Cerita dari Desa, Kedaulatan Pangan Tak Lagi Sekadar Janji Pemerintah

Cerita dari Desa, Kedaulatan Pangan Tak Lagi Sekadar Janji Pemerintah

Liputan6.com, Jakarta Hamparan sawah di Desa Margo Rejo, Kecamatan Tegineneng, Lampung Tengah, menjadi harapan bagi para petani. Dari sana cerita bermula. Bulir-bulir padi tidak hanya penanda musim panen segera tiba, namun juga menyimpan kabar bahagia.

Sukacita itu terlihat di wajah Haryadi, seorang petani yang belum genap berusia 30 tahun. Hasil panen padi kali ini mengakhiri puasa duka. Produksi melimpah ditambah harga jual yang bagus.

“Harga padi sekarang tinggi Rp 8.000. Kami seneng banget,” kata Haryadi membuka cerita kepada Liputan6.com, Selasa (14/10/2025).

Sudah lima tahun Haryadi menjadi petani, menggantikan orang tua yang sudah tidak kuasa lagi karena faktor usia. Ilmu bertanam pun dia dapat dari keduanya.

Haryadi memilih padi jenis Impari 32 untuk ditanam. Varietas ini memiliki keunggulan produktivitas tinggi, bisa mencapai 8,42 ton per hektare GKG alias gabah kering giling dan tahan hama penyakit.

Menjadi petani tentu tidak selamanya mulus. Haryadi berkisah, salah satu kendala utama yang dihadapi adalah pupuk. Tiga tahun lalu, para petani didera kelangkaan pupuk. Di mana-mana stok habis, kalaupun ada jumlahnya sangat terbatas dan mahal.

Mau tidak mau, petani dipaksa memutar otak. Haryadi mengakali dengan penggunaan kohe alias pupuk kandang untuk menambah nutrisi tanah sebelumm ditanam padi.

Namun cerita pahit itu telah berganti. Kebijakan Presiden Prabowo Subianto dalam mengatur ulang distribusi pupuk, telah dirasakan petani. Pupuk NPK Phonska hingga Urea kini dengan mudah didapat.

“Saat ini mudah dapat pupuk, enggak kaya 3 tahun lalu, saya cari pupuk susah banget. Tapi sekarang alhamdulillah mudah dapetin pupuk subsidi,” tutur Haryadi.

Tidak bisa dipungkiri, kondisi ini menjadi angin segar. Para petani yang sebelumnya berpaling, kini kembali menanam padi.

“Petani juga banyak sekarang di Tegineneng yang mulai tanam padi, kami senang karena harganya lagi bagus. Saya bukan untuk makan saja berasnya, tapi saya jual lagi. Kalau di sini kan setahun dua kali panen,” ucapnya.

Tidak beda dengan Haryadi, Agus Pujiyanto, petani di Desa Fajar Baru, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan juga bersenandung bahagia. Berbagai bantuan dari pemerintah telah dia terima.

“Alhamdulillah bantuan dari pemerintah, dapat bibit padi, terus ada juga pupuk subsidi,” tutur Agus.

Agus sudah 10 tahun menggeluti profesi sebagai petani. Dia ikut tergabung dalam kelompok tani. Ini juga menjadi akses bagi para petani untuk mendapatkan bantuan pemerintah.

“Dari zaman Pak Prabowo ini, kami enggak kebingungan lagi untuk cari pupuk, dan untuk alat-alat pertanian juga dapat dari pemerintah,” ujarnya.

Bagi Agus, menjadi petani bukan hanya berhenti pada kalkulasi ekonomi. Namun juga perasaan bangga bisa membantu pemerintah dalam menyediakan stok pangan. Terlebih saat ini pemerintah menargetkan swasembada pangan di sektor beras dalam tiga bulan ke depan.

“Sukanya, kita bisa menyediakan pangan membantu pemerintah untuk masyarakat di wilayah masing-masing,” pungkasnya.