agama: Islam

  • Dari Kolaborasi Menuju Peradaban Inklusif

    Dari Kolaborasi Menuju Peradaban Inklusif

    loading…

    Anggota BPJI PBNU, Eko Ernada. FOTO/NU ONLINE

    Eko Ernada
    Anggota Badan Pengembangan Jaringan Internasional (BPJI-PBNU)
    Ketua PCI NU Australia-New Zealand (2007-2012)

    APA makna 102 tahun (31 Januari) bagi sebuah organisasi sebesar Nahdlatul Ulama (NU) ? Bagi NU, usia ini bukan sekadar angka, melainkan cerminan dari perjalanan panjang yang penuh dedikasi dalam menjaga keutuhan bangsa dan memperjuangkan nilai-nilai Islam moderat. Pencapaian ini menggambarkan peran historis NU sebagai motor penggerak perdamaian, harmoni, dan pemberdayaan masyarakat. Motto kepengurusan NU di bawah Kiai Miftachul Akhyar dan Kiai Yahya Cholil Staquf, “Merawat Jagat, Membangun Peradaban” menjadi panduan strategis yang mempertegas pentingnya kolaborasi dalam membangun masa depan.

    Kolaborasi mencerminkan semangat untuk tolong-menolong dalam kebaikan yang tidak hanya bersifat pragmatis tetapi juga bernilai spiritual. Prinsip ini diabadikan dalam QS Al-Maidah: 2, yang berbunyi: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. Dalam konteks ini, kolaborasi menjadi alat strategis sekaligus cerminan nilai spiritual Islam yang mendalam.

    Dengan lebih dari 56,9% penduduk Indonesia, atau sekitar 159 juta orang, yang mengidentifikasi diri sebagai bagian dari NU (data LSI 2023), organisasi ini memiliki kapasitas besar untuk menjadi katalis dalam mewujudkan semangat kolaborasi ini. Basis anggota yang masif ini menunjukkan tidak hanya kekuatan demografis NU, tetapi juga tanggung jawab besar dalam mengintegrasikan prinsip-prinsip Islam rahmatan lil alamin ke dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Tantangan zaman yang dihadapi saat ini jauh lebih kompleks, mencakup dinamika geopolitik, populisme agama, krisis ekologi, dan disrupsi sosial akibat perkembangan teknologi digital.

    Secara historis, Islam telah membuktikan bahwa kolaborasi adalah pilar utama peradaban. Pada masa Kekhalifahan Abbasiyah, ilmuwan Muslim bekerja sama dengan berbagai budaya seperti Yunani, Persia, dan India untuk menghasilkan inovasi besar dalam ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi. Kolaborasi lintas budaya ini menjadi bukti bahwa kemajuan peradaban tidak bisa dicapai secara eksklusif, melainkan melalui sinergi yang inklusif.

    Peradaban inklusif, sebagaimana ditegaskan oleh pemikir Islam seperti Ibn Khaldun, adalah peradaban yang terbuka terhadap dialog lintas budaya dan lintas agama, menciptakan ruang bagi keberagaman untuk berkembang menjadi kekuatan bersama. Hal ini tetap relevan di era modern, di mana tantangan global seperti perubahan iklim, disinformasi, dan ketimpangan sosial memerlukan pendekatan kolaboratif yang melibatkan berbagai elemen masyarakat.

    Tantangan zaman saat ini menempatkan agama dalam sorotan yang semakin tajam. Konflik berbasis agama di Timur Tengah terus menciptakan ketegangan yang meluas lintas negara. Di sisi lain, meningkatnya Islamofobia di Eropa dan Amerika Utara menunjukkan tantangan persepsi global terhadap Islam yang perlu dijawab dengan narasi Islam moderat. Populisme agama, yang mempolarisasi masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia, semakin memperjelas urgensi untuk memperkuat narasi keberagaman dan toleransi. NU, dengan warisan Islam moderatnya, memiliki posisi strategis untuk menjawab tantangan ini melalui kolaborasi lintas agama dan budaya.

