Dalam balutan malam yang tenang, ibunda TAS mengingat momen bersama anaknya lelakinya, serta menyampaikan rasa syukurnya atas sosok anak yang dibesarkannya.
“Saya bilang, ‘Ibu terima kasih, saya sangat bersyukur karena saya punya Anda sebagai anak saya,’ dan dengan sweet-nya Timmy (panggilan akrab TAS) bilang, ‘Iya mami, saya juga bersyukur punya Anda sebagai ibu. You are a good mom’,” ujarnya dengan nada haru.
Ia menceritakan bahwa semasa SMA, TAS mengambil jurusan IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), namun memilih jalan berbeda dengan menempuh pendidikan tinggi di jurusan Sosiologi.
“Saya berkali-kali tanya sama dia, ‘gimana kamu menikmati nggak kuliah di Sosiologi?’, karena dia itu anak IPA sebenarnya tapi masuknya Sosiologi,” jelasnya.
Menurutnya, TAS sangat menikmati bidang yang digelutinya.
“Dia sungguh-sungguh sangat suka mempelajari fenomena-fenomena sosial. Dia sangat suka mempelajari ini kenapa begini, ini kenapa harus seperti itu, dan aku lihat dia sangat menikmati itu,” ujarnya, yang juga merupakan mantan dosen di sebuah universitas.
Ibunda TAS juga menyampaikan terima kasih kepada teman-teman dan para dosen serta petugas di Unud yang selama ini bersedia menjadi teman diskusi anaknya.
“Saya sebagai maminya itu kadang suka tanya, ‘ini kapan kamu harus registrasi lagi,’ karena sebelum saya resign saya 15 tahun jadi dosen dan mahasiswa saya suka banyak yang tukang telat. KRS telat semua telat, jadi saya tidak ingin Timmy begitu,” jelasnya.
Ia juga berterima kasih kepada rumah sakit, pihak konseling, serta jajaran fakultas dan universitas yang telah mendampingi proses hingga kremasi TAS.
Sementara itu, Deon, teman dekat TAS sejak hari pertama kuliah, mengenang almarhum sebagai sosok yang ramah dan peduli.
“Dia tipikal yang sangat menghargai orang, sangat peduli dengan orang lain dan dia dicintai sama orang banyak. Bahkan sebelum perpisahan pun dia masih senyum,” ucap Deon.
Tak hanya di lingkungan kampus, sosok TAS juga dikenal aktif dalam kegiatan sosial. Seorang relawan bernama Fira yang pernah bersama TAS dalam aksi demonstrasi pada bulan Agustus lalu, mengenang kebaikan dan kepeduliannya terhadap isu sosial.
“Sekadar informasi, satu hari sebelum orasi, almarhum mengajukan diri sebagai relawan pencegahan kekerasan seksual pada wanita yang akan bertugas di lapangan besok harinya,” ujarnya.
Ia juga melihat TAS yang hadir pertama di titik kumpul dan mulai sibuk membagikan selebaran yang berisi tentang cara memperagakan kode tangan SOA
“Kesanku pada saat itu adalah kagum dengan beliau, tanpa memandang gendernya, ia sangat aware tentang isu pentingnya mengenali tanda bahaya di kerumunan,” lanjutnya.
Menurutnya, TAS juga ikut dengan para massa untuk menyampaikan aspirasi.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5384077/original/020329200_1760742449-Screenshot_2025-10-18_054340.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)