Liputan6.com, Jakarta – Perubahan teknologi kian terlihat di tingkat yang tidak bisa dibayangnya. Di tengah modernisasi, Indonesia berada dalam ancaman keterlambatan Artificial Intelligence (AI) dan lonjakan kejahatan digital, khususnya ransomware yang kini menjadi model bisnis menguntungkan bagi hacker.
Pengamat Teknologi Informasi (IT) dan Keamanan Siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, menjelaskan AI saat ini merupakan kelanjutan dari big data. Teknologi tersebut saat ini dikuasai oleh negara maju, seperti Amerika Serikat dan China.
“Kita bisa lihat data center-data center sekarang ada di Amerika Serikat (AS), dan sebagai gambaran data center AI berbeda dengan data center biasa,” tutur Alfons di seminar bertajuk ‘Evaluasi Malware 2025, Trend 2026 dan Antisipasinya’ yang digelar Vaksincom, Rabu (26/11/2025) di Jakarta.
Alfons memberikan gambaran di mana AS sedang memonopoli data center yang disebutnya ada di “level chip”. Hal ini menyebabkan negara-negara lain yang ingin membuat data center harus memiliki chip dari AS.
“Maka yang kita takuti bukan ini (monopoli data center), kita lebih takut kepada budaya digital. Jadi, budaya digital itu bisa memberi ancaman yang lebih besar,” Alfons menjelaskan.
Kekhawatiran saat ini dialihkan dari AI ke program kejahatan digital. Ransomware menjadi model bisnis yang sudah berbeda dengan virus generasi awal (Malware 1.0), di mana tidak memiliki perisai dan tak berkembang dalam hal ekonomi.
“Malware 1.0 yang waktu awal-awal virus love bug, yang kalau datang love letter, besoknya klik lalu kena virus, itu malware 1.0,” ucap Alfons.
Selain 1.0, Alfons juga menjelaskan soal Malware 2.0 (Worm) yang membutuhkan koneksi ke jaringan dan akan aktif otomatis dengan mengeksploitasi celah keamanan atau vulnerability, sehingga saat seseorang tidak meng-klik, maka tidak akan terkena infeksi virus.
“Kalau virus itu aktif, korban membutuhkan bantuan dari pihak ketiga. Jadi, kalau virus masuk ke komputer kita, kita terima virus secara teknis, secara definitif,” Alfons memaparkan.
Bentuk malware terbaru adalah Extortion (Malware 4.0) di mana seseorang ketika sudah mencadangkan data dan tidak ingin membayar, pelaku akan mengancam menyebarkan data meskipun sudah di back-up.
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5424782/original/075037300_1764155424-20251126_092808.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)