Korban Kebakaran Jatipulo Masih Mengungsi di Posko: Saya Tak Bisa Tidur, Rindu Rumah Megapolitan 25 November 2025

Korban Kebakaran Jatipulo Masih Mengungsi di Posko: Saya Tak Bisa Tidur, Rindu Rumah
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        25 November 2025

Korban Kebakaran Jatipulo Masih Mengungsi di Posko: Saya Tak Bisa Tidur, Rindu Rumah
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com —
Warga RW 04 Jatipulo, Palmerah, Jakarta Barat masih berada di Posko Pengungsian usai rumahnya kebakaran, Minggu (17/11/2025).
Salah satu warga, Titin (59) merasa tidak nyaman tidur di posko pengungsian. Dia sangat merindukan rumahnya yang kini tersisa puing-puing.
“Jujur ya Allah, bukannya enggak bersyukur dikasih tempat, tapi enggak nyaman. Saya tiap malam enggak bisa tidur,” ujar Titin saat ditemui Kompas.com di lokasi, Selasa (25/11/2025).
Bagi Titin, kenyamanan rumah sendiri tidak tergantikan, meski kondisinya sangat sederhana.
“Mau gimana juga, biar kata gubuk bolong-bolong, tetap lebih enak tidur di rumah sendiri. Saya sampai berapa kali ngomong ke Bapak (suami), ‘Pak, enggak nyaman, enggak bisa tidur istirahat’,” ungkapnya dengan mata berkaca-kaca.
Sambil menahan tangis, ia berharap agar
PLN
mau bertanggung jawab untuk kembali membangun rumahnya yang hancur akibat ledakan tower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT).
“Saya cuma berdoa dan minta biar tanggung jawab dari PLN bisa cepat aja. biar cepat bisa dibangun lagi, udah kangen juga sama rumah,” ungkapnya dengan suara bergetar.
Dia pun menegaskan menolak ganti rugi dalam bentuk uang dan hanya ingin agar rumahnya dibangun kembali.
“Enggak, pokoknya saya enggak mau duit, biar kata berapa juga, saya maunya rumah saya dibangun lagi. Soalnya kan bayar tukang, bahan bangunan juga mahal lagi,” ujarnya.
Hal senada diungkapkan Mashari (70), warga sekaligus marbot masjid setempat masih berada di lokasi pengungsian.
“Ya gimana lagi? Enggak betah sebenarnya mah. Udah enggak bisa istilahnya istirahat yang benar,” kata Mashari.
Mashari menyebut, saat ini terdapat kurang lebih 15 orang yang bertahan di masjid. Sebagian anak-anaknya memilih menumpang di rumah saudara karena tidak nyaman di pengungsian.
Sebagai marbot, Mashari juga merasakan beban tersendiri karena kerap menimbulkan rasa sungkan, terutama saat masjid harus digunakan untuk ibadah berjemaah seperti Salat Jumat.
“Apalagi kalau Jumat kan orang ramai mau pakai masjid, jadi enggak nyaman, takut mengganggu,” tuturnya.
Mashari menambahkan tenda posko dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) sudah dibongkar sejak Senin (24/11/2025) lalu.
Kini, bantuan logistik makanan dan posko dikirimkan langsung oleh pihak PLN.
Sementara itu, Manager Komunikasi dan TJSL PT PLN (Persero) Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Barat, Gita Kurniawan Ginting menyebut akan terus melakukan koordinasi dengan warga terdampak
kebakaran
.
“Kami terus berkoordinasi dengan warga terdampak melalui perangkat kelurahan serta ketua RT dan RW setempat untuk memastikan penanganan pascakebakaran berjalan dengan baik,” jelas Gita saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa.
Gita menyampaikan, sejak awal insiden kebakaran, pihaknya telah menyalurkan bantuan awal berupa kebutuhan dasar untuk mendukung kebutuhan warga selama masa pemulihan.
Mengenai tindak lanjut terhadap rumah warga yang rusak akibat kebakaran, PLN akan terus mencari solusi sesuai mekanisme yang berlaku.
“PLN akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait dalam proses penanganan berikutnya agar warga mendapatkan solusi sesuai mekanisme yang berlaku,” tutup Gita.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.