini dilakukan Iran menyusul kematian pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah akibat serangan udara Israel pekan lalu.

    Lihat Video ‘Saat Iron Dome Israel Tak Kuasa Menahan Rudal Iran’:

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Iran Ancam Serangan Dahsyat Jika Israel Balas Serangan Rudalnya

    Iran Ancam Serangan Dahsyat Jika Israel Balas Serangan Rudalnya

    Teheran

    Garda Revolusi Iran (IRGC) mengancam akan melancarkan serangan lebih dahsyat jika Israel membalas serangan rudal yang diluncurkan pada Selasa (1/10) malam. Teheran menegaskan serangannya itu mengenai sebagian besar target militer dan keamanan penting di jantung wilayah Israel.

    “Jika rezim Zionis bereaksi secara militer terhadap operasi ini, yang sesuai dengan hak legal negara ini dan hukum internasional, mereka akan menghadapi serangan yang dahsyat dan menghancurkan,” cetus IRGC dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan kantor berita ISNA, Rabu (2/10/2024).

    Diklaim oleh Iran bahwa serangan rudalnya itu “sesuai dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa”, terutama soal hak untuk mempertahankan diri.

    IRGC dalam pernyataannya menjelaskan bahwa rentetan serangan rudal itu merupakan pembalasan atas pembunuhan tiga tokoh penting oleh Israel dan atas rentetan kejahatan Tel Aviv di wilayah Palestina dan Lebanon.

    Ketiga tokoh yang dimaksud adalah pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh, pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan komandan senior IRGC Abbas Nilforoushan. Haniyeh tewas dalam serangan di Teheran pada akhir Juli, sedangkan Nasrallah dan Nilforoushan tewas dalam serangan di Lebanon pekan lalu.

    “Sebagai respons atas kematian syahid Ismail Haniyeh, Hassan Nasrallah dan komandan IRGC Abbas Nilforoushan, kami menargetkan jantung wilayah pendudukan,” sebut IRGC dalam pernyataannya.

    Dalam pernyataannya, IRGC juga memperingatkan negara-negara lainnya untuk tidak melakukan intervensi militer langsung untuk mendukung Israel. Diperingatkan Teheran bahwa “kepentingan mereka di kawasan juga akan menghadapi serangan yang kuat” jika ada intervensi militer.

    Iran Klaim 90 Persen Rudal Hantam Target di Israel

    IRGC dalam pernyataannya menyebut rentetan serangan rudal Iran ditargetkan terhadap “tiga pangkalan militer” di sekitar Tel Aviv, juga terhadap pangkalan udara dan pangkalan radar Israel. Pusat konspirasi dan perencanaan pembunuhan terhadap para pemimpin Poros Perlawanan dan komandan IRGC juga disebut menjadi target serangan.

    Diklaim oleh IRGC, seperti dilansir Press TV, bahwa ketiga pangkalan militer Israel itu dihantam serangan rudal Iran.

    Menurut IRGC dalam pernyataannya, meskipun area-area tertentu dilindungi oleh sistem pertahanan udara yang canggih, sebanyak “90 persen” dari rudal-rudal yang diluncurkan itu berhasil “mengenai target-targetnya” di Israel.

    “Rezim Zionis sangat ketakutan dengan intelijen dan dominasi operasional Republik Islam (Iran),” sebut IRGC.

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran, Abbas Araghchi, dalam pernyataan terpisah mengatakan serangan Teheran “akan selesai kecuali rezim Israel memutuskan untuk melakukan pembalasan lebih lanjut”.

    Sementara Presiden Masoud Pezeshkian memuji serangan itu sebagai “respons tegas” negaranya terhadap apa yang disebutnya sebagai “agresi” Israel.

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu, sebelumnya menegaskan akan membuat Iran membayar atas rentetan serangan rudalnya. Netanyahu menyebut serangan rudal besar-besaran Teheran itu sebagai kesalahan besar.

    “Iran membuat kesalahan besar malam ini dan akan membayarnya,” kata Netanyahu beberapa jam setelah serangan rudal terjadi pada Selasa (1/10) malam.

