Kebun Kota di Kolong Flyover Jaktim, Panennya Dibagi Warga Bukan Dijual
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Di bawah deru kendaraan yang melintas di Flyover Jalan Haji Darip, RW 08, Cipinang Melayu, Makasar, Jakarta Timur, terdapat sebuah kebun kota.
Hasil panen dari kebun ini tidak dijual, melainkan dibagikan kepada warga sekitar.
“Dibagikan ke warga sekitar. Tidak dijual,” kata Ajul, petugas PPSU
Cipinang Melayu
, saat ditemui di lokasi Trasa Balong, Kamis (18/12/2025).
Prinsip itu menjadi fondasi pengelolaan
kebun kota
di kolong flyover.
Dalam keterbatasan ruang, kebun ini berfungsi sebagai ruang berbagi, ruang temu, dan ruang belajar bagi warga.
Darma (40), warga RW 08, mengenang kondisi kawasan sebelum ditata.
“Dulu di sini gelap, kotor, orang juga jarang lewat,” ujarnya.
Kini, kolong flyover yang dulunya sepi dan penuh sampah berubah menjadi area hijau rapi.
Bedeng-bedeng tanaman berjajar, jalur paving membelah lahan, dan papan kecil menandai jenis tanaman.
“Sekarang sudah beda. Lebih terang, bersih, dan enak dilihat. Kalau lewat juga rasanya lebih adem karena banyak tanaman,” kata Darma.
Keberadaan kebun membuat warga turut menjaga lingkungan. Kawasannya dibersihkan dan tanamannya disiram.
“Kadang kalau lihat tanaman kering ya disiram. Kalau ada sampah, langsung dibersihin. Soalnya ini kan buat kita juga,” ujarnya.
Hasil panen dibagi
ke warga sehingga semua merasa memiliki.
Risa (38), warga lain, menilai kolong flyover yang sebelumnya identik parkir liar dan sampah kini memiliki fungsi jelas.
“Sekarang anak-anak juga sering lewat sini, lihat tanaman, tanya-tanya. Jadi bukan cuma jalan kosong, tapi ada fungsinya,” kata Risa.
Ajul, 50 tahun, terlibat sejak awal pengelolaan kawasan pada 2016. Aktivitas saat itu belum seperti sekarang.
“Ikut dari awal. Dulu masih jalan biasa, belum seperti sekarang,” ujarnya.
Inisiatif ini melibatkan lurah, organisasi masyarakat seperti NU, petugas PPSU, dan warga.
Tanaman awalnya sayuran, kemudian bertambah menjadi sawi, kangkung, cabai, jagung, tomat, terong, hingga pohon tabebuya.
“Macam-macam. Kadang cari sendiri, kadang minta dari kelurahan. Warga juga ikut kalau ada,” kata Ajul.
Panen dilakukan sekitar sebulan sekali, dihitung per ikat, lalu dibagi ke warga.
Dalam beberapa kesempatan, hasil panen diolah bersama.
“Sering. Kalau dapat sayur, dimasak, lalu dikasih ke petugas,” ujarnya.
Pepohonan dan semak hijau membuat udara di kolong lebih sejuk dibanding jalan di atasnya. Pilar flyover dihiasi mural berwarna cerah, menambah kesan hidup.
Pengamat lingkungan Mahawan Karuniasa menyebut kolong flyover sebagai residual urban space, ruang sisa perkotaan yang masih jarang dimanfaatkan.
“Pemanfaatan ruang sisa menjadi kebun kota bisa jadi solusi berbasis alam (nature-based solution). Tumbuhan bisa menurunkan suhu dan membantu infiltrasi air,” katanya.
Namun, Mahawan menekankan bahwa vegetasi tidak bisa dianggap sebagai solusi tunggal untuk polusi.
Mahawan mengingatkan kehati-hatian menanam tanaman pangan di kolong flyover karena potensi polusi dan logam berat.
“Kalau menanam cabai di kolong tol, polusinya kan luar biasa,” katanya.
Di Trasa Balong, hasil panen lebih dimaknai sebagai simbol kebersamaan dan solidaritas, bukan ketahanan pangan skala besar.
Pengamat perkotaan Universitas Indonesia, Muh Aziz Muslim, menilai kebun kota sebagai model inovasi memanfaatkan keterbatasan ruang terbuka hijau.
“Ini salah satu model inovasi untuk menyiasati keterbatasan ruang terbuka hijau,” kata Aziz.
Jika direncanakan holistik dan melibatkan warga, pemanfaatan kolong flyover bisa meningkatkan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat sekitar.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Kebun Kota di Kolong Flyover Jaktim, Panennya Dibagi Warga Bukan Dijual Megapolitan 19 Desember 2025
/data/photo/2025/12/19/69450c52b9555.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)