    Selain itu, krisis ekologi telah menciptakan ancaman nyata yang memerlukan solusi berbasis nilai keagamaan. Pemanasan global, kerusakan lingkungan, dan eksploitasi sumber daya alam menuntut respons yang terkoordinasi. Dalam hal ini, NU dapat memainkan peran penting melalui pendekatan keberlanjutan yang terinspirasi oleh nilai-nilai Islam. Muktamar Fiqih Peradaban, misalnya, dapat menjadi ruang untuk merumuskan strategi berbasis ajaran Islam yang relevan dengan pelestarian lingkungan dan keadilan ekologi.

    Perkembangan teknologi digital juga menghadirkan disrupsi sosial yang tidak kalah signifikan. Teknologi digital telah menciptakan peluang sekaligus tantangan bagi organisasi seperti NU. Di satu sisi, teknologi dapat digunakan untuk memperluas jangkauan dakwah, mempromosikan Islam moderat, dan membangun kesadaran global tentang nilai-nilai keislaman yang inklusif.

    Namun, di sisi lain, teknologi juga digunakan untuk menyebarkan disinformasi, narasi ekstremis, dan hoaks yang merusak harmoni sosial. Oleh karena itu, literasi digital menjadi agenda penting bagi NU untuk memastikan penggunaan teknologi yang mendukung keberlanjutan peradaban.

  • Salah Besar Prabowo Terus Dikaitkan dengan Jokowi

    Salah Besar Prabowo Terus Dikaitkan dengan Jokowi

    GELORA.CO – Kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto tidak dapat disamakan atau dikaitkan dengan gaya pemerintahan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) alias Jokowi.

    Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mengatakan, sejak dilantik, Prabowo telah menunjukkan jati diri sebagai presiden yang independen dan tidak berada di bawah bayang-bayang siapa pun.

    “Adalah sebuah kesalahan besar jika masih ada pihak yang mengaitkan Prabowo dengan Jokowi dalam hal kepemimpinan,” ujar Adi Prayitno kepada RMOL, Selasa 28 Januari 2025.

    Prabowo tidak hanya meneruskan program-program yang baik dari era Jokowi, tetapi juga membawa banyak perubahan baru yang lebih sesuai dengan gaya dan visinya sendiri. 

    Hal ini menandakan bahwa Prabowo benar-benar presiden yang berdiri di atas kaki sendiri. Prabowo menjadi presiden dengan gaya kepemimpinan yang mandiri. 

    “Jokowi itu sudah menjadi masa lalu dan tidak ada relevansinya lagi dengan Prabowo,” tegas analis politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta itu.

    Adi menggarisbawahi, setiap presiden memiliki karakteristik dan pendekatan tersendiri dalam menjalankan tugasnya sebagai kepala negara. Tidak ada ruang untuk membanding-bandingkan, karena tantangan yang dihadapi pun berbeda.

  • Kalender Jawa Februari 2025 Lengkap Wuku, Weton, Hari Pasaran, Neptu, dan Penanggalan Islam 1446 H – Halaman all

    Kalender Jawa Februari 2025 Lengkap Wuku, Weton, Hari Pasaran, Neptu, dan Penanggalan Islam 1446 H – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Inilah kalender Jawa Februari lengkap dengan Wuku, Weton, Hari Pasaran, Neptu dan penanggalan Islam 1446 Hijriah.

    Dalam kalender Jawa Februari 2025 diketahui terdapat 28 hari.

    Awal kalender Jawa Februari 2025 dimulai dengan hari Sabtu Wage, 2 Ruwah 1958 Ja atau dalam kalender Hijriah jatuh pada 2 Syakban 1446 H.

    Sementara akhir bulan kalender Jawa Februari 2025 yakni 28 Februari 2025 jatuh tepat pada Jumat Legi, 29 Ruwah 1958 Ja atau 29 Syakban 1446 H.

