Jakarta (ANTARA) – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo menyebut normalisasi Kali Krukut harus tetap dilakukan agar banjir di kawasan tersebut tak terus berulang.
“Ini kan persoalan di Kali Krukut, ini kan banjirnya berulang-ulang. Dan sudah waktunya memang harus dieksekusi,” kata Pramono di Balai Kota, Kamis.
Kendati demikian, Pramono telah meminta jajarannya agar melakukan sosialisasi terkait normalisasi kali tersebut dengan baik.
Normalisasi Kali Krukut akan dilakukan sepanjang 1,3 kilometer pada 2026 guna meminimalkan risiko banjir di kawasan padat penduduk tersebut.
Proyek ini mencakup area terdampak seluas 1,52 hektare dengan kebutuhan pembebasan 65 bidang tanah, sebagai bagian dari upaya penataan sistem drainase dan pengendalian banjir di Jakarta Selatan.
“Karena bagaimana pun dengan normalisasi 1,3 kilo ini banjirnya mungkin berkurang di atas, dalam hal ini di Jakarta Selatan. Tapi kan banjir sebagian pasti akan turun kemana-mana. Untuk itu, saya sudah meminta segera disiapkan pompa di ujung Kali Krukut,” jelas Pramono.
Terkait warga yang meminta agar Pemerintah Jakarta memberikan ganti untung terkait pembebasan lahan tersebut, Pramono merespon agar nantinya keputusan yang diambil dapat menguntungkan kedua belah pihak.
“Ya pokoknya ganti sama-sama untung,” ujar Pramono.
Sebelumnya pada Jumat (7/11), Pramono meninjau langsung kondisi Kali Krukut di Kelurahan Petogogan, Kebayoran Baru.
Dalam peninjauan itu, ia menemukan bahwa aliran kali mengalami penyempitan sehingga kerap menyebabkan banjir di kawasan Jakarta Selatan, terutama di Kemang dan sekitarnya.
Menurut Pramono, banyak bangunan berdiri di atas badan sungai sehingga menghambat aliran air saat hujan deras.
Oleh karena itu, Pemprov DKI akan melakukan normalisasi sepanjang 1,3 kilometer untuk mengembalikan fungsi sungai.
Rencana normalisasi Kali Krukut akan dimulai pada 2026. Pada tahap awal, Pemprov DKI akan menetapkan lokasi (penlok) lahan yang akan dibebaskan.
Penanganan Kali Krukut akan dilakukan bersamaan dengan normalisasi Kali Mampang yang bermuara di belakang Museum Satria Mandala. Kedua aliran sungai itu menjadi fokus utama dalam upaya pengendalian banjir di Jakarta Selatan.
Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