    “Siapa pun yang menyerang kami, kami serang mereka,” tegasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Peringatkan Iran soal Serangan Rudal di Tel Aviv

    Israel Peringatkan Iran soal Serangan Rudal di Tel Aviv

    Tel Aviv

    Israel memperingatkan Iran soal rudal yang dikirim ke langit Tel Aviv. Israel menyebut memiliki rencana untuk membalasnya.

    Dilansir CNN, Rabu (2/10/2024), peringatan tersebut menggemakan pesan dari juru bicara Pasukan Pertahanan Israel Laksamana Muda Daniel Hagari, yang mengatakan dalam pesan yang disiarkan televisi pada hari Selasa bahwa “serangan ini akan memiliki konsekuensi.”

    “Kami memiliki rencana, dan kami akan beroperasi di tempat dan waktu yang kami putuskan,” kata Hagari.

    Serangan rudal yang ditembakkan ke Israel pada Selasa malam menyebabkan warga bergegas untuk berlindung. Militer Israel mengatakan bahwa tidak ada serangan baru yang teridentifikasi dan aman bagi orang-orang untuk meninggalkan tempat perlindungan mereka.

    Sebelumnya, Iran meluncurkan puluhan rudal ke wilayah Tel Aviv, Israel. Iran menargetkan Israel sebagai respons atas tewasnya pemimpin Hizbullah.

    Dilansir CNN, Iran mengatakan pihaknya menargetkan Israel pada hari Selasa sebagai respons atas tewasnya pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan lainnya.

    “Sebagai respons atas tewasnya Martir Haniyeh, Seyed Hassan Nasrallah, dan Martir Nilfroshan, kami menargetkan jantung wilayah pendudukan,” kata kantor berita semi-resmi Iran Tasnim yang mengutip Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).

    (aik/aik)

  • Alasan Iran Luncurkan Rudal ke Israel: Respons Kematian Pemimpin Hizbullah

    Alasan Iran Luncurkan Rudal ke Israel: Respons Kematian Pemimpin Hizbullah

    Jakarta

    Iran meluncurkan puluhan rudal ke wilayah Tel Aviv, Israel. Iran menargetkan Israel sebagai respons atas tewasnya pemimpin Hizbullah.

    Dilansir CNN, Iran mengatakan pihaknya menargetkan Israel pada hari Selasa sebagai respons atas tewasnya pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dan lainnya.

    “Sebagai respons atas tewasnya Martir Haniyeh, Seyed Hassan Nasrallah, dan Martir Nilfroshan, kami menargetkan jantung wilayah pendudukan,” kata kantor berita semi-resmi Iran Tasnim yang mengutip Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).

    “Jika rezim Zionis bereaksi terhadap operasi Iran, mereka akan menghadapi serangan yang menghancurkan,” kata IRGC juga menurut Tasnim.

    Rudal Meluncur dari Berbagai Wilayah

    Iran meluncurkan serangan rudal dari berbagai lokasi di seluruh negeri, termasuk Tabriz, Kashan, dan pinggiran Teheran, Selasa larut malam waktu setempat.

    Platform media sosial dibanjiri dengan video yang menangkap adegan dramatis tembakan roket yang menerangi cakrawala Iran.

    Sebelumnya pada hari AS telah memperingatkan akan adanya serangan dari Iran terhadap Israel.

    (aik/aik)

  • Koalisi Global Demi Negara Palestina Diinisiasi Arab Saudi

    Koalisi Global Demi Negara Palestina Diinisiasi Arab Saudi

    Jakarta

    Arab Saudi kembali menyampaikan inisiatif terbaru berkaitan dengan nasib negara Palestina. Arab Saudi, lewat Menteri Luar Negerinya, Pangeran Faisal bin Farhan, menyampaikan inisiatif baru untuk mendirikan negara Palestina.

    Inisiatif ini mencuat setelah beragam upaya untuk mendorong solusi dua negara tidak kunjung membuahkan hasil. Padahal, solusi dua negara tersebut sudah disuarakan sejak beberapa dekade lalu.

