Liputan6.com, Jakarta – Kecerdasan buatan (AI) memang tidak bisa dielakkan kecanggihannya. Sering kali video yang berasal dari teknologi ini berlalu-lalang di media sosial. Terkadang pula video yang dihasilkan adalah video sejarah mengisahkan legenda, perpecahan kerajaan, bahkan fakta yang belum diketahui banyak orang.
Dalam sesi “AI for Better Cultural and Traditional Awareness” pada AiDEA Weeks 2025, dibahas bagaimana AI menjadi peramban untuk memvisualkan dan menjelaskan sebuah cerita sejarah. Mulai dari awal konflik hingga penggambaran dan produksi di baliknya.
Salah satu pembicara dari Founder Lotus dari Curaweda Tech, Azhar Muhammad Fuad, menyoroti manfaat AI yang potensial atau disebut “Blue Ocean” untuk digunakan di sektor sejarah budaya.
“AI tiba-tiba banyak, momen yang pas untuk seluruh kalangan bisa mengakses dan mengetahui seberapa capable AI,” tutur Azhar, Jumat (14/11/2025) di Jakarta.
Dalam produksi sebuah karya melalui kecerdasan buatan, Azhar kerap menemukan beberapa hal yang tidak dipertanggung jawabkan. Berdasarkan kasus tersebut, ia dan founder Curaweda membicarakan konsep etika AI yang bukan hanya grafik gambar tetapi fakta yang sudah terjadi sebelumnya.
“Melihat opportunity tadi, kami di Curaweda ngobrol soal konsep etika AI, di mana bukan hanya ngomong ‘oh ini ada dasarnya’,” ia menjelaskan.
Cerita lain datang dari Founder dan Akademisi AI Nusantara, Gustav Anandhita, saat ia harus mempertanggung jawabkan konten yang dibuatnya. Kala itu AI belum kompleks seperti saat ini. Namun konten buatannya disorot media nasional seolah visual yang dihasilkan sesuai dan mirip dengan dulunya.
“Waktu itu AI masih berkembang, jadi hasilnya random. Tapi dibuat oleh media nasional, seolah-olah memang itu adalah sesuatu yang real, dari situ jadi tanggung jawab moral saya,” ungkap Gustav.
Gustav kemudian memutuskan untuk mengajukan proposal penelitian teknologi AI untuk memvisualkan sejarah. Mulai dari sejarawan, budayawan, hingga spiritualitas mengomentari karya yang ingin dirancangnya.
“Kami ajukan proposal, biar kita balik ke (cerita) sebenarnya. Ketika divisualkan, itu seperti apa, preferensinya menuju ke mana,” ujarnya.
:strip_icc():format(jpeg):watermark(kly-media-production/assets/images/watermarks/liputan6/watermark-color-landscape-new.png,1100,20,0)/kly-media-production/medias/5413507/original/053119100_1763174315-20251114_162200.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)