Viral Warga Ciparay Bandung Tolak Pembangunan Koperasi di Lapangan Bola Bandung 14 November 2025

Viral Warga Ciparay Bandung Tolak Pembangunan Koperasi di Lapangan Bola
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        14 November 2025

Viral Warga Ciparay Bandung Tolak Pembangunan Koperasi di Lapangan Bola
Tim Redaksi
BANDUNG, KOMPAS.com
— Sejumlah warga Desa Gunung Leutik, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menggelar unjuk rasa di depan Kantor Desa pada Jumat (14/11/2025).
Aksi ini dipicu oleh rencana pembangunan gerai dan gudang
Koperasi Desa Merah Putih
(KDMP) yang akan didirikan di atas
lapangan bola
yang biasa digunakan oleh warga.
Dalam video yang beredar di media sosial Instagram, terlihat warga menyampaikan keberatan mereka terhadap proyek tersebut.
Aksi
unjuk rasa
ini juga diwarnai dengan pencabutan plang proyek dan pembakaran kayu di area lapangan bola yang merupakan tanah carik desa.
Kapolsek Ciparay, Iptu Ilmansyah, membenarkan adanya aksi unjuk rasa tersebut. Menurutnya, aksi ini terjadi setelah pelaksanaan solat Jumat.
“Aksi ini berawal dari pihak Desa yang menerima arahan untuk segera memulai pembangunan fasilitas KDMP. Arahan itu didapatkan pihak desa pada Rabu (12/11/2025),” ujarnya.
Ilmansyah menambahkan, arahan tersebut kemudian dibahas dalam musyawarah desa yang dihadiri ketua perangkat desa dan perwakilan warga, termasuk sejumlah ketua RW.
Namun, diduga hasil musyawarah tersebut belum tersosialisasi secara menyeluruh kepada warga, sementara plang pemberitahuan proyek sudah dipasang.
“Cuma mungkin terlalu cepat lah. Terlalu cepat itu masyarakat kaget, sementara kan baru beberapa orang yang tahu. Perwakilan RT, RW, sepertinya belum tersosialisasikan semua,” jelasnya.
Warga mengira seluruh lapangan bola akan digunakan untuk pembangunan gerai KDMP, padahal rencana pembangunan tersebut tidak meniadakan fungsi ruang olahraga.
“Lapangan bola hanya akan dialihkan menjadi mini soccer, sehingga mungkin jadi lebih kecil,” imbuh Ilmansyah.
Setelah menerima laporan tentang aksi unjuk rasa, pihaknya bersama Koramil dan perangkat desa langsung berupaya meredam situasi.
Warga kemudian diajak berdialog di aula kantor desa untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut mengenai rencana pembangunan.
“Enggak lama, cuma nyabut (plang), bakar-bakar, sudah saja. Langsung sama Pak Kades dan kami ajak ke aula, langsung ngobrol. Enggak jadi masalah. Hanya spontanitas,” ungkapnya.
Sambil menunggu sosialisasi, proses pembangunan ditunda, dan kemungkinan peninjauan ulang lokasi juga akan dilakukan.
Beberapa opsi muncul untuk mencari solusi, termasuk memindahkan titik pembangunan ke lapangan voli.
Ilmansyah menjelaskan, pembangunan gerai dan gudang KDMP ditargetkan rampung dalam 90 hari, dengan pengawasan dari TNI melalui Danramil sebagai leading sector.
Ia menekankan bahwa tidak semua desa mendapatkan proyek serupa. Hanya desa yang memiliki tanah carik representatif yang diizinkan memulai pembangunan pada tahap pertama.
“Pada prinsipnya, para kepala desa, pemerintah kabupaten maupun pusat, ini upaya untuk menghidupkan desa. Lebih menggeliat dengan adanya Koperasi Merah Putih. Nah, terkait penggunaan lahan yang diamanatkan berdasarkan undang-undang itu yaitu tanah carik desa. Jadi tanah carik desa yang hanya bisa dipergunakan,” ujarnya.
Situasi di Desa Gunung Leutik kini telah kondusif setelah warga dan perangkat desa melakukan mediasi.
Sosialisasi akan lebih digencarkan kepada masyarakat agar mereka memahami rencana pembangunan ini.
“Iya mungkin sosialisasi lagi pendekatan, supaya masyarakat paham,” kata Ilmansyah.
Ia juga mengimbau agar masyarakat dapat mengkomunikasikan jika terdapat ketidaksesuaian atau informasi yang simpang siur.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.