    Apa inisiatif yang dimaksud? Dilansir dari Al Arabiya, Jumat (27/9/2024), inisiatif itu berkaitan dengan aliansi global. Aliansi itu nantinya akan mendorong solusi dua negara.

    Pangeran Faisal menyampaikan inisiatif tersebut saat pertemuan yang melibatkan Liga Arab, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan Norwegia pada Kamis (26/8) waktu setempat.

    Dia mengatakan bahwa pertemuan perdana untuk aliansi global itu akan digelar di Riyadh, ibu kota Saudi. Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menambahkan bahwa pertemuan lanjutan pertama juga akan digelar di Riyadh dan Brussels.

    Dalam pidatonya, Pangeran Faisal menyebut inisiatif tersebut merupakan upaya bersama negara-negara Arab dan Eropa.

    “Kita akan melakukan segala upaya untuk mencapai rencana yang bisa diandalkan dan tidak dapat diubah untuk mewujudkan perdamaian yang adil dan komprehensif,” cetusnya.

    Ditegaskan kembali oleh Pangeran Faisal soal perlunya bergerak secara kolektif untuk mengambil keputusan, yang akan membawa hasil nyata menuju gencatan senjata segera dan menerapkan solusi dua negara.

    “Yang terutama adalah negara Palestina yang merdeka,” sebutnya.

    Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

    Arab Saudi Tak Akan Berhubungan dengan Israel Sampai Palestina Merdeka

    Sikap tegas Arab Saudi terhadap Israel juga sempat dinyatakan oleh Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS). Dia mengatakan bahwa kerajaan tersebut tidak akan menjalin hubungan dengan Israel sampai negara Palestina terbentuk.

    “Kami memperbarui penolakan dan kecaman keras kerajaan atas kejahatan otoritas pendudukan Israel terhadap rakyat Palestina,” kata Putra Mahkota Mohammed bin Salman dilansir AFP, Kamis (19/9).

    “Kerajaan tidak akan menghentikan upayanya yang tak kenal lelah untuk mendirikan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem timur sebagai ibu kotanya, dan kami menegaskan bahwa kerajaan tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa negara Palestina,” tambahnya.

    Kesepakatan normalisasi yang ditengahi oleh presiden AS saat itu Donald Trump pada tahun 2020 antara Israel dan Bahrain serta Uni Emirat Arab telah mengakhiri konsensus Arab yang telah lama ada bahwa tidak boleh ada normalisasi tanpa negara Palestina yang merdeka dan menyoroti tetangga mereka yang lebih kuat, Arab Saudi.

    Baru-baru ini pada awal bulan ini, Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, telah mengulurkan prospek pembentukan hubungan yang cepat dengan raja minyak Teluk Arab sebagai potensi keuntungan bagi Israel dari kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera untuk Gaza.

    Blinken telah mengatakan selama kunjungan ke Haiti pada tanggal 6 September bahwa ia masih berharap untuk mengunci kesepakatan normalisasi antara Israel dan Arab Saudi sebelum Presiden AS Joe Biden mengundurkan diri pada bulan Januari.

    “Saya pikir jika kita bisa mendapatkan gencatan senjata di Gaza, masih ada peluang melalui keseimbangan pemerintahan ini untuk bergerak maju dalam normalisasi,” kata diplomat tinggi AS tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (maa/maa)

  • Giliran Houthi di Yaman Bergerak Serang Israel Tengah!

    Giliran Houthi di Yaman Bergerak Serang Israel Tengah!

    Jakarta

    Kelompok Houthi di Yaman juga mulai bergerak. Houthi mengklaim telah meluncurkan serangan rudal di Israel tengah.

    Dilansir kantor berita AFP, Jumat (27/9/2024), Houthi melancarkan serangan melalui pesawat tak berawak atau drone ke wilayah Israel tengah pada hari ini waktu setempat. Serangan itu terjadi setelah militer Israel mengatakan pertahanan udara mencegat rudal yang ditembakkan dari Yaman.

    Houthi mengatakan pihaknya menembakkan rudal balistik ke ‘target militer’ di wilayah Tel Aviv. Houthi juga mengaku telah meluncurkan drone ke arah Ashkelon di sebelah utara Jalur Gaza.

    Irak Juga Sudah Bergerak

    Seperti diketahui, situasi di Lebanon semakin memanas setelah Hizbullah dan Israel terlibat dalam pertempuran lintas batas hampir setiap hari sejak kelompok Hamas melancarkan serangan besar-besaran. Pada Kamis, 26 September 2024, Kelompok Perlawanan Islam di Irak mulai bergerak melancarkan serangan di Pelabuhan Laut Merah Israel di Eliat.

    Dilansir kantor berita AFP, Kamis (29/6), Irak mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Pelabuhan Laut Merah Israel pada Rabu (25/9) menggunakan pesawat tak berawak atau drone.

    “Perlawanan Islam di Irak menyerang target strategis di Eilat pada hari Rabu menggunakan pesawat tak berawak,” katanya dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di Telegram.

    Sementara itu, militer Israel mengatakan mereka mencegat sebuah pesawat nirawak yang mendekati Eilat dan satu lagi jatuh di daerah itu. Mereka melaporkan dua orang terluka ringan.

    Pasukan dan Tank Israel Bersiap Masuk ke Lebanon

    “Anda mendengar jet tempur di atas kepala; kami telah menyerang sepanjang hari,” kata kepala militer Israel itu kepada pasukan di perbatasan dengan Lebanon, menurut pernyataan dari militer, dilansir AlJazeera, Rabu (25/9).

    “Ini untuk mempersiapkan jalan bagi kemungkinan masuknya Anda dan untuk terus merendahkan Hizbullah,” imbuhnya.

    Sementara itu, Hizbullah mengatakan ini adalah perang perhitungan. Mereka telah mempersiapkan kemungkinan invasi darat sejak 2006. Mereka selalu mengatakan siap untuk skenario apa pun.

    Hassan Nasrallah, pemimpin Hizbullah, sangat jelas dalam pidatonya beberapa hari yang lalu, mengatakan bahwa jika Israel mencoba menempatkan zona penyangga di Lebanon selatan, mereka akan gagal.

    (whn/aud)

  • Rencana Filipina dan Jepang Evakuasi Warga Sebab Lebanon Kian Membara

    Rencana Filipina dan Jepang Evakuasi Warga Sebab Lebanon Kian Membara

    Jakarta

    Filipina dan Jepang bersiap melakukan evakuasi terhadap warga mereka yang berada di Lebanon. Hal itu dilakukan setelah situasi Lebanon semakin memanas di tengah meningkatnya saling serang antara Israel dengan kelompok Hizbullah.

    Pemerintah Filipina menyatakan siap mengevakuasi sekitar 11.000 warga negaranya dari Lebanon jika pasukan Israel melintasi perbatasan untuk melancarkan serangan darat ke Hizbullah. Kini, Israel terus melakukan serangan udara ke lokasi yang mereka klaim sebagai basis-basis Hizbullah di Lebanon.

    Serangan itu telah menewaskan ratusan orang minggu ini. Sementara, Hizbullah terus membalas serangan Israel dengan serangan roket, termasuk yang mencapai ibu kota Israel Tel Aviv.

    Israel telah menolak seruan gencatan senjata 21 hari yang didukung Amerika Serikat (AS) dan sekutu. Kepala militer Israel telah memberi tahu para prajuritnya bersiap menghadapi kemungkinan invasi ke Lebanon.

    “Invasi darat akan menyebabkan pemulangan wajib,” kata Wakil Menteri Luar Negeri Filipina Eduardo de Vega pada konferensi pers di Manila, Filipina, dilansir AFP, Jumat (27/9/2024).

    Dia mengatakan rencananya ialah memindahkan ribuan orang keluar dari Lebanon melalui laut. Namun, de Vega tak menjelaskan detail rencana evakuasi itu.

    Filipina sudah lebih dulu mendesak warganya untuk meninggalkan Lebanon sebelum maskapai penerbangan berhenti terbang ke Beirut, Lebanon. Namun, sebagian besar warga Filipina tidak mengindahkan seruan tersebut.

