Pamin, salah satu pembina petani Alpukat Siger di Desa Gunung Mas, menuturkan bahwa budidaya ini kini menjadi tulang punggung ekonomi masyarakat.
“Dulu niatnya cuma buat konsumsi dan penghijauan, sekarang malah bisa bikin warga sejahtera,” ujarnya, ditemui di Desa Gunung Mas, Minggu (19/10/2025).
Dari hasil penjualan bibit saja, para petani bisa mengantongi pendapatan hingga Rp 25 juta per bulan. Sementara saat musim panen tiba yang bisa terjadi dua kali dalam setahun, hasil dari satu hektare lahan dapat mencapai Rp 500 juta.
Penamaan Alpukat Siger sendiri diambil dari simbol mahkota adat wanita Lampung, sebagai bentuk penghormatan terhadap identitas daerah.
“Supaya orang tahu, ini khas Lampung,” kata Pamin.
Wawan, salah satu petani pembibit, menjelaskan proses pengembangbiakan Alpukat Siger yang sepenuhnya dilakukan secara mandiri oleh warga.
“Kita mulai dari biji alpukat berbagai jenis, lalu disambung pucuk. Setelah tunas tumbuh sekitar 15 hari, baru dipindah ke media yang lebih besar,” jelas Wawan.
Dari tahap penyemaian, pembentukan bibit, hingga pemasaran, seluruh proses dilakukan oleh masyarakat desa. Bahkan, sebagian keluarga menjadikan halaman rumah mereka sebagai tempat pembibitan.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5384979/original/080925900_1760860746-1000687629.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)