agama: Islam

  • Sejarah Milad GAM yang Diperingati Tiap 4 Desember

    Sejarah Milad GAM yang Diperingati Tiap 4 Desember

    Jakarta, Beritasatu.com – Milad Gerakan Aceh Merdeka (GAM) diperingati setiap 4 Desember. Sebelum GAM berdamai dengan Pemerintah Indonesia pada 15 Agustus 2005, peringatan hari ulang tahun GAM dilakukan dengan upacara militer dan pengibaran bendera bulan bintang. Sekarang, perayaannya lebih sederhana, hanya dengan doa bersama.

    Sejarah milad GAM dimulai dari deklarasi Aceh merdeka oleh Muhammad Hasan di Tiro atau Hasan Tiro pada 4 Desember 1976 di Gunung Halimon, Kabupaten Pidie. Hasan Tiro memposisikan dirinya sebagai wali nanggroe atau wali negara Aceh. 

    Hasan Tiro merupakan cicit dari Teungku Muhammad Saman atau Teungku Chik di Tiro (1836-1891), ulama sekaligus pemimpin perang Aceh melawan Belanda yang diangkat sebagai pahlawan nasional. 

    Teungku Chik di Tiro pernah dinobatkan menjadi wali negara Aceh. Ia bertugas memimpin Kesultanan Aceh saat Sultan Muhammad Daud Syah masih kecil.   

    Hasan Tiro menasbihkan dirinya sebagai wali nanggroe dalam struktur GAM untuk melanjutkan perjuangan Teungku Chik di Tiro. Bagi Hasan Tiro, Aceh tidak pernah menyerah ke Belanda. Menurutnya, Aceh adalah negara berdaulat yang tidak pernah ditaklukkan oleh Belanda, sehingga ia menggugat penggabungan Aceh dalam NKRI.

    Deklarasi Aceh merdeka yang dikumandangkan oleh Hasan Tiro menjadi titik awal GAM melawan Pemerintah Indonesia yang dianggap bertindak tidak adil dan sewenang-wenang terhadap Aceh. 

    Berbeda dengan perlawanan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang dipimpin Teungku Daud Beureueh sebelumnya, tujuan perjuangan GAM adalah menjadikan Aceh sebagai negara berdaulat, pisah dari Indonesia. Meskipun perjuangan GAM ada benang merah dengan DI/TII. Pasalnya, Hasan Tiro adalah orang kepercayaan Daud Beureueh.

    Hasan Tiro sangat marah dengan militer Indonesia yang membantai ratusan orang dalam tragedi Pulot Cot Jeumpa di Leupung, Aceh Besar pada 1954. Pembantaian yang dikaitkan dengan DI/TII itu dimuat di beberapa media ternama seperti koran Indonesia Raya, Keng Po, bahkan New York Times, dan Washington Post yang terbit di Amerika Serikat.

    Hasan Tiro pernah menjadi perwakilan Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Ia melaporkan pembantaian di Pulot Cot Jeumpa ke PBB dan membuat surat protes dengan menyatakan Indonesia melakukan genosida terhadap Aceh. Pemerintah Indonesia berang, akhirnya mencabut kuasa diplomat dari Hasan Tiro. 

    Hasan Tiro kemudian balik mendukung DI/TII dan ia pernah diminta agar diekstradisi oleh Indonesia. Tetapi, Pemerintah Amerika Serikat menjamin hidupnya di Negeri Paman Sam.

    Hasan Tiro hidup mapan sebagai pengusaha di New York dengan istrinya Dora, dan anak sematawayang Karim Tiro. Namun, Hasan Tiro tetap memikirkan Aceh meski paspor Indonesianya sudah dicabut pemerintah. 

    Hasan Tiro diam-diam pulang ke Aceh melalui Kuala Lumpur. Ia mengajak beberapa tokoh pemuda Aceh untuk membahas gagasan perjuangan. Kemudian diproklamasikan Aceh merdeka di Gunung Halimon, Pidie pada 4 Desember 1976.

    Setelah mendeklarasikan Aceh merdeka, Hasan Tiro sebagai wali nanggroe membentuk kabinet pemerintahan negara Aceh Sumatera. Menteri-menterinya terdiri dari anak-anak muda Aceh terdidik kala itu, seperti Husaini Hasan, Zubir Mahmud, Zaini Abdullah, Muchtar Lubis, Malik Mahmud Al-Haytar, Teungku Muhammad Usman Lampoih Awe, Amir Rasyid Mahmud, Daud Panuek, Ilyas Leubei, dan lainnya. 

    Setelah GAM berdiri, Hasan Tiro dan kawan-kawan gencar mengkampanyekan perlawanan terhadap Indonesia dan penyadaran sejarah Aceh. Akibatnya, Hasan Tiro menjadi buronan nomor satu Pemerintah Indonesia. Jakarta menggelar operasi militer dan mengirimkan pasukan dalam jumlah besar untuk menumpas GAM.