    Jutaan warga Filipina bekerja di luar negeri — dengan sebagian besar terkonsentrasi di Timur Tengah — karena terbatasnya kesempatan kerja di negara asal mereka. Sekitar 90 persen dari mereka yang bekerja di Lebanon adalah pekerja rumah tangga migran perempuan.

    “Bagi sebagian dari mereka, terbunuh dalam perang lebih baik daripada mati kelaparan,” kata de Vega.

    Dia mengatakan sejauh ini tidak ada warga Filipina yang menjadi korban serangan udara Israel terhadap Hizbullah. Duta Besar Filipina untuk Beirut Raymond Balatbat mengatakan 196 warga Filipina telah meninggalkan Lebanon selatan, tempat operasi Israel terkonsentrasi. Sebagian besar warga Filipina yang bekerja di negara itu bermukim di Lebanon tengah di sekitar Beirut.

    Jepang Minta Warganya Keluar dari Lebanon

    Pemerintah Jepang juga menyerukan warganya untuk meninggalkan Lebanon. Seruan ini disampaikan juru bicara pemerintah Jepang pada Jumat (27/9). Jepang juga disebut berencana mengirimkan pesawat militer untuk mengevakuasi warganya dari Lebanon.

    “Saat ini kami sedang memeriksa keselamatan warga negara Jepang yang tinggal di Lebanon, serta mendesak mereka untuk meninggalkan negara tersebut sementara penerbangan komersial reguler tetap beroperasi”, kata kepala sekretaris kabinet Yoshimasa Hayashi pada hari Jumat, dilansir kantor berita AFP.

    Media Jepang melaporkan pengaturan sedang dilakukan untuk mengirim pesawat militer Jepang ke Yordania. Pihak Jepang akan bersiaga di Yordania untuk keperluan evakuasi mendadak.

    Sejumlah media Jepang termasuk Kyodo News melaporkan pesawat angkut C-2 akan dimobilisasi untuk mengevakuasi sekitar 50 warga negara Jepang yang saat ini berada di Lebanon. Menteri Luar Negeri Jepang, Yoko Kamikawa, mengatakan pihaknya ‘sangat prihatin dengan meningkatnya ketegangan antara Israel dan Hizbullah’.

    Dia mengatakan Jepang ‘sangat mendesak’ semua pihak untuk ‘menahan diri sepenuhnya guna menghindari eskalasi lebih lanjut’.

    Sebelum Jepang dan Filipina, Inggris juga telah memerintahkan warganya pergi dari Lebanon. Inggris juga mengerahkan ratusan tentaranya ke Siprus untuk membantu evakuasi warganya dari Lebanon.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

    90 Ribu Orang Mengungsi

    PBB mengatakan sekitar 90.000 orang telah mengungsi di Lebanon. Warga mengungsi akibat gempuran Israel terhadap wilayah yang dianggap mereka sebagai basis Hizbullah.

    Angka itu merupakan jumlah pengungsi sejak Senin (23/9) hingga Rabu (25/9). Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB (IOM) telah mencatat ‘90.530 orang yang baru mengungsi’.

    “Banyak dari lebih dari 111.000 orang yang mengungsi sejak Oktober, kemungkinan besar telah mengungsi untuk kedua kalinya,” ujar Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) yang mengacu pada dimulainya permusuhan lintas batas antara Israel dan Hizbullah.

    Situasi Timur Tengah Makin Panas

    Konflik antara Israel dengan Hizbullah ini juga semakin panas setelah Irak lewat kelompok Perlawan Islam melancarkan serangan ke Pelabuhan Laut Merah Israel di Eliat. Serangan itu diklaim dilakukan dengan pesawat tak berawak atau drone.

    “Perlawanan Islam di Irak menyerang target strategis di Eilat pada hari Rabu menggunakan pesawat tak berawak,” katanya dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan di Telegram sebagaimana dilansir AFP.

