Stafsus Gubernur: Ironi, 13 Sungai di Jakarta Tak Layak Jadi Sumber Air Baku Megapolitan 19 September 2025

Stafsus Gubernur: Ironi, 13 Sungai di Jakarta Tak Layak Jadi Sumber Air Baku
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        19 September 2025

Stafsus Gubernur: Ironi, 13 Sungai di Jakarta Tak Layak Jadi Sumber Air Baku
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Staf Khusus Gubernur Jakarta, Firdaus Ali, menyoroti kondisi memprihatinkan sumber daya air di Ibu Kota.
Menurut Firdaus, meskipun Jakarta memiliki 13 sungai dan 76 anak sungai, tidak ada satu pun yang layak digunakan sebagai sumber air baku.
“Air adalah sumber kehidupan. Hampir semua kitab suci menyebut air sebagai lambang surga. Namun ironinya, Jakarta dengan 13 sungai dan 76 anak sungai, tak satu pun yang layak jadi air baku. Semua tercemar limbah,” ujar Firdaus dalam forum Balkoters Talk bertajuk Implementasi Smart Water Management untuk 100 Persen Layanan Air Jakarta di Balai Kota, Jumat (19/9/2025).
Firdaus menjelaskan, cakupan layanan air perpipaan di Jakarta masih menjadi pekerjaan rumah besar. Saat ini, cakupan layanan masih di bawah 50 persen, jauh dari kebutuhan ideal.
“Pipanya ada, tapi airnya sering tidak mengalir,” katanya.
Selain itu, ia menyoroti tingginya angka kebocoran air atau
non-revenue

water
(NRW) di Jakarta yang mencapai 45–47 persen.
Angka ini disebut sebagai salah satu yang terburuk di dunia untuk kota dengan populasi lebih dari lima juta jiwa.
“Tantangan PAM Jaya tidak ringan, memperluas layanan sekaligus menekan kebocoran masif ini,” tegasnya.
Firdaus menambahkan, lebih dari 80 persen pasokan air bersih Jakarta masih bergantung pada Waduk Jatiluhur melalui Kanal Tarum Barat (Kalimalang). Kondisi ini dinilai rentan terhadap gangguan suplai.
“Kalau ada gangguan di Kalimalang, maka suplai 81 persen air Jakarta berhenti total. Itu jelas berbahaya bagi keamanan layanan air Ibu Kota,” ujarnya.
Firdaus menekankan bahwa transformasi PAