Liputan6.com, Jakarta – Lanskap keamanan digital memasuki babak baru yang kian mengkhawatirkan, terutama serangan ransomware. Laporan terbaru ESET Threat Report H2 2025 mengungkapkan bahwa serangan siber berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) kini bukan lagi sekadar prediksi di atas kertas, melainkan ancaman nyata yang telah beroperasi secara aktif di lapangan.
Dalam laporan yang merangkum data periode Juni hingga November 2025 tersebut, ESET menyoroti kemunculan PromptLock, ransomware berbasis AI pertama yang mampu menyusun skrip berbahaya secara dinamis.
Temuan ini menandai evolusi krusial di mana AI tidak lagi hanya digunakan untuk memoles narasi penipuan, tetapi sudah masuk ke tahap otomatisasi serangan yang masif dan cepat.
CTO Prosperita Group, Yudhi Kukuh, menegaskan kemunculan teknologi seperti PromptLock harus menjadi alarm keras bagi ekosistem digital di Indonesia.
“Selama ini AI sudah digunakan untuk membuat konten phishing atau scam sehingga makin hari kian tampak meyakinkan. Namun kemunculan ransomware berbasis AI seperti PromptLock menunjukkan arah ancaman yang jauh lebih serius,” ujar Yudhi dalam keterangannya, Selasa (30/12/2025).
Data ESET menunjukkan eskalasi tajam pada serangan ransomware secara global. Jumlah korban pada 2025 telah melampaui total sepanjang tahun 2024, dengan proyeksi kenaikan mencapai 40 persen secara tahunan (year-on-year).
Kelompok hacker seperti Akira dan Qilin terbilang paling berbahaya dan masih mendominasi pasar Ransomware-as-a-Service, namun pendatang baru bernama Warlock mulai diwaspadai karena teknik penghindaran deteksi yang lebih canggih.
Ironisnya, target serangan kini kian meluas. Bukan hanya korporasi besar, sektor UKM, institusi pendidikan, hingga layanan kesehatan kini menjadi sasaran empuk akibat sistem keamanan yang masih berlapis tipis.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4879641/original/017641000_1719801449-663047c8-6393-4c7f-ac36-d04447ff731e.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)