    Militer Israel mengatakan mereka mencegat sebuah pesawat nirawak yang mendekati Eilat dan satu lagi jatuh di daerah itu. Israel melaporkan dua orang terluka ringan.

    Meningkatnya konflik di Timur Tengah ini terjadi saat perang di Gaza, Palestina, yang telah menewaskan lebih dari 40 ribu orang belum berakhir. Desakan gencatan senjata dari berbagai negara belum juga disepakati oleh Israel.

    Halaman 2 dari 2

    (haf/taa)

  • Taliban Putus Hubungan dengan Inggris, Kedutaan Afghanistan Ditutup

    Taliban Putus Hubungan dengan Inggris, Kedutaan Afghanistan Ditutup

    London

    Kedutaan Besar (Kedubes) Afghanistan di London, Inggris, ditutup pada Jumat (27/9) waktu setempat. Penutupan itu dilakukan setelah otoritas Taliban yang kini berkuasa di Afghanistan memutuskan hubungan dengan misi diplomatik yang dibentuk pemerintah sebelumnya di Kabul dan memecat stafnya di Inggris.

    Seorang reporter AFP, seperti dilansir AFP, Jumat (27/9/2024), melihat pemberitahuan digantung di gerbang bagian konsuler pada Kedubes Afghanistan di London.

    “Kedutaan Besar Republik Afghanistan ditutup,” demikian bunyi pemberitahuan tersebut.

    Tidak ada yang membukakan pintu gerbang Kedubes Afghanistan, namun bendera nasional negara itu masih berkibar.

    Awal bulan ini, Duta Besar Afghanistan untuk Inggris Zalmai Rassoul mengumumkan via media sosial bahwa kedutaannya akan ditutup “atas permintaan resmi negara tuan rumah” pada 27 September.

    Dalam tanggapannya, Kantor Persemakmuran dan Pembangunan Luar Negeri Inggris (FCDO) membantah bahwa pihaknya berada di balik penutupan tersebut.

    “Keputusan ini tidak dibuat oleh pemerintah Inggris,” tegas juru bicara FCDO dalam pernyataannya.

    “Negara Afghanistan memutuskan untuk menutup Kedutaan Besar Afghanistan di London dan memberhentikan para stafnya,” imbuh pernyataan tersebut.

    Lihat Video: Taliban Bebaskan Ekstremis Anti-Imigran Austria

    “Kami terus mendukung rakyat Afghanistan dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada mereka yang paling membutuhkan,” ucap juru bicara FCDO.

    FCDO belum mengindikasikan apakah Duta Besar Afghanistan yang baru akan diakreditasi di London.

    Inggris tidak mengakui pemerintahan Taliban sebagai pemerintahan yang sah dan tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan negara tersebut. Tapi sejalan dengan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa, otoritas London mengakui bahwa “tidak ada alternatif selain terlibat secara pragmatis dengan pemerintahan Afghanistan saat ini”.

    Misi diplomatik Inggris untuk Afghanistan pada saat ini berbasis di Doha, Qatar.

    Bagian konsuler pada Kedubes Afghanistan di London, menurut situs resminya, ditutup sejak 20 September.

    Pada Jumat (27/9) waktu setempat, Dubes Rassoul memposting ulang postingan X di mana Dubes Jerman untuk Inggris mengatakan bahwa menjadi “kesenangan” untuk bekerja dengan mitranya dari Afghanistan selama bertahun-tahun.

    Dubes Jerman juga mengutuk apa yang disebutnya sebagai “situasi mengerikan bagi perempuan dan anak perempuan di bawah Taliban”.

    Selama tiga tahun terakhir, Taliban telah menerapkan interpretasi Islam secara radikal dan semakin keras dalam mengusir perempuan dari ruang-ruang publik.

    Meskipun Taliban kembali berkuasa di Afghanistan sejak Agustus 2021, kedutaan-kedutaan besar di berbagai negara tetap beroperasi dengan para staf diplomatik yang setia kepada pemerintahan sebelumnya yang didukung internasional.

