Jakarta, Beritasatu.com – Indonesia membutuhkan investasi besar untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8%. Ekonom memperkirakan, total kebutuhan investasi mencapai Rp 10.000 triliun.
Ekonom FEB UI sekaligus Tenaga Ahli Badan Komunikasi Pemerintah Fithra Faisal Hastiadi mengatakan, dari jumlah Rp 10.000 triliun, sekitar Rp 3.000 triliun hanya dapat dipenuhi dari dalam negeri.
Sementara sisanya sangat bergantung pada investasi asing. Karena itu, diplomasi ekonomi Presiden Prabowo Subianto dinilai menjadi langkah krusial untuk mengejar kebutuhan tersebut.
“Sangat krusial bagi kita untuk menjalin kerja sama dan potensi kerja sama ekonomi dengan negara-negara partner,” ujar Fithra saat ditemui di gedung FEB UI, Depok, Minggu (14/12/2025).
Ia menyoroti percepatan sejumlah perjanjian dagang strategis, seperti EU–Indonesia Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), kerja sama ekonomi dengan Kanada, serta Inggris.
Menurutnya, momentum ini juga didorong oleh kebutuhan Uni Eropa mencari pasar nontradisional di tengah tekanan geopolitik global.
Namun, tantangan utama bukan pada komitmen, melainkan realisasi di lapangan. Fithra mengingatkan tingkat pemanfaatan perjanjian perdagangan bebas Indonesia masih relatif rendah, yakni sekitar 30%.
“PR-nya adalah bagaimana kementerian teknis bisa mengakselerasi perjanjian-perjanjian tersebut agar benar-benar dimanfaatkan,” tegasnya.
Ke depan, keberhasilan mengejar target pertumbuhan ekonomi 8% akan sangat ditentukan oleh kemampuan pemerintah memastikan komitmen investasi tidak berhenti di atas kertas, tetapi dapat diwujudkan dalam proyek nyata yang produktif dan berkelanjutan.