    Sikap represif pemerintah menghadapi GAM membuat Hasan Tiro dan kawan-kawan menyiapkan perlawanan secara militer. Hasan Tiro merekrut ratusan pemuda Aceh kemudian dikirim ke Libya untuk latihan militer. Sejak 1989, sebagian pasukan GAM lulusan Libya itu mulai menyusup ke Aceh. 

    Pemerintah Orde Baru kemudian menjadikan Aceh sebagai daerah operasi militer (DOM). Presiden Soeharto mengirim banyak tentara untuk membasmi GAM dengan sandi “operasi jaring merah”. Selama DOM diterapkan di Aceh sampai 1998, banyak pelanggaran HAM terjadi. Ribuan orang menjadi korban pembunuhan, penculikan, pemerkosaan, dan penyiksaan oleh tentara.

    Alih-alih menumpas GAM, pemberlakuan DOM justru membuat konflik Aceh makin panas. Tindakan brutal aparat keamanan selama DOM, membuat rakyat Aceh marah kepada Pemerintah Indonesia, sehingga banyak pemuda, terutama mereka keluarganya jadi korban kekejaman TNI, memilih bergabung dengan GAM untuk “tueng bila” . 

    Tueng bila atau balas dendam merupakan fenomena yang muncul dalam masyarakat Aceh jika merasa harga dirinya sudah dilecehkan. Tradisi tueng bila sudah ada sejak zaman kesultanan dan membudaya lagi di Aceh saat konflik GAM dan RI.

    Setelah gerakan reformasi meruntuhkan dinasti Soeharto pada 1998, pemberlakuan DOM di Aceh dicabut. Sejak itulah pasukan GAM yang pernah latihan militer di Libya pulang semua ke Aceh. Mereka turut merekrut pemuda-pemuda lokal, kemudian dilatih menjadi tentara. GAM makin kuat. Persenjataan mereka pun cukup lengkap.

    Awal 2000-an, konflik Aceh mencapai puncaknya. Hampir di setiap wilayah terjadi baku tembak antara GAM dengan pasukan TNI/Polri. Kecamuk perang di Aceh membuat sendi-sendi ekonomi lumpuh, bahkan pemerintah daerah tidak berjalan normal. Satu per satu nyawa melayang di tangan pihak bertikai. 

    Pemerintah Indonesia dan GAM sempat berupaya berunding dengan difasilitasi oleh lembaga Henry Dunant Center (HDC) yang berkedudukan di Swiss. Namun, perdamaian itu gagal sehingga Presiden Megawati Soekarnoputri memberlakukan darurat militer di Aceh sejak 19 Mei 2003 hingga 18 Mei 2004.

    Sejak darurat militer diumumkan Menkopolkam Susilo Bambang Yudhoyono, kondisi Aceh makin menjadi-jadi. Jakarta mengirim puluhan ribu TNI-Polri untuk melawan GAM yang diperkirakan hanya sekitar 5.000 orang. Kontak senjata antara GAM dan TNI-Polri terjadi di sana-sini. Korban jiwa terus berjatuhan. Dalam dua tahun darurat militer di Aceh, ribuan orang tewas.

  • Kelakar Prabowo Tidak akan Ganti Kapolri dan Panglima TNI

    Kelakar Prabowo Tidak akan Ganti Kapolri dan Panglima TNI

    loading…

    Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto dan Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo. Foto/Istimewa

    KUPANG – Presiden Prabowo Subianto berkelakar bahwa dirinya bisa saja tidak mengganti Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto . Hal itu dikarenakan nama akhir keduanya jika digabung menjadi “Prabowo Subiyanto”.

    “Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto. Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo. Jadi kalau Kapolri dan Panglima TNI nama terakhirnya itu Prabowo Subiyanto. Jangan-jangan enggak diganti-ganti. Jangan-jangan,” kata Prabowo berkelakar saat membuka Sidang Tanwir dan Resepsi Milad ke-112 Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (4/12/2024).

    Dalam kesempatan itu, Prabowo juga menyapa para jajaran kabinet dan pejabat yang hadir. Mereka di antaranya Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana, Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, Ketua Komisi VII DPR Saleh Partaonan Daulay, Gubernur NTT terpilih Melkiades Laka Lena, Mendikdasmen Abdul Mu’ti, dan Wamenlu Anis Matta.

    Menurut Prabowo, tokoh-tokoh tersebut memiliki hubungan dekat dengan Muhammadiyah. “Tadi saya baca, banyak tokoh-tokoh, karena ternyata banyak sekali di antara mereka juga yang ada hubungan dekat dengan Muhammadiyah. Apakah mereka pernah pengurus Muhammadiyah, atau lulusan Universitas Muhammadiyah atau SMA Muhammadiyah,” kata Prabowo.

    Menurut Prabowo, hal itu bukti keberhasilan Muhammadiyah sebagai organisasi kemasyarakatan, sebagai organisasi dakwah. “Dan lebih dari itu, organisasi pendidikan dan kesehatan,” ujarnya.