    Lebih lengkapnya simak kalender Jawa Februari 2025 lengkap dengan Wuku, Weton, Hari Pasaran, Neptu dan penanggalan Islam 1446 Hijriah, berikut ini.

    Kalender Jawa Februari 2025

    Sabtu Wage, 1 Februari 2025 = 2 Ruwah 1958 Ja = 2 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 13 = Wuku Dukut
    Minggu Kliwon, 2 Februari 2025 = 3 Ruwah 1958 Ja = 3 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 13 = Wuku Watu Gunung
    Senin Legi, 3 Februari 2025 = 4 Ruwah 1958 Ja = 4 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 9 = Wuku Watu Gunung
    Selasa Pahing, 4 Februari 2025 = 5 Ruwah 1958 Ja = 5 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 12 = Wuku Watu Gunung
    Rabu Pon, 5 Februari 2025 = 6 Ruwah 1958 Ja = 6 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 14 = Wuku Watu Gunung
    Kamis Wage, 6 Februari 2025 = 7 Ruwah 1958 Ja = 7 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 12 = Wuku Watu Gunung
    Jumat Kliwon, 7 Februari 2025 = 8 Ruwah 1958 Ja = 8 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 14 = Wuku Watu Gunung
    Sabtu Legi, 8 Februari 2025 = 9 Ruwah 1958 Ja = 9 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 14 = Wuku Watu Gunung
    Minggu Pahing, 9 Februari 2025 = 10 Ruwah 1958 Ja = 10 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 14 = Wuku Sinta
    Senin Pon, 10 Februari 2025 = 11 Ruwah 1958 Ja = 11 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 11 = Wuku Sinta
    Selasa Wage, 11 Februari 2025 = 12 Ruwah 1958 Ja = 12 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 7 = Wuku Sinta
    Rabu Kliwon, 12 Februari 2025 = 13 Ruwah 1958 Ja = 13 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 15 = Wuku Sinta
    Kamis Legi, 13 Februari 2025 = 14 Ruwah 1958 Ja = 14 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 13 = Wuku Sinta
    Jumat Pahing, 14 Februari 2025 = 15 Ruwah 1958 Ja = 15 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 15 = Wuku Sinta
    Sabtu Pon, 15 Februari 2025 = 16 Ruwah 1958 Ja = 16 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 16 = Wuku Sinta
    Minggu Wage, 16 Februari 2025 = 17 Ruwah 1958 Ja = 17 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 9 = Wuku Landep
    Senin Kliwon, 17 Februari 2025 = 18 Ruwah 1958 Ja = 18 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 12 = Wuku Landep
    Selasa Legi, 18 Februari 2025 = 19 Ruwah 1958 Ja = 19 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 8 = Wuku Landep
    Rabu Pahing, 19 Februari 2025 = 20 Ruwah 1958 Ja = 20 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 16 = Wuku Landep
    Kamis Pon, 20 Februari 2025 = 21 Ruwah 1958 Ja = 21 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 15 = Wuku Landep
    Jumat Wage, 21 Februari 2025 = 22 Ruwah 1958 Ja = 22 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 15 = Wuku Landep
    Sabtu Kliwon, 22 Februari 2025 = 23 Ruwah 1958 Ja = 23 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 17 = Wuku Landep
    Minggu Legi, 23 Februari 2025 = 24 Ruwah 1958 Ja = 24 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 10 = Wuku Wukir
    Senin Pahing, 24 Februari 2025 = 25 Ruwah 1958 Ja = 25 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 13 = Wuku Wukir
    Selasa Pon, 25 Februari 2025 = 26 Ruwah 1958 Ja = 26 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 10 = Wuku Wukir
    Rabu Wage, 26 Februari 2025 = 27 Ruwah 1958 Ja = 27 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 11 = Wuku Wukir
    Kamis Kliwon, 27 Februari 2025 = 28 Ruwah 1958 Ja = 28 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 16 = Wuku Wukir
    Jumat Legi, 28 Februari 2025 = 29 Ruwah 1958 Ja = 29 Syakban 1446 Hijriyah = Neptu 11 = Wuku Wukir

    Link Download Kalender Februari 2025: KLIK

    Sebagai informasi, penanggalan Jawa biasanya digunakan untuk menghitung weton, menentukan hari baik pernikahan hingga membaca perwatakan maupun peruntungan.

