Sekolah Rakyat di Sragen, Bangkitkan Asa Anak Putus Sekolah Kejar Cita-cita… Regional 10 November 2025

Sekolah Rakyat di Sragen, Bangkitkan Asa Anak Putus Sekolah Kejar Cita-cita…
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        10 November 2025

Sekolah Rakyat di Sragen, Bangkitkan Asa Anak Putus Sekolah Kejar Cita-cita…
Tim Redaksi
SRAGEN, KOMPAS.com
– Dimulainya pembelajaran Sekolah Rakyat Terintegerasi (SRT) 78, Sragen, Jawa Tengah (Jateng) membangkitkan asa para anak dari keluarga miskin.
Mereka yang dulunya putus asa karena kondisi keadaan ekonomi, kini memiliki harapan untuk merengkuh cita-citanya.
Pendidikan di SRT 78 ditandai dengan digelarnya Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) di kawasan UPTD BLK BKPSDM, Jl. Veteran No.11, Magero,
Sragen
, Senin (10/12/2025). Lokasi tersebut adalah lokasi sementara yang digunakan oleh para siswa dan guru SRT 78.
Luas lahan lokasi sementara itu mencapai 2100 meter persegi, selain itu juga telah ada asrama, ruang kelas, ruang guru, ruang makan, lab. komputer, lab. IPA, ruang jenguk dan lapangan olahraga.
Selama kurang lebih 1 tahun ke depan, sebanyak 25 siswa SMP dan 25 siswa SMA akan menempuh pendidikannya masing-masing dengan konsep boarding school. Pendidikan para siswa akan dilanjutkan ke lokasi baru di Mondokan, Sragen setelah proses pembangunan selesai.
Ipan Sobirin (16) mengungkapkan kegembiraannya saat bisa kembali bersekolah di jenjang SMA. Kenginginannya menjadi seorang notaris mungkin saja bisa tercapai.
Ipan dulunya adalah siswa kelas 10 MAN 2 Sragen. Ia berhenti setelah 4 bulan bersekolah karena tidak memiliki alat tranaportasi dan tidak sanggup membayar SPP.
“Jadi saya hanya 4 bulan sekolah dan tidak sekolah beberapa minggu lalu didaftarkan ke sini oleh pihak kecamatan,” kata dia.
Saat MPLS diselenggarakan, dikala para siswa lain ditemani ayah dan ibunya, Ipan diantarkan oleh seorang pegawai kecamatan bernama Lala.
Kedua orang tuanya tak bisa mengantarkan Ipan ke sekolah barunya karena alasan masing-masing.
Pengalaman berbeda diungkapkan Ega Elfiyana Pramesti (16). Ia berhenti menempuh jalur pendidikan formal saat kelas 8.
“Udah gak sekolah sejak 2024. SMP kelas 8. Dulu pesantren, terus keluar, kerja. Ada
sekolah rakyat
mau cari ijazah mau ngejar cita-cita,” bebernya.
Ega yang bercita-cita sebagai pramugari itu mengatakan, saat keluar dari pondok tak langsung melanjutkan ke sekolah biasa karena terpengaruh teman.
Ia justru memilih bekerja sebagai buruh pabrik konveksi. Sedangkan kedua orangtuanya sehari-hari bekerja sebagai kuli.
“Kan temenku juga keluar udah dapat kerja juga. Terus aku ikut kerja. Bentar cuma 5 bulan,” terangnya.
“Misalnya baris berbaris, kegiatan kedisiplinan. Karena di sini 24 jam ada tata tertib setiap tempatnya,” katanya.
Sementara proses pembelajaran akademik akan dimulai minggu depan dengan jadwal Senin – Jumat. Sementara Sabtu dan Minggu akan diberikan tambahan berupa pendidikan karakter.
Proses pembelajaran akademik baru akan dilakulan setelah dalam 3 minggu ke depan. MPLS dilaksanakan selama 2 minggu dilanjutkan dengan evaluasi.
Giyatno memaparkan, dalam hitungan kalender akademik, proses pembelajaran di SRT 78 terlambat. Namun demikian, pihaknya telah berkoordinasi dengan pihak Kemenkes terkait kurikulum sehingga bisa selaras dengan kurikulum yang ada di sekolah-sekolah umum.
“Pada prinsipnya semester 1 tetap dijalankan. Walau waktunya pendek. Nanti tanggal 30 Desember 2025 harus rapot sama seperti regular,” paparnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.