    Prabowo juga menyampaikan apresiasi atas kontribusi Muhammadiyah selama lebih dari satu abad dalam mendukung kemajuan bangsa. Bahkan, Muhammadiyah telah membuka lembaga-lembaga pendidikan yang tidak hanya untuk umat Islam, tapi untuk semua agama.

    “Saya ucapkan hormat saya kepada Muhammadiyah. Saudara buka lembaga-lembaga pendidikan tidak hanya pada umat Islam, tapi buka untuk semua. Saudara telah memberi contoh dalam toleransi, dalam kehidupan inklusif, dalam kehidupan saling hormat-menghormati, dalam kehidupan saling menjaga, saling mendukung ini sangat penting.”

    (zik)

  • Buka Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah, Prabowo: Saudara Beri Contoh Toleransi

    Buka Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah, Prabowo: Saudara Beri Contoh Toleransi

    loading…

    Presiden Prabowo Subianto secara resmi membuka Sidang Tanwir dan Resepsi Milad ke-112 Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Kupang, NTT. Foto/SINDOnews

    KUPANG – Presiden Prabowo Subianto secara resmi membuka Sidang Tanwir dan Resepsi Milad ke-112 Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).

    Presiden Prabowo tiba di lokasi sekitar pukul 09.00 WITA dan disambut dengan hangat oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dan Rektor Universitas Muhammadiyah Kupang Zainur Wula. Presiden Prabowo juga disambut dengan tarian “Selamat Datang” dan masyarakat sekitar yang telah menunggu kehadirannya.

    Acara kemudian diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya” yang diikuti seluruh peserta. Dilanjutkan dengan lagu “Sang Surya”, simbol semangat dan identitas Muhammadiyah. Selanjutnya, pembacaan Kalam Ilahi dari Surah Al-A’raf Ayat 96 dan Surah Hud Ayat 61 oleh Khairunnisah.

    Dalam sambutannya, Presiden Prabowo menyampaikan apresiasi atas kontribusi Muhammadiyah selama lebih dari satu abad dalam mendukung kemajuan bangsa. Bahkan, Muhammadiyah telah membuka lembaga-lembaga pendidikan yang tidak hanya untuk umat Islam, tapi untuk semua agama.

    “Saya ucapkan hormat saya kepada Muhammadiyah. Saudara buka lembaga-lembaga pendidikan tidak hanya pada umat Islam, tapi buka untuk semua. Saudara telah memberi contoh dalam toleransi, dalam kehidupan inklusif, dalam kehidupan saling hormat-menghormati, dalam kehidupan saling menjaga, saling mendukung ini sangat penting,” ujarnya, Rabu (4/12/2024).

    Prabowo juga menyampaikan ucapan selamat atas Milad ke-112 Muhammadiyah. Kepala Negara berharap Muhammadiyah akan terus meningkatkan perannya di berbagai bidang yang memberikan manfaat nyata bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

    “Harapan ke depan, Muhammadiyah akan terus dalam peranannya di bidang dakwah, kesehatan, pendidikan, melahirkan kemakmuran untuk semua adalah sangat tepat karena kemakmuran adalah tujuan kita,” ucap Presiden.

    Sebagai tanda pembukaan resmi Sidang Tanwir dan Resepsi Milad ke-112 Muhammadiyah, Presiden Prabowo memetik alat musik tradisional khas Nusa Tenggara Timur, Sasando. Bunyi indah dari Sasando menggema di lokasi acara, menjadi simbol harapan dan semangat persatuan yang selaras dengan nilai-nilai luhur Muhammadiyah.

    Turut hadir dalam acara tersebut Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Republik Indonesia Jusuf Kalla (JK), sejumlah Menteri Kabinet Merah Putih, para pimpinan Muhammadiyah dari seluruh Indonesia, tokoh masyarakat, akademisi, pelajar, hingga masyarakat.

    (cip)

  • Bantuan Dengan Dana Pribadi, Boleh Atas Nama Pemberi

    Bantuan Dengan Dana Pribadi, Boleh Atas Nama Pemberi

    GELORA.CO -Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menuai sorotan usai membagikan bantuan sosial kepada warga terdampak banjir di Jakarta Timur. Bantuan tersebut dikemas dalam tas bertuliskan “Bantuan Wapres Gibran” dan “Istana Wakil Presiden”.

    Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno mengkritik langkah tersebut. Ia menegaskan bahwa bantuan yang menggunakan anggaran negara harus disebut sebagai bantuan negara, bukan atas nama pribadi pejabat.

    “Sebaliknya, bantuan dengan dana pribadi boleh disebut atas nama pemberi bantuan,” kata Adi kepada RMOL, Rabu 4 Desember 2024.

    Analis politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta itu juga menyampaikan bahwa sekadar membagikan bantuan bukan ukuran kinerja yang substansial.

    “Segala sesuatu untuk bantuan sudah tersedia. Yang perlu ditonjolkan adalah langkah terukur seperti mengatasi kemiskinan, pengangguran, dan masalah mendasar lainnya,” ujarnya.

