Jaga Kualitas Gizi, SPPG Palmerah Batasi Distribusi Makanan Maksimal 6 Jam
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Palmerah, Jakarta Barat, membatasi distribusi makanan bergizi gratis (MBG) yang diproduksi tak boleh lebih dari enam jam.
“Kalau sudah lebih dari enam jam, makanan berisiko tidak lagi segar dan gizinya bisa berkurang. Jadi distribusi harus cepat, tepat waktu, dan sesuai prosedur,” ujar ahli gizi SPPG Palmerah, Cut Athaya Artawana Tandy, Kamis (2/10/2025).
Athaya menjelaskan, hitungan enam jam dimulai sejak proses memasak selesai. Karena itu, dapur SPPG Palmerah sudah beroperasi sejak dini hari.
“Misalnya jam 3 pagi nasi mulai ditanak, jam 5 lauk siap, lalu dikemas, dan sekitar jam 7 sudah harus berangkat ke sekolah-sekolah tujuan,” kata dia.
Proses distribusi dilakukan dengan pengawasan ketat. Setiap makanan dikemas dalam boks logistik dan diangkut menggunakan mobil pendingin khusus agar suhu tetap stabil selama perjalanan.
Meski standar sudah ditetapkan, menjaga distribusi dalam waktu enam jam bukan hal mudah. Kemacetan lalu lintas Jakarta menjadi tantangan harian bagi tim transporter.
“Kalau ada hambatan di jalan, risikonya makanan bisa lewat dari batas waktu. Itu sebabnya jalur distribusi harus dipetakan dengan baik,” ujar Athaya.
Jika terjadi kendala, tim dapur biasanya mempercepat proses produksi agar pengiriman tetap sesuai standar.
Selama hampir setahun menerima layanan MBG dari SPPG Palmerah, sekolah-sekolah penerima mengaku puas dengan kualitas makanan.
Kepala SD Borunawati II, Untung Suripto, menuturkan, sejak awal menjadi sekolah percontohan, distribusi selalu tepat waktu.
“Sejauh ini aman, tidak pernah ada kasus makanan basi apalagi keracunan. Mobil pengangkut datang sekitar pukul 7 pagi, sesuai jadwal, dan anak-anak bisa langsung makan di jam istirahat,” kata Untung.
Ia menambahkan, MBG membantu anak-anak terbiasa sarapan sehat di sekolah. Bahkan, makanan yang awalnya kurang disukai, seperti sayur atau ikan, perlahan mulai diterima siswa berkat edukasi bersama guru.
“Dulu banyak anak tidak mau makan sayur. Sekarang, lama-lama terbiasa karena terus diedukasi. Kalau ada menu yang kurang disukai, biasanya sisa sedikit, tapi tidak pernah ada masalah serius,” ucap dia.
SPPG Palmerah juga melakukan evaluasi harian dan edukasi rutin ke sekolah-sekolah penerima. Anak-anak dan orangtua diimbau segera mengonsumsi makanan yang diterima agar kualitas gizinya tidak berkurang.
“Kalau makanan sudah diterima, jangan dibiarkan terlalu lama. Harus segera dimakan supaya gizinya maksimal,” ujar Athaya.
Sementara Untung Suripto pun menilai program MBG sangat membantu sekolah dan orangtua.
“Anak-anak jadi tidak sembarangan jajan. Orangtua juga terbantu karena anaknya mendapat makanan sehat dengan gizi terukur,” kata dia.
Baik pihak sekolah maupun pengelola SPPG berharap program MBG terus dilanjutkan. Selain meringankan beban orangtua, program ini juga memberi dampak nyata pada kesehatan dan kebiasaan makan anak-anak.
“Bukan hanya soal kenyang, tapi bagaimana anak-anak ini mendapatkan gizi seimbang untuk mendukung tumbuh kembang mereka,” ujar Athaya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Jaga Kualitas Gizi, SPPG Palmerah Batasi Distribusi Makanan Maksimal 6 Jam Megapolitan 2 Oktober 2025
/data/photo/2025/10/02/68de44ad843fb.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)