Jakarta, Beritasatu.com – Fenomena cuaca buruk yang bisa menurunkan daya tahan tubuh merupakan kondisi yang sering dirasakan banyak orang.
Saat suhu menurun atau cuaca menjadi dingin dan tidak menentu, tubuh terasa lebih mudah lelah, tenggorokan tidak nyaman, hingga akhirnya terserang flu atau pilek.
Selama bertahun-tahun, kondisi ini kerap dikaitkan dengan kebiasaan berada lebih lama di dalam ruangan sehingga penularan virus menjadi lebih mudah.
Dikutip dari The Scientist, sayangnya penelitian ilmiah terbaru menunjukkan anggapan tersebut belum sepenuhnya menjelaskan penyebabnya.
Penurunan suhu ternyata memiliki dampak langsung terhadap sistem kekebalan tubuh, khususnya pada saluran pernapasan.
Artinya, melemahnya imun saat cuaca buruk bukan hanya soal perilaku, tetapi juga berkaitan erat dengan mekanisme biologis tubuh.
Memahami bagaimana tubuh bereaksi terhadap suhu rendah menjadi kunci penting untuk menjaga kesehatan.
Temuan ini menjelaskan secara ilmiah mengapa tubuh lebih rentan terhadap infeksi ketika cuaca memburuk, dengan hidung sebagai garis pertahanan pertama yang paling terdampak.
Hidung sebagai Pertahanan Awal Sistem Imun
Penelitian terbaru mengungkap bahwa hidung berperan sebagai pintu gerbang utama masuknya virus dari udara. Bagian ini dilengkapi dengan sistem pertahanan lokal yang sangat sensitif terhadap perubahan suhu lingkungan.
Ketika seseorang menghirup udara dingin, suhu di bagian depan rongga hidung dapat turun secara drastis. Penurunan suhu inilah yang kemudian memengaruhi cara sel-sel di hidung menjalankan fungsi pertahanan terhadap virus dan patogen lainnya.
Pelemahan Respons Imun Lokal di Saluran Pernapasan
Pada kondisi normal, sel-sel yang melapisi bagian depan hidung akan melepaskan kantong kecil berisi cairan yang disebut vesikel ekstraseluler.
Vesikel ini memiliki peran penting dalam sistem imun karena bertugas mengikat virus dan membawanya ke bagian belakang hidung untuk kemudian dibersihkan melalui lendir atau mukus sebelum mencapai paru-paru.
Namun, saat suhu udara dingin, produksi vesikel ekstraseluler ini menurun secara signifikan. Penelitian menunjukkan jumlahnya dapat berkurang hingga hampir 42%. Tidak hanya itu, pergerakan vesikel juga menjadi lebih lambat.
Akibatnya, kemampuan tubuh untuk meluncurkan respons imun cepat di hidung ikut melemah, sehingga virus lebih mudah bertahan dan berkembang biak.
Kondisi inilah yang menjelaskan secara biologis mengapa cuaca buruk turunkan daya tahan tubuh, terutama terhadap infeksi saluran pernapasan.
Dampak Suhu Dingin pada Sel Pemicu Kekebalan
Pengaruh suhu rendah tidak berhenti pada vesikel ekstraseluler saja. Sel-sel lain yang berfungsi memicu respons kekebalan juga ikut terdampak.
Dalam kondisi normal, ketika sel-sel ini mendeteksi keberadaan virus, mereka akan melepaskan sinyal peringatan berupa interferon.
Interferon berfungsi menghambat replikasi virus sekaligus memberi peringatan kepada sel-sel lain agar bersiap melawan infeksi. Namun, penelitian menemukan penurunan suhu di rongga hidung mengurangi kemampuan sel untuk melepaskan interferon secara optimal.
Akibatnya, pertahanan kimiawi tubuh terhadap virus menjadi lebih lemah saat cuaca dingin atau buruk.
Pengaruh Kelembapan Udara terhadap Penyebaran Virus
Selain suhu, cuaca buruk sering kali disertai dengan tingkat kelembapan udara yang rendah. Udara kering telah lama dikaitkan dengan meningkatnya penyebaran virus pernapasan. Dalam kondisi ini, partikel virus dapat bertahan lebih lama di udara.
Saat seseorang batuk atau bersin, partikel virus tidak cepat jatuh ke permukaan tanah jika udara kering. Hal ini membuat virus lebih mudah terhirup oleh orang lain, sehingga risiko penularan meningkat.
Faktor lingkungan ini semakin memperkuat alasan mengapa cuaca buruk turunkan daya tahan tubuh secara tidak langsung.
Perubahan Perilaku dan Peran Vitamin D
Di samping faktor biologis, perubahan perilaku saat cuaca buruk juga turut berkontribusi terhadap penurunan daya tahan tubuh.
Saat hujan, dingin, atau cuaca ekstrem, orang cenderung lebih banyak berada di ruang tertutup dengan sirkulasi udara yang kurang baik. Kondisi ini meningkatkan kontak dekat antarindividu dan mempermudah penyebaran virus.
Selain itu, paparan sinar matahari juga berkurang selama periode cuaca buruk. Sinar matahari berperan penting dalam membantu tubuh memproduksi vitamin D, yang diketahui memiliki fungsi pendukung sistem kekebalan tubuh.
Kekurangan vitamin D dapat membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi, meskipun mekanismenya berbeda dengan respons imun lokal di hidung.
Mengapa Cuaca Buruk Menurunkan Daya Tahan Tubuh?
Secara keseluruhan, anggapan cuaca buruk turunkan daya tahan tubuh bukanlah mitos. Kondisi ini terjadi akibat kombinasi beberapa faktor yang saling berkaitan.
Penurunan suhu secara langsung melemahkan pertahanan imun di hidung dengan mengurangi produksi vesikel dan pelepasan interferon.
Di sisi lain, faktor lingkungan seperti udara kering serta perubahan perilaku saat cuaca buruk turut meningkatkan risiko penyebaran virus.
Dengan memahami bagaimana suhu dan lingkungan memengaruhi sistem kekebalan tubuh, kita dapat lebih waspada dan bijak dalam menjaga kesehatan.
Langkah pencegahan sederhana, seperti menjaga tubuh tetap hangat, memastikan asupan nutrisi yang baik, serta memperhatikan kebersihan dapat membantu mengurangi risiko sakit selama musim hujan atau periode cuaca buruk.