    Menurutnya, Wapres Gibran sebaiknya memanfaatkan forum besar untuk menyampaikan gagasan strategis yang akan dijalankan dalam lima tahun ke depan.

    “Hal ini dinilai lebih penting untuk memperlihatkan arah kebijakan pemerintah secara komprehensif, ketimbang bagi-bagi bantuan yang sebenarnya bisa dilakukan Kementerian Sosial,” pungkasnya

  • 1
                    
                        Curhat Dihina Miftah di Pengajian Magelang, Penjual Es Teh: Saya Tersinggung Ada Suara Begitu
                        Yogyakarta

    1 Curhat Dihina Miftah di Pengajian Magelang, Penjual Es Teh: Saya Tersinggung Ada Suara Begitu Yogyakarta

    Curhat Dihina Miftah di Pengajian Magelang, Penjual Es Teh: Saya Tersinggung Ada Suara Begitu
    Tim Redaksi
    MAGELANG, KOMPAS.com –

    Sunhaji
    , seorang
    penjual es teh
    , merasa tersinggung setelah diolok-olok oleh Miftah Maulana Habiburrahman saat acara pengajian di Magelang, Jawa Tengah, pada Rabu (20/11/2024) malam.
    Kejadian tersebut berlangsung di lapangan drh. Soepardi, di mana ribuan orang hadir untuk menyaksikan selawat.
    Saat berjualan es teh keliling, Sunhaji yang berusia 37 tahun “ditegur” oleh Miftah dan menerima hinaan kasar.
    Video olok-olok tersebut telah menyebar luas di berbagai platform media sosial dan ramai diperbincangkan.
    “Saya tersinggung. Wong saya lagi masuk ada suara kayak gitu,” ungkap Sunhaji saat ditemui di rumahnya di Dusun Gesari, Desa Banyusari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang, pada Rabu (4/12/2024).
    Ia menyatakan kekecewaannya terhadap Miftah, seorang tokoh yang memiliki Pondok Pesantren Ora Aji di Daerah Istimewa Yogyakarta.
    Momen tersebut semakin menyakitkan bagi Sunhaji karena sejumlah tokoh yang hadir dan dikenal sebagai ulama turut menertawakan dirinya.
    Acara selawat malam itu dihadiri oleh tokoh-tokoh seperti Habib Zaidan, Muhammad Yusuf Chudlori (Ketua DPW PKB Jateng), dan Usman Ali, pengasuh Asrama Perguruan Islam (API) Al Huda.
    Meski merasa tertekan, Sunhaji memilih untuk tetap melanjutkan aktivitas berjualannya.
    “Saya tetap berjualan. Saya mencari sangu buat pulang,” ujarnya.
    Pria yang memiliki dua anak ini mencatat mendapatkan uang sebesar Rp 35.000 dari tujuh gelas yang terjual.
    “Uang itu buat beli bensin Rp 15.000 dan Rp 20.000 saya bawa pulang untuk sangu anak-anak,” jelasnya, sambil mengungkapkan bahwa salah satu anaknya masih berstatus pelajar SMP dan yang lainnya di SD.
    Sunhaji telah berjualan es teh selama lebih kurang setahun setelah beralih dari pekerjaannya sebagai tukang kayu akibat cedera pada tangan kirinya.
    “Jadinya, untuk angkat yang berat-berat tidak kuat. Makanya, saya jualan seperti ini,” imbuhnya.
    Ia berharap dapat terus berjuang di acara-acara besar yang menarik banyak pengunjung, seperti pengajian akbar, untuk mencari nafkah bagi keluarganya.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Inilah 5 Film Sejarah Terbaik yang Dijamin Pasti Seru

    Inilah 5 Film Sejarah Terbaik yang Dijamin Pasti Seru

    Liputan6.com, Yogyakarta – Sinematik dan menggetarkan, kelima film sejarah ini telah mengukir jejak tak terhapuskan dalam industri perfilman global. Dari medan perang Salib hingga medan pertempuran Revolusi Prancis, setiap film memiliki kemampuan untuk mengangkat kisah-kisah heroik yang terlupakan dengan cara yang memukau penonton.

    Melalui keahlian sutradara ternama seperti Ridley Scott, Mel Gibson, dan Steven Spielberg, sejarah tidak lagi sekadar tulisan di buku, melainkan hidup dan bernapas di layar lebar. Mengutip dari berbagai sumber, berikut lima film sejarah yang harus Anda tonton:

    1. Kingdom Of Heaven

    Kingdom of Heaven adalah film epik berlatar belakang Perang Salib abad ke-12 yang bercerita tentang konflik antara Kristen dan Muslim di Yerusalem. Film ini disutradarai oleh Ridley Scott dan dirilis pada tahun 2005.

    Film ini bercerita tentang Balian de Ibelin (Orlando Bloom), seorang pandai besi dari Perancis yang pergi ke Yerusalem untuk mencari pengampunan Tuhan. Film ini juga dibintangi oleh Eva Green, Liam Neeson, Edward Norton, dan Marton Csokas.

    Sebagian besar syuting film ini berlangsung di Ouarzazate, Maroko, dan di Spanyol. Film ini menerima respons positif dari penonton dan meraih rating 7,2/10 dari 283 ribu pengulas di situs IMDb.

    2. Apocalypto

    Film Apocalypto adalah film aksi-petualangan yang menceritakan perjalanan Jaguar Paw, seorang pemuda dari suku Maya, untuk menyelamatkan keluarganya dari serangan suku Maya lainnya. Film ini berlatar belakang di Yucatán, Meksiko, sekitar tahun 1502.

    Film ini disutradarai oleh Mel Gibson dan dibintangi oleh Rudy Youngblood dan Morris Birdyellowhead. Berbeda dengan yang lainnya, film ini menggunakan bahasa Maya.

    Melalui penayangannya, film ini berhasil meraup lebih dari $120 juta di seluruh dunia. Film ini juga berhasil menembus tiga nominasi penghargaan Oscar pada 2007.

    3. Braveheart

    Film yang rilis pada 1995 ini mengisahkan sejarah Inggris dan Skotlandia melalui tokoh bernama William Wallace. William Wallace adalah seorang pemberontak dari Skotlandia, yang ingin bebas dari pemerintahan Inggris yang mencekam negerinya.

    Film ini disutradarai dan diproduksi oleh Mel Gibson, yang juga berperan sebagai William Wallace. Braveheart berlatar pada era pemerintahan Raja Edward I dari kerajaan Inggris. Dalam keseksesannya, film ini berhasil memenangi lima Academy Awards pada tahun 1996, termasuk film terbaik dan sutradara terbaik.

     

  • Gus Miftah Disebut Hina Penjual Es Teh, Selami Lagi Makna Sapaan ‘Gus’ dalam Budaya Jawa Islam, Bukan untuk Orang Sembarangan

    Gus Miftah Disebut Hina Penjual Es Teh, Selami Lagi Makna Sapaan ‘Gus’ dalam Budaya Jawa Islam, Bukan untuk Orang Sembarangan

    Liputan6.com, Jakarta – Baru-baru ini jagat media sosial diramaikan dengan cuplikan video ceramah Gus Miftah, yang disebut mempermalukan seorang bapak penjual es di tengah para jemaahnya. Bapak penjual es teh dan minuman yang sedang membawa dagangan di kepalanya itu disebut goblok oleh Gus Miftah dan jadi bahan bercandaan dalam ceramah.

    “Es teh mu masih banyak tidak? Ya dijual, goblok!” kata Miftah disambut gelak tawa orang-orang di sekitarnya.

    Terkait konteks isi ceramah secara keseluruhan atau tidak, warganet menilai apa yang diucapkan Gus Miftah kepada bapak penjual es teh adalah sesuatu yang tidak pantas. Tak heran jika warganet banyak yang menghujat Gus Miftah dan mengorek kembali sapaan ‘Gus’ yang melekat pada dirinya.

    “Miftah nama aslinya Ta’im, ayahnya orang Lampung bekerja serabutan. Ta’im dulu marbot di masjid Mergansang saat kuliah dan gak lulus,” tulis warganet.

    “Gus, tapi bukan anak kiai,” tulis warganet lainnya.

    “Cancel culture aja deh, plis sakit hati banget liatnya,” tulis warganet lagi.

    Lalu sebenarnya apa makna di balik sapaan ‘Gus’? ‘Gus’ merupakan gelar yang awalnya populer di kalangan santri dan masyarakat tradisional Jawa. Mengutip Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ‘gus’ bermakna nama julukan atau nama panggilan kepada laki-laki. Gelar tersebut merujuk pada ‘bagus, tampan, atau pandai’. Gus adalah panggilan kehormatan, sebutan untuk laki-laki keturunan kiai yang belum cukup untuk disebut kiai.

    Akhir-akhir ini sematan ‘Gus’ untuk menyebut nama seseorang kian marak. Entah itu itu politikus, YouTuber, paranormal, pelaku praktik perdukunan, pengobatan alternatif, hingga penceramah. Sematan Gus telah dikapitalisasi menjadi sebuah brand, merek dagang yang diyakini bernilai jual tinggi. Gus telah menjelma menjadi kebutuhan untuk orang-orang yang tengah menyasar segmen masyarakat tertentu.

    Padahal, sejatinya Gus tidaklah sesederhana kata dengan tiga huruf. Gus harus mewakili sosok, nasab, keilmuan dan tradisi pesantren, tidak sembarang orang bisa menggunakan sematan Gus pada namanya.

    Soal pemanfaatan kata Gus oleh orang yang ‘tak berhak’ ini, pengasuh Pesantren Asrama Queen Darul Ulum Rejoso, Peterongan, Jombang HM Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) mengatakan bahwa orang yang bukan keturunan kiai, tapi dipanggil ‘Gus’ adalah ‘Gus’ naturalisasi. Termasuk kapitalisasi panggilan ‘Gus’.