    Pada akhir Juli lalu, Kementerian Luar Negeri Taliban menegaskan pihaknya “tidak bertanggung jawab” atas kredensial, termasuk paspor dan visa, yang dikeluarkan oleh misi diplomatik yang tidak sejalan dengan penguasa kabur Kabul.

    Misi diplomatik yang dimaksud mencakup Kedubes Afghanistan di Prancis, Belgia, Swiss, Jerman, Kanada dan Australia.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Koalisi Global Demi Negara Palestina Diinisiasi Arab Saudi

    Arab Saudi Umumkan Koalisi Global untuk Dirikan Negara Palestina

    Riyadh

    Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, mengumumkan peluncuran inisiatif baru untuk mendirikan negara Palestina. Inisiatif itu juga akan menggalang dukungan untuk penerapan solusi dua negara, setelah upaya internasional selama beberapa dekade berujung kegagalan.

    Aliansi global untuk implementasi solusi dua negara itu, seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (27/9/2024), diumumkan dalam pidato Pangeran Faisal saat pertemuan yang melibatkan Liga Arab, Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dan Norwegia pada Kamis (26/8) waktu setempat.

    Pangeran Faisal mengatakan bahwa pertemuan perdana untuk aliansi global itu akan digelar di Riyadh, ibu kota Saudi. Kepala Urusan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell, menambahkan bahwa pertemuan lanjutan pertama juga akan digelar di Riyadh dan Brussels.

    Dalam pidatonya, Pangeran Faisal menyebut inisiatif tersebut merupakan upaya bersama negara-negara Arab dan Eropa.

    “Kita akan melakukan segala upaya untuk mencapai rencana yang bisa diandalkan dan tidak dapat diubah untuk mewujudkan perdamaian yang adil dan komprehensif,” cetusnya.

    Ditegaskan kembali oleh Pangeran Faisal soal perlunya bergerak secara kolektif untuk mengambil keputusan, yang akan membawa hasil nyata menuju gencatan senjata segera dan menerapkan solusi dua negara.

    “Yang terutama adalah negara Palestina yang merdeka,” sebutnya.

    Israel membombardir Jalur Gaza dan memicu kehancuran besar-besaran sejak perang berkecamuk pada Oktober tahun lalu, setelah Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel bagian selatan hingga menewaskan sekitar 1.200 orang dan membuat lebih dari 250 orang lainnya disandera.

    Lebih dari 41.000 orang dilaporkan tewas di Jalur Gaza akibat rentetan serangan Israel sejauh ini.

    Pangeran Faisal, dalam pidatonya, mengatakan bahwa perang yang sedang berlangsung telah memicu bencana kemanusiaan yang menghancurkan, termasuk juga kejahatan Israel di Tepi Barat, Masjid Al-Aqsa dan tempat-tempat suci umat Muslim dan Kristen lainnya.

    Ditekankan oleh Pangeran Faisal bahwa hak untuk membela diri, yang selalu diklaim oleh Israel dalam serangannya, tidak membenarkan pembunuhan puluhan ribu warga sipil, pemindahan paksa, penggunaan kelaparan sebagai alat perang, penghasutan, dehumanisasi dan penyiksaan sistematis, termasuk kekerasan seksual dan kejahatan lainnya oleh militer Israel.

    Saudi telah berulang kali menegaskan tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa adanya pembentukan negara Palestina, yang didasarkan pada perbatasan tahun 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.

    Namun, Tel Aviv tidak menunjukkan minat untuk melakukan hal tersebut. Mayoritas anggota parlemen Israel, Knesset, menolak solusi dua negara, sedangkan pemerintahan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu secara konsisten menolak komitmen tersebut.

    Putra Mahkota Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (MBS), pekan lalu, mengatakan bahwa Riyadh tidak akan mengakui Israel tanpa adanya negara Palestina. MBS juga mengutuk keras “kejahatan pendudukan Israel” terhadap rakyat Palestina.

    “Kerajaan tidak akan menghentikan upayanya yang tidak kenal lelah menuju pembentukan negara Palestina yang merdeka dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya, dan kami menegaskan bahwa Kerajaan tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan Israel tanpa hal tersebut,” tegas MBS di depan Dewan Syura.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)