Penguatan branding batik menjadi sangat penting agar batik Indonesia semakin dikenal, diminati, dan memiliki daya saing kuat, baik di pasar domestik maupun internasional
Jakarta (ANTARA) – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus melakukan promosi jenama (brand) batik daerah guna meningkatkan daya saing industri batik nasional di tengah ketatnya persaingan global.
“Penguatan branding batik menjadi sangat penting agar batik Indonesia semakin dikenal, diminati, dan memiliki daya saing kuat, baik di pasar domestik maupun internasional,” ucap Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan di Jakarta, Jumat.
Sebagai upaya untuk memacu penguatan branding bagi pelaku IKM, Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kemenperin pada bulan lalu telah menyelenggarakan Seminar Nasional Industri Kerajinan dan Batik (SNIKB) VII 2025.
SNIKB VII 2025 hadir sebagai respons terhadap tantangan globalisasi serta pentingnya memperkuat posisi batik, bukan hanya sebagai warisan budaya bangsa, tetapi juga sebagai produk unggulan yang berdaya saing di pasar internasional.
Kepala BSKJI Kemenperin Andi Rizaldi menyampaikan batik bukan sekadar produk tekstil, melainkan manifestasi seni, filosofi, dan peradaban yang telah mengakar kuat dalam identitas bangsa Indonesia.
Andi menyampaikan, tantangan yang dihadapi industri batik saat ini tidaklah ringan. Batik harus mampu bersaing dengan produk tekstil dari negara lain serta menghadapi perubahan tren fesyen global yang sangat dinamis.
Menurut Andi, untuk menjawab tantangan tersebut, strategi branding yang visioner dibutuhkan untuk memacu daya saing, dan guna mewujudkan hal ini pihaknya berkomitmen untuk memperkuat promosi jenama lokal.
“Branding yang kuat tidak hanya berlaku bagi batik, tetapi juga untuk seluruh ekosistem industri kerajinan nasional yang merupakan tulang punggung perekonomian rakyat,” ujarnya.
Kemenperin mencatat ekspor industri batik sudah mencapai 7,63 juta dolar AS pada triwulan I 2025. Ini berasal dari 214 sentra batik di 11 provinsi dari total 47 ribu unit usaha batik.
Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