    “Definsi ‘Gus’ itu simpel. ‘Gus’ adalah sebutan untuk putra seorang kiai. Sebutan ‘Gus’ untuk seseorang yang bukan putra kiai adalah Gus jadi jadian, Gus naturalisasi, baik ciptaan media maupun panggilan seenaknya dari para pengikut atau pengagumnya,” jelas Gus Hans dikutip NU Online.

    Menurutnya, mereka yang menyandang panggilan ‘Gus’ tidak harus alim dalam bidang agama. Namun, sangatlah disayangkan jika panggilan ‘Gus’ dikapitalisasi untuk menipu atau mencari keuntungan materi.

    “Saat ini, siapa saja bisa mengaku ‘Gus’ untuk mendapatkan privilege yang bisa dikapitalisasi,” jelasnya.

    Bagi dia, sangat disayangkan juga ketika praktik pengobatan alternatif dibungkus dengan atribut agama atau panggilan ‘Gus’ agar laris. Ada juga orang yang mendadak ‘Gus’ saat menjelang pemilu agar orang lebih percaya.

    “Bisnis permainan kepercayaan ini memang lebih menggiurkan karena tidak perlu ada alokasi anggaran uji kompetensi, uji klinis, dan penelitian. Penentuan tarifnya pun tidak ada HET (harga eceran tertinggi) layaknya obat pabrikan,” ucap dia.

    Praktik pengobatan alternatif atau biasanya disebut perdukunan akan semakin laris ketika ada label panggilan ‘Gus’ di depannya. Status sosialnya akan naik dan banyak yang datang minta obat. Harga biasanya seikhlasnya, tapi tanpa penentuan batas harga tertinggi.

    “Penghasilan tinggi ini yang dibutuhkan hanyalah kemampuan komunikasi dan teaterikal dalam meyakinkan pasien. Kemampuan yang tidak kalah penting untuk dimiliki adalah tatag melawan hati nurani,” imbuh Wakil Rektor UNIPDU Jombang ini.

    Seharusnya, kata dia, jika sebutan ‘Gus’ diberikan kepada seseorang karena dia putra kiai, lalu apa yang bisa dibanggakan? Justru yang ada adalah beban moral menjaga nama besar orang tuanya.

    “Ada beban mental ketika kemampuannya terkadang tidak dapat menjawab ekspektasi masyarakat,” ujar Gus Hans.

    Hal senada disampaikan oleh Pengasuh Pesantren Putri Tebuireng KH Fahmi Amrullah Hadzik mengatakan bahwa gelar ‘Gus’ tidak sembarangan boleh dipakai seseorang.

    Menurut Gus Fahmi, menyandang gelar ‘gus’, lora, ajengan, dan lain sebagainya merupakan penanda bahwa dia putra ulama/kiai, tentu tidak sembarangan. Harus diiringi sifat, akhlak, dan adab yang baik.

    “Sekarang banyak yang latar belakangnya tidak jelas, tapi punya kemampuan sedikit sudah dipanggil ‘Gus’. Repotnya lagi, banyak yang memanipulasi gelar ‘Gus’ untuk keburukan. Tentu ini berbahaya bagi ‘Gus-Gus’ yang baik dan memang putra kiai,” kata cucu Hadratussekh Hasyim Asy’ari ini.

     

  • Viral Beredar Kartu Nikah Palsu, Kemenag Klarifikasi Kartu Nikah Digital Format yang Resmi

    Viral Beredar Kartu Nikah Palsu, Kemenag Klarifikasi Kartu Nikah Digital Format yang Resmi

    Jakarta, Beritasatu.com – Viral di media sosial, sebuah kartu nikah palsu yang hanya menampilkan foto suami di bagian depan dengan tulisan “Kementrian Agama” (bukan “Kementerian Agama”), dan bagian belakang terdapat empat kolom untuk foto istri. 

    Ternyata, kartu tersebut bukanlah format resmi yang diterbitkan oleh Kementerian Agama (Kemenag) dan termasuk dalam kategori hoaks.

    Dirjen Bimas Islam, Kamaruddin Amin, menegaskan bahwa kartu nikah palsu tersebut tidak pernah dikeluarkan oleh Kemenag. “Kartu dengan foto suami dan empat kolom foto istri itu bukan kartu resmi yang diterbitkan Kementerian Agama. Itu termasuk hoaks karena mengatasnamakan dan menggunakan logo Kemenag,” tegas Kamaruddin Amin dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, dikutip Selasa (3/12/2024).

    Kamaruddin menjelaskan bahwa mulai Agustus 2021, Kemenag tidak lagi menerbitkan kartu nikah fisik. Sebagai gantinya, pasangan pengantin yang menikah akan mendapatkan kartu nikah digital. Kartu nikah digital ini menampilkan foto pasangan suami dan istri di bagian depan, lengkap dengan nama suami, nama istri, serta tanggal akad nikah. 