    Pasaran Jawa adalah tradisi penanggalan yang sering dipakai untuk mencari peruntungan baik.

    Sementara, itu weton adalah kombinasi dari tujuh hari dalam seminggu, yaitu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, dan Minggu dengan lima hari pasaran Jawa.

    Kemudian dalam tradisi masyarakat Jawa ada Wuku, yakni sistem penanggalan Jawa yang terdiri dari 30 siklus.

    Wuku berotasi dalam siklus 210 hari yang diperoleh dari perhitungan jumlah hari dalam seminggu (7) dikalikan dengan jumlah Wuku (30).

    Setiap Wuku akan berotasi setiap 7 hari,yang dikenal sebagai sapta wara.

    Rotasi sapta wara ini dimulai dari hari Minggu hingga Sabtu.

    Pada tanggalan Jawa Februari 2025 terdapat beberapa nama Wuku, yaitu Dukut, Gunung, Sinta, Landep dan Wukir.

    (Tribunnews.com/M Alvian Fakka)

  • Warga Sambut Baik Pemasangan 100 Lampion di Sekitar Masjid Tjia Kang Hoo

    Warga Sambut Baik Pemasangan 100 Lampion di Sekitar Masjid Tjia Kang Hoo

    Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

    TRIBUNJAKARTA.COM, PASAR REBO – Pemasangan ratusan lampion yang dilakukan pengurus Masjid Tjia Kang Hoo di Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur menjelang Imlek 2576 Kongzili disambut baik warga.

    Ketua Yayasan Haji Abdul Soleh, Pranowo mengatakan sejak satu pekan lalu pemasangan lampion dimulai warga di sekitar Masjid Tjia Kang Hoo sudah menyatakan dukungan.

    Pemasangan 100 lampion menjelang Imlek 2576 Kongzili dilakukan untuk menghormati, sekaligus menjaga budaya leluhur mereka sebagai keturunan Tionghoa.

    “Kita punya dakwah dengan cara kita sendiri. Mereka responnya sangat baik, sangat mendukung, sangat senang,” kata Pranowo di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Selasa (28/1/2025).

    Tak hanya mendukung, warga keturunan Tionghoa bahkan membantu pengurus Masjid Tjia Kang Hoo untuk memasang lampion dari akses Jalan Tipar Raya menuju Jalan Haji Soleh.

    Bagi warga etnis Tionghoa yang bermukim di lingkungan RW 07, perbedaan keyakinan beragama bukan penghalang untuk saling menghormati serta hidup rukun bermasyarakat.

    Di wilayah Kelurahan Pekayon pun terdapat Vihara, Gereja, dan Masjid, di mana masing-masing umat beragama hidup berdampingan dengan saling menghormati.

    “Jadi pada saat pemasangan lampion ini warga sekitar yang bukan Muslim ikut membantu. Makanya Alhamdulillah responnya sangat-sangat senang dari mereka,” ujarnya.

    Pranowo menuturkan sejak awal pembangunan Masjid Tjia Kang Hoo hingga kini digunakan untuk menunaikan salat berjemaah, warga sekitar memang sudah mendukung pembangunan.

    Bahkan kini banyak warga berbeda keyakinan datang untuk sekadar melihat arsitektur Masjid Tjia Kang Hoo yang memadukan Islam dengan budaya Tionghoa, dan Betawi.

    “Mereka datang, bahkan hampir setiap hari yang ada di lingkungan sini itu walaupun mereka non Muslim mereka datang. Ada di depan (masjid), mereka mendekat ke sini. Responnya baik,” tuturnya.

