Saidi Menatap Layar Monitor Berjam-jam Tunggu Kabar Cucunya yang Jadi Korban Ponpes Al Khoziny Ambruk Surabaya 3 Oktober 2025

Saidi Menatap Layar Monitor Berjam-jam Tunggu Kabar Cucunya yang Jadi Korban Ponpes Al Khoziny Ambruk
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        3 Oktober 2025

Saidi Menatap Layar Monitor Berjam-jam Tunggu Kabar Cucunya yang Jadi Korban Ponpes Al Khoziny Ambruk
Tim Redaksi
SIDOARJO, KOMPAS.com
– Saidi (67), warga Sidoarjo, menatap layar monitor berjam-jam. Tapi matanya tak benar-benar melihat, cahaya biru itu hanya memantul di korneanya.
Pikirannya kosong, perasaannya cemas, perutnya lapar. Layar monitor itu memutar rekaman proses evakuasi runtuhan mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo yang ambruk lima hari lalu.
Layar itu ia tatap seksama dengan duduk mendekap lutut. Sudah berjam-jam Kompas.com memantaunya, raut wajah sedih tak mampu dia sembunyikan.
Bahkan ia tak beranjak sedikit pun saat para awak media melakukan wawancara bersama pimpinan Basarnas. Begitupun matanya, tak teralihkan melihat kondisi sekitar.
“Setiap saat saya natap layar ini. Tadi di situ (layar monitor luar) karena panas jadi saya pindah ke dalam posko ini,” ujarnya.
Perasaan cemasnya ini akan terobati jika nama cucu pertama kesayangannya, Muhammad Adam Fidiansyah masuk dalam daftar jenazah yang semula pencarian menjadi penemuan.
“Sudah dari Senin di sini, nggak enak makan nasi. Cuma rokok sama roti. Cucu saya belum ketemu,” kata Saidi saat dihampiri Kompas.com, Jumat (3/10/2025).
Cucunya merupakan salah satu santri Ponpes Al Khoziny yang saat ini belum ditemukan petugas SAR selama proses evakuasi runtuhnya bangunan mushala tiga lantai itu.
Lalu, ia pun antusias menunjukkan video cucunya saat sedang mengaji melalui telepon genggamnya. Tanpa ia sadari, air matanya menetes.
“Seminggu lalu pulang ke rumah sakit terus berobat dan maunya kembali ke pondok. Setelah itu ada insiden ini,” ungkap Saidi dengan terbata-bata sembari mengusap air mata.
Di mata Saidi, cucu pertamanya itu cukup pendiam, penurut, dan tak pernah merengek meminta sesuatu untuk dituruti.
Ia juga mengingat pesan terakhir yang disampaikan untuk Adam. Ia ingin Adam berhati-hati saat kembali ke pondok, ia juga berharap Adam menjadi anak sholeh.
Tidurnya pun tak tenang. Setiap waktu dia terbayang-bayang wajah cucunya seperti masih hidup, bisa ia tatap dan ia peluk. Tapi itu hanya hadir dalam mimpinya.
“Mata saya terbayang-bayang dia masih hidup. Jadi seperti berhalusinasi, di rumah pulang sebentar gak kuat akhirnya ke sini lagi,” tuturnya.
Ia hanya berharap cucunya dapat segera ditemukan. Apapun kondisinya, ia hanya pasrah kepada Tuhan meski di sudut hati kecilnya mengharap Adam pulang dengan selamat.
“Saya pasrah, yang penting cucu saya ketemu apapun kondisinya. Kalau sudah membusuk semoga bisa dikenali,” pungkasnya.
Hari ini, tim SAR gabungan menemukan delapan jenazah dari reruntuhan puing-puing mushala Al-Khoziny. Seluruh jenazah belum diketahui identitasnya karena masih dalam proses identifikasi tim DIV Polda Jatim.
Diketahui, bangunan yang difungsikan sebagai mushala tiga lantai di area asrama putra Ponpes Al Khoziny Sidoarjo ambruk dan menimpa para santri saat sedang melakukan shalat Ashar sekitar pukul 15.00 WIB, Senin (29/9/2025).
Berdasarkan analisis tim SAR gabungan, penyebab ambruknya bangunan mushala Ponpes Al Khoziny adalah kegagalan konstruksi akibat ketidakmampuan menahan beban dari kapasitas seharusnya.
Korban runtuhan mushala Al Khoziny hingga kini berjumlah 116 orang. 26 diantaranya berhasil dievakuasi petugas, sementara sisanya evakuasi mandiri. 13 orang dinyatakan meninggal dunia, puluhan lainnya masih dalam proses pencarian.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.