    Pada bagian atas kartu terdapat nama Kementerian Agama Republik Indonesia, diapit oleh gambar Garuda dan logo Kemenag.

    Selain itu, di bagian bawah kartu terdapat informasi mengenai KUA tempat menikah, nomor akta, serta barcode yang dapat dipindai untuk terhubung dengan data server Bimas Islam. Data lengkap pasangan pengantin dapat diakses melalui pemindaian barcode tersebut.

    Kamaruddin Amin menambahkan bahwa layanan kartu nikah digital ini dapat diakses di semua Kantor Urusan Agama (KUA) yang telah terintegrasi dengan Sistem Informasi Manajemen Nikah (Simkah Web). Saat ini, tercatat sudah ada lebih dari 5.800 KUA yang telah terintegrasi dengan Simkah Web dan jumlah ini terus berkembang.

    Proses untuk mendapatkan kartu nikah digital sangat mudah. Pasangan calon pengantin cukup mengisi formulir pendaftaran melalui Simkah Web di https://simkah.kemenag.go.id/. Setelah melaksanakan akad nikah, kartu nikah digital akan dikirimkan melalui email atau WhatsApp yang telah didaftarkan oleh pasangan pengantin.

    Untuk menghindari kartu nikah palsu, penting untuk dicatat. Bahwa kartu nikah digital bukan pengganti buku nikah fisik. Pasangan pengantin tetap akan menerima buku nikah secara fisik. Namun, kartu nikah digital akan diberikan melalui email atau WhatsApp. Bagi pasangan yang menginginkan kartu nikah fisik, mereka dapat mengajukan permohonan ke kepala KUA setempat, selama persediaan kartu fisik masih ada.

  • Mahasiswa UTM Dibunuh lalu Dibakar, Presma Tuntut Pelaku Dihukum Mati

    Mahasiswa UTM Dibunuh lalu Dibakar, Presma Tuntut Pelaku Dihukum Mati

    Bangkalan (beritajatim.com) – Aksi pembakaran dan pembunuhan terhadap mahasiswa UTM, berinisial EJ (20) asal Tulungagung, mendapat kecaman dari sejumlah pihak. Terutama pihak UTM sebagai lembaga tempat korban belajar.

    Presma UTM, Moh Anis Anwari, mengatakan sebagai bentuk solidaritas dan rasa kehilangan terhadap salah satu mahasiswa UTM, ia dan seluruh pihak kampus memakai pita hitam sebagai bentuk rasa duka.

    “Kami sangat terpukul, dan sangat berduka cita, saudara kami dibunuh dengan cara yang tidak manusiawi,” terangnya, Selasa (3/12/2024).

    Ia juga meminta agar pihak kepolisan menangani kasus ini secara serius. Bahkan ia berharap pelaku mendapatkan hukuman setimpal.

    “Hukuman mati adalah sanksi yang paling pantas untuk pelaku,” imbuhnya.

    Tak hanya itu, pihaknya mengaku akan mengawal kasus tersebut hingga jatuh putusan terhadap pelaku pembunuhan dan pembakaran itu. Ia juga mengancam akan melakukan perlawanan jika terdapat pihak yang berusaha menganulir kasus sadis tersebut.

    “Kami akan kawal proses ini hingga putusan terhadap pelaku, bila mana ada lembaga yang tidak profesional dalam mengusut kasus ini, kami sampaikan bahwa perlawanan itu akan datang dan terus berlipat ganda,” pungkasnya.

    Kronologi Pembunuhan

    Seperti diberitakan sebelumnya, kasus pembakaran seorang perempuan di Desa Banjar, Kecamatan Galis, Kabupaten Bangkalan, mulai terungkap. Sebab, pelaku berhasil ditangkap saat kabur ke rumah orang tuanya usai membakar korban.

    Kapolres Bangkalan, AKBP Febri Isman Jaya mengatakan, pelaku yakni Moh Maulidi Al Izhaq (21) asal Desa Lantek Timur, Kecamatan Galis, Bangkalan. Sedangkan korban yakni EJ (20) asal Kabupaten Tulungagung yang merupakan mahasiswa Fakultas Pertanian semester 5 Universitas Trunojoyo Madura (UTM).

    “Pelaku saat ini masih kuliah di STIT Al Ibrohimy Bangkalan, sudah semester 7 jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI),” terangnya, Senin (2/12/2024).

    Febri mengatakan, kejadian sadis itu bermula saat pelaku mengajak korban untuk mengugurkan kandungannya yang berusia 2 bulan. Pelaku lalu mengajak korban ke sebuah tempat pijat kandungan di wilayah Galis, sekitar pukul 19.00 tadi malam (1/12).

    Namun, sebelum tiba di tempat itu keduanya cekcok diatas motor. Korban meminta pelaku bertanggungjawab dan mengancam akan melaporkan pelaku ke polisi. “Menurut pelaku, korban ini hamil 2 bulan namun kami akan memastikan melalui pemeriksaan medis,” imbuhnya.