    Caption foto : Lampion yang dipasang di sekitar area Masjid Tjia Kang Hoo, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Selasa (28/1/2025). TRIBUNJAKARTA.COM/BIMA PUTRA


    Dikirim dari aplikasi Mail untuk Android

  • Golkar Dukung Revisi UU Minerba, Perguruan Tinggi Bisa Terjun ke Bisnis Tambang – Page 3

    Golkar Dukung Revisi UU Minerba, Perguruan Tinggi Bisa Terjun ke Bisnis Tambang – Page 3

    Pengamat Kebijakan Publik Trubus Rahardiansah menyampaikan, Perguruan Tinggi tidak memiliki pengalaman dan tidak semua mengkaji soal pertambangan secara mendalam.

    “Selama ini kan Perguruan Tinggi nggak punya pengalaman, pengalaman terkait dengan tambang kan. Jadi untuk pengelolaan tentu ini diperlukan satu kebijakan regulasi yang baik, yang komprehensif tentang tata kelolaannya,” tutur Trubus kepada Liputan6.com, Selasa (28/1/2025).

    Trubus menilai, jika aturan tersebut diberlakukan maka sangat perlu pengaturan prosedur yang jelas dan tepat sasaran. Terlebih, Perguruan Tinggi terbagi menjadi negeri dan swasta.

    “Yang negeri saja itu ada tiga jenis, pertama satuan kerja atau satker, itu Perguruan Tinggi negeri yang paling bawah (levelnya), kayak UPN itu. Nah yang kedua ada Perguruan Tinggi tipenya BLU, Badan Layanan Umum, kayak UNJ itu. Nah, kemudian yang tertinggi itu yang nomor satu itu PTNBH, Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum, seperti UI, UGM, ITB,” jelas dia.

    Untuk Perguruan Tinggi Negeri, maka yang cukup layak mendapatkan izin tambang adalah yang berjenis PTNBH, alias tidak semua Perguruan Tinggi bisa mengelola pertambangan. Sementara untuk swasta, ada lebih banyak ragam jenis Perguruan Tinggi, yang sebenarnya tidak bisa begitu saja menggunakan tingkat akreditasi sebagai tolak ukur perizinan tambang.

    “Di penjelasannya itu memang berdasarkan akreditasi. Nah akreditasi swasta selama ini ada kategori yang dikelola yayasan, badan wakaf seperti Universitas Islam Indonesia, ada juga yang dikelola oleh perkumpulan. Akreditasinya itu ada yang paling baik itu Unggul, yang kedua ada Sangat Baik, dan Baik,” ujar dia.

    “Nah, tentu ini jadi masalah karena selama ini kan penentuan unggul tidak itu kan ya tidak lepas dari perilaku koruptif. Jadi itu banyak Perguruan Tinggi yang memperoleh Unggul yang sebenarnya itu tidak sesuai fakta. Kalau ini mengelola tambang bagaimana,” tukas Trubus.

    Menurut Trubus, sisi positif Perguruan Tinggi mengelola tambang mungkin saja membuat lembaga akademik tersebut menjadi lebih mandiri dari sisi finansial. Namun, dia melihat niat pemerintah yang ingin lepas tanggung jawab atas 20 persen dana pendidikan dari APBN.

    “Ya jadi disuruh nyari sendiri (pendanaan). Karena Indonesia itu aneh. Kita itu jumlah Perguruan Tinggi Negeri itu jumlahnya sekitar 184 kalau nggak salah. Nah, itu menyedot anggaran 20 persen, itu saja nggak membawa kemajuan. Istilahnya kompetitif dengan Perguruan Tinggi lain (termasuk dengan swasta),” ungkapnya.

     

  • Richard Lee Dikabarkan Jadi Mualaf, Istri: Agama Itu Urusan Personal

    Richard Lee Dikabarkan Jadi Mualaf, Istri: Agama Itu Urusan Personal

    Jakarta, Beritasatu.com – Istri dr Richard Lee, Reni Effendi menyerahkan sepenuhnya kepada suaminya terkait keputusannya untuk memeluk agama Islam.

