Sekolah Jadi Pengungsian, Siswa SMAN 1 Ketambe Ujian di Lantai

Sekolah Jadi Pengungsian, Siswa SMAN 1 Ketambe Ujian di Lantai

Kutacane, Beritasatu.com – Banjir bandang yang melanda Kabupaten Aceh Tenggara dua pekan lalu menyebabkan puluhan rumah warga di Kecamatan Ketambe hanyut. Hingga kini, sejumlah warga masih bertahan di lokasi pengungsian karena rumah mereka rusak berat dan tidak dapat dihuni.

Salah satu lokasi yang digunakan sebagai tempat pengungsian adalah Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Ketambe. Gedung sekolah tersebut dimanfaatkan untuk menampung warga terdampak banjir yang kehilangan tempat tinggal.

Di tengah kondisi tersebut, aktivitas belajar mengajar di SMAN 1 Ketambe tetap berjalan. Para siswa yang tengah memasuki masa ujian semester memilih mengikuti ujian di lantai sekolah demi menjaga kenyamanan para pengungsi yang menempati ruang kelas.

Pantauan di lokasi menunjukkan, siswa-siswi mengerjakan soal ujian dengan duduk di lantai koridor dan area terbuka sekolah. Langkah ini dilakukan agar ruang kelas yang digunakan pengungsi tetap kondusif dan tidak terganggu aktivitas akademik.

Kepala SMAN 1 Ketambe, Ilyas mengatakan, kegiatan belajar mengajar tetap dilaksanakan meski sekolah dijadikan tempat pengungsian.

“Aktivitas belajar mengajar tetap kita laksanakan, apalagi ini sudah memasuki waktu siswa melaksanakan ujian,” ungkap Ilyas.

Ia menjelaskan, dari delapan ruang kelas yang tersedia, lima ruangan saat ini digunakan untuk menampung para pengungsi banjir.

“Untuk proses ujian sendiri, guru dan siswa bersepakat dilaksanakan di lantai sekolah demi memberi kenyamanan bagi para pengungsi,” tutur Ilyas.

Menurutnya, pihak sekolah siap menyesuaikan kondisi apabila jumlah pengungsi bertambah. Koordinasi dengan dinas pendidikan akan terus dilakukan untuk memastikan kegiatan pendidikan tetap berjalan tanpa mengesampingkan aspek kemanusiaan.

“Jika terdapat pengungsi lainnya yang akan tinggal di sekolah, tentu kami akan menyediakan ruangan serta berkoordinasi dengan dinas pendidikan,” pungkasnya.

Sementara itu, salah satu pengungsi bernama Sindi mengaku memilih mengungsi di sekolah karena kondisinya lebih aman dan tertutup. Ia menyebut rumahnya hanyut dan tidak ada harta benda yang sempat diselamatkan, termasuk pakaian sekolah anak-anaknya.

“Kami sekeluarga memilih sekolah ini karena lebih nyaman dan tertutup. Sebelumnya, kami berada di pengungsian Balai Desa Lawe Sigala-Gala. Karena ruangnya terbuka, anak saya sempat sakit,” ungkap Sindi.

Sindi menambahkan, kedua anaknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar terpaksa tidak masuk sekolah karena merasa minder akibat tidak memiliki pakaian dan perlengkapan belajar.

“Kami berharap ada bantuan untuk mendirikan rumah seperti semula, serta pakaian sekolah anak dan perlengkapan belajar,” harapnya.