    Pelaku yang gelap mata lalu memberhentikan laju motornya di sebuat tempat sepi bekas gudang pemotongan kayu di Desa Banjar Kecamatan Galis, Bangkalan. Di tempat itu, pelaku lalu mengeluarkan goloknya. “Jadi senjata tajam itu sudah dibawa oleh pelaku dari rumahnya, pengakuannya golok itu selalu dibawa,” ungkapnya.

    Usai mengeluarkan golok itu, pelaku langsung membacok badan korban. Korban sempat lari namun pelaku membacok bagian kepala korban. “Korban sempat melindungi kepalanya dengan tangan, namun pelaku kembali membacok hingga jari korban terputus,” ujarnya.

    Korban yang sudah tidak berdaya itu lalu jatuh ke tanah. Pelaku lalu menggorok leher korban hingga nyaris terputus. Tak cukup sampai disitu, pelaku menyeret korban ke dekat gudang kosong itu lalu membakarnya. “Pelaku membakar korban menggunakan bensin yang ia beli dari toko sekitar lokasi. Aksi itu dilakukan untuk menghilangkan barang bukti,” pungkasnya.[sar/but]

  • Cara Imigrasi dan LDII Merawat Kebangsaan di Perbatasan

    Cara Imigrasi dan LDII Merawat Kebangsaan di Perbatasan

    Liputan6.com, Batam – Warga yang tinggal di perbatasan Indonesia seperti di Provinsi Kepulauan Riau sering harus ke luar perbatasan untuk kegiatan. Daerah perbatasan juga menjadi pintu keluar masuk dari luar dan dalam negeri.

    Hal ini menjadi perhatian serius Keimigrasian RI karena rawan terjadi tindak Pidana Penjualan Orang (human trafficking). Masalah lain adalah layanan keimigrasian yang dianggap masih rumit dan mahal.

    Direktur Jendral Intelejen Imigrasi Irjen Pol Anom Wibowo menyebutkan bahwa pihaknya baru saja mendapatkan ide, inisiatif dari Kantor Imigrasi Khusus Batam. Ide itu yakni mendekatkan pelayanan keimigrasian kepada masyarakat.

    “Salah satu layanan yang diberikan adalah pembuatan paspor elektronik,“ katanya.

    Imigrasi menggandeng Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) untuk menjaring anggota LDII yang memiliki mobilitas lintas batas negara. Kerja sama ditegaskan saat kunjungan Dirjen Imigrasi ke Pondok Pesantren Abdu Dhohir Patam Lestari, Sekupang, Batam.

    “Kami juga mengajak masyarakat, khususnya para santri, santriwati untuk memberikan informasi jika ada hal-hal mencurigakan,” kata Anom.

    Pada bagian lain, menyoroti masih adanya kasus TPPO atau human trafficking. Negara jelas sangat sulit melindungi ketika ada masyarakat yang masuk dan bekerja secara ilegal tanpa dokumen apapun ke negara lain.

    “Mereka bisa menjadi korban perdagangan manusia, tidak digaji, dianiaya, bahkan diperkosa atau perlakuan lain yang merugikan,” kata Anom.

    Sementara itu, Kepala Kantor Imigrasi Khusus Batam, Hajar Aswad menyebut bahwa program mereka diharapkan bisa menjaga roh kebangsaan sekaligus menjaga kedaulatan Indonesia.

    “Program ini dirancang untuk mereka yang memiliki keterbatasan waktu dan sejenisnya,” katanya.

    Namun, program ini dilaksanakan dengan batas kuota tertentu. Menurutnya petugas imigrasi juga butuh waktu istirahat.

    “Biasanya kami memprioritaskan jumlah pemohon di atas 50 orang,” katanya.

    Kemudian disampaikan, masyarakat yang hendak memanfaatkan program ini, instansi, komunitas, organisasi masyarakat (ormas), maupun sekolah dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Kantor Imigrasi Batam. Setelah itu, Kanim Batam akan mengoordinasikan jadwal pelayanan berdasarkan jumlah peserta yang diajukan.

    Hingga saat ini, beberapa organisasi seperti Muhammadiyah, NU, Lembaga Adat Melayu, dan LDII adalah contoh pengguna.

    Sementara itu, Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Kota Batam K.H Rudi Budy Suhardi mengatakan bahwa inovasi Keimigrasian tersebut sangat membantu.

    “Kami punya banyak da’i-da’i yang sering keluar masuk perbatasan untuk berinteraksi. Apalagi kami punya program pengabdian yang akhirnya menjadi program lintas batas karena menyangkut umat,” katanya.

    Apresiasi diberikan kepada Kantor Imigrasi Khusus Batam atas respon cepat terhadap ajuan LDII Batam dalam pembuatan paspor kolektif.

    “Sejak COVID berakhir, banyak yang tidak membuat paspor. Hari ini kami mengajukan pembuatan paspor untuk 75 orang,” katanya.