    “Menurut aku agama adalah persoalan personal, selama kayak bagaimana ya. Aku pernah bilang ke kamu, kita meninggal sendiri-sendiri dan tidak ngajak-ngajak yang lain. Lubang kubur pun sendiri-sendiri. Nah, agama adalah yang mengatur cara kita hidup, cara kita antara dunia dan akhirat dan itulah agama,” jelas istri dr Richard Lee, Reni Effendi dikutip dari podcast dr Richard Lee, MARS, Selasa (28/1/2025).

    Reni Effendi menegaskan, dalam menjalankan kehidupan bukan dinilai dari seseorang memeluk keyakinan agama yang diyakini. Namun, bagaimana seseorang itu bisa melakukan tanpa merugikan orang lain.

    “Selama itu adalah hal yang kita enggak mengajak orang kalau mau meninggal. Jadi, itu personal saja. Agama kamu adalah agama kamu, asalkan menurut aku harga mati adalah kamu berbuat baik, kamu tidak merugikan orang lain, pikiran kamu tidak dipenuhi dengan kebencian, keserakahan, kesombongan dan itu paling penting,” lanjutnya.

    “Jadi, agama terserah pada diri masing-masing. Cuma, ya itu tadi harga mati harus berbuat baik, harus banyak beramal, tidak melakukan sesuatu hal yang merugikan orang lain, tidak menyakiti orang lain,” tuturnya.

    Reni Effendi meminta kepada suaminya agar apa yang menjadi keputusannya adalah untuk menjadi seorang pria yang dipenuhi pemikiran positif.

    “Mengurangi kebencian, mengurangi keserakahan, mengurangi kemarahan. Namun, kalau misalkan kamu masuk ke agama yang kamu yakini tetapi kamu dipenuhi dengan keserakahan, atau ada sesuatu hal yang ingin kamu capai dan itu bikin aku kurang setuju dengan keputusan kamu karena hal itu. Kalau tujuan kamu baik untuk mengejar akhirat maka aku setuju,” ungkapnya.

    Mendengar jawaban dari istrinya, dr Richard Lee mempertanyakan apakah ada keinginan untuk mengikuti jejak dirinya untuk memeluk agama Islam.

    “Pertanyaan aku, kalau kamu setuju. Lalu, kalau misalkan suatu hari iya akankah kamu ikut aku juga?” tanya dr Richard Lee kepada istrinya, Reni Effendi.

    “Tidak,” tegas Reni Effendi.

  • Dikabarkan Jadi Mualaf, Richard Lee: Bukan untuk Konsumsi Publik untuk Saat Ini

    Dikabarkan Jadi Mualaf, Richard Lee: Bukan untuk Konsumsi Publik untuk Saat Ini

    Jakarta, Beritasatu.com – Richard Lee dikabarkan telah memeluk agama Islam. Kabar itu disampaikan oleh ustaz Derry Sulaiman. Richard Lee akhirnya buka suara perihal kabar tersebut.

    “Kabar-kabarnya dr Richard Lee mualaf ya?” tanya istri dr Richard Lee, Reni Effendi dikutip dari podcast dr Richard Lee, MARS, Selasa (28/1/2025).

    “Waduh ditodong pertanyaan oleh istri. Jauh sebelum aku bicara di media, aku kan sudah bicara sama kamu beberapa kali dan sudah menjadi pembicaraan kita berdua,” lanjutnya.

    “Bahwa, aku sudah konsisten dari dahulu kalau aku ingin belajar dan ingin tahu. Persoalan apakah iya atau tidak bukan untuk konsumsi publik untuk saat ini. Pasti akan banyak orang untuk melihat prosesnya, tetapi buat aku bukan itu tujuanku. Entah nanti ke depan itu akan kulakukan demi hal-hal, ya mungkin menginspirasi orang karena kita tidak pernah tahu,” tuturnya.

