Jakarta (ANTARA) – Kemenperin menyebutkan salah satu penyebab Indeks Kepercayaan Industri (IKI) subsektor industri tekstil mengalami kontraksi pada Oktober 2025 sebesar 49,74 poin adalah akibat penyesuaian stok di negara tujuan ekspor.
“Perlambatan terutama terjadi pada pesanan baru yang dipengaruhi oleh penyesuaian stok di negara tujuan ekspor, seperti di Amerika dan Eropa setelah periode ekspansi besar pada awal tahun, serta adanya pergantian musim dan mode fesyen,” kata Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Rizky Aditya Wijaya dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis.
Ia menilai bahwa kondisi ini tidak menunjukkan perlambatan, melainkan situasi yang normal, bahkan di tingkat internasional.
“Kami memandang kondisi ini tidak menunjukkan pelemahan struktural, melainkan penyesuaian normal seiring dengan perubahan dinamika perdagangan global dan siklus permintaan tekstil internasional,” ujar Rizky.
Fenomena serupa juga dialami oleh negara produsen besar lainnya seperti China, India, dan Vietnam yang saat ini tengah mengimbangkan siklus pengiriman dan mengoptimalkan efisiensi rantai pasok global.
“Dalam konteks global retailer internasional ini, kita menyesuaikan pola pembelian melalui sistem short term buying untuk menghindari overstock menjelang musim produksi 2026,” imbuhnya.
Rizky mengatakan meskipun subsektor tekstil secara agregat sedikit melambat, tapi komponen produksi dan persediaan masih menunjukkan ekspansi.
Hal ini, lanjut dia, menandakan bahwa aktivitas industri tetap berjalan baik dan produk masih terserap oleh pasar.
“Produsen tekstil Indonesia justru berhasil menyesuaikan diri dengan mengalihkan sebagian kapasitas produksinya ke pasar domestik dan industri pakaian jadi nasional, yang saat ini justru berada pada level ekspansi,” kata Rizky.
Ia melanjutkan langkah ini juga terbantu oleh kebijakan Permendag Nomor 17 Tahun 2025 yang memperbesar ruang penyerapan bahan baku kain dari dalam negeri.
“Dari sisi investasi, kepercayaan terhadap sektor tekstil masih tetap tinggi,” tambah dia.
Di sisi lain, secara keseluruhan, Kemenperin mencatat IKI pada Oktober 2025 masih berada di level ekspansif yakni 53,50 poin.
Adapun dua subsektor dengan nilai IKI tertinggi adalah Industri Pengolahan Tembakau (KBLI 12) dan Industri Kertas dan Barang dari Kertas (KBLI 17).
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