    Richard Lee menegaskan, keinginannya untuk menjadi seorang mualaf bukan karena mengutamakan kepentingan duniawi.

    “Namun, sampai detik ini aku tidak mencari uang atau mencari rejeki dari hal tersebut. Aku mencari keyakinan dan aku berusaha belajar untuk mencari keyakinan itu, mencari apa yang aku inginkan dan soal ini (mualaf),” bebernya.

    “Aku sudah jauh bicara ke kamu sebelum aku bicara di media dan aku akan terus konsisten terhadap hal tersebut,” tandas dr Richard Lee buka suara terkait dikabarkan sudah mualaf.

  • Richard Lee Mualaf, Bagaimana Istrinya? Ustaz Derry Sulaiman: Insyaallah Segera

    Richard Lee Mualaf, Bagaimana Istrinya? Ustaz Derry Sulaiman: Insyaallah Segera

    Jakarta, Beritasatu.com – Ustaz Derry Sulaiman membenarkan kabar dr Richard Lee telah memeluk agama Islam. Kepastian itu diutarakan ustaz Derry Sulaiman menjawab pertanyaan dari netizen. Bahkan, ia meminta agar mendoakan untuk istri dr Richard Lee yang segera akan berpindah keyakinan seperti suaminya, dr Ricard Lee.

    “Apakah sudah mualaf (dr Richard Lee), apakah benar ustaz?” tanya netizen kepada ustaz Derry Sulaiman di Instagram miliknya, Selasa (28/1/2025).

    “Iya benar,” jawab ustaz Derry Sulaiman.

    Bahkan ustaz Derry Sulaiman mengatakan, untuk istri dr Richard Lee akan berproses mengikuti jejak suaminya untuk memeluk agama Islam.

    “Log in bareng sama istrinya enggak ustaz?” tanya netizen lagi.

    “Mari kita doakan. Insyaallah segera,” balas ustaz Derry Sulaiman.

    Mendengar jawaban dari ustaz Derry Sulaiman, netizen berharap apa yang dilakukan dr Richard Lee bukan sekedar untuk pembuatan konten semata.

    “Cuma Allah yang mengetahui niat hati seorang hamba Nya. Mudah-mudahan niat mualaf bukan sebatas gimmic kaya di konten-konten sebelumnya,” kata netizen kepada ustaz Derry Sulaiman.

    “Tetap lah bersangka baik maka hati kita akan menjadi baik,” tutup ustaz Derry Sulaiman yang membenarkan kabar dr Richard Lee sudah memeluk agama Islam.

  • Jaga Budaya Leluhur, Area Masjid Tjia Kang Hoo Dipasangi 100 Lampion Jelang Imlek

    Jaga Budaya Leluhur, Area Masjid Tjia Kang Hoo Dipasangi 100 Lampion Jelang Imlek

    Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Bima Putra

    TRIBUNJAKARTA.COM, PASAR REBO – Pengurus Masjid Tjia Kang Hoo di Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur memasang ratusan lampion menjelang tahun baru Imlek 2576 Kongzili.

    Total ada 100 buah lampion yang dipasang pada masing-masing di sepanjang akses Jalan Raya Tipar hingga menuju Jalan Haji Soleh lokasi Masjid Tjia Kang Hoo berada.

    Warna merah lampion menggaet setiap mata memandang, terlebih pada malam hari ketika lampion yang dipasang pada tiang lampu di sekitar Masjid Tjia Kang Hoo menyala.

    Ketua Yayasan Haji Abdul Soleh, Pranowo mengatakan pemasangan ratusan lampion menjelang Imlek dilakukan untuk menghormati sekaligus menjaga budaya leluhur mereka.

    Tjia Kang Hoo yang dijadikan nama masjid pun merupakan seorang keturunan Tionghoa, namun setelah menjadi seorang mualaf dia berganti nama menjadi Abdul Soleh.

    “Kita menghormati leluhur ya . Artinya sebelum kita masuk ke Islam orangtua kita, kakek kita, mereka punya asal-usul awalnya,” kata Pranowo di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Selasa (28/1/2025).

    Pemasangan lampion juga ditujukan untuk menghormati masyarakat keturunan Tionghoa sekitar, khususnya di wilayah RW 07, Kelurahan Pekayon, Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.

    Pasalnya lingkungan tempat Masjid Tjia Kang Hoo berada mayoritas merupakan warga keturunan Tionghoa yang sudah turun temurun menetap di Pasar Rebo, Jakarta Timur

    Sejak lama warga keturunan Tionghoa tinggal berdampingan dengan masyarakat Betawi, mereka hidup guyub dengan saling menghormati kebudayaan dan kepercayaan masing-masing.

    Dalam budaya Tionghoa Imlek merupakan pergantian tahun baru, serupa dengan pergantian tahun baru yang banyak dijadikan momentum untuk berharap agar masa mendatang lebih baik.

    “Artinya kita ini bukan mengikuti keyakinan, bukan kita hanya menghormati. Kita punya cara kita sendiri untuk berdakwah. Jadi itu yang kita memang kita jaga, menjaga dari budaya leluhur,” ujarnya.

    Pranowo menuturkan pemasangan ratusan lampion menjelang Imlek 2576 Kongzili hanya dilakukan di sekitar area masjid, sementara di dalam Masjid Tjia Kang Hoo tidak dipasang.

    Pemasangan lampion di sekitar Masjid Tjia Kang Hoo sudah dilakukan sejak satu pekan sebelum Imlek 2576 Kongzili, dan disambut baik warga keturunan Tionghoa yang bermukim di lokasi.

    Nantinya menjelang bulan suci Ramadan 1446 Hijriah, pengurus Masjid Tjia Kang Hoo juga akan memasang hiasan bertema Ramadan seperti ornamen bulan dan bintang di sekitar area masjid.

    Harmonisasi budaya dan agama yang sudah terpupuk sejak lama di lingkungan RW 07 Pekayon membuat warga hidup guyub, dan saling menghormati perbedaan.

    “Insya Allah kita sudah mempersiapkan untuk bulan Ramadan. Nanti (hiasan lampion) akan diganti, kita sudah siapkan. Terus pas Idulfitri kita siapkan lampu (bentuk) ketupat,” tuturnya.

     

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Derry Sulaiman Hembuskan Kabar Richard Lee Jadi Mualaf

    Derry Sulaiman Hembuskan Kabar Richard Lee Jadi Mualaf

    Jakarta, Beritasatu.com – Kabar berhembus datang dari dr Richard Lee yang dikabarkan sudah mualaf. Kabar itu diketahui dari media sosial ustaz Derry Sulaiman.

    Ustaz Derry Sulaiman mengunggah sebuah video yang terlihat bersama Richard Lee. Pada video itu, terlihat ustaz Derry Sulaiman sedang mengajarkan Richard Lee dalam menggunakan tasbih yang baik.

    Di video itu terlihat, sepertinya Richard Lee sangat serius untuk mendalami agama Islam.

    “POV: ajarin dr Richard Lee cara berdzikir di sayap suci,” jelas ustaz Derry Sulaiman, Selasa (28/1/2025).

    Ustaz Derry Sulaiman meminta kepada semua pihak untuk senantiasa mendoakan Richard Lee bisa menekuni agama Islam dengan baik.

    “Bismillah, kabar gembira. Yuk mari kita doakan dr Richard Lee istiqomah dalam iman dan Islam,” lanjutnya.

    “Takbir! Hidayah bercurah,” tuturnya lagi.

    Melihat unggahan dari ustaz Derry Sulaiman, membuat netizen penasaran soal apakah dr Richard Lee sudah berpindah agama.

    “Alah masuak Islam Beliau (Richard Lee) Buya?” tanya netizen kepada ustaz Derry Sulaiman.

    “Alah Alhamdulillah,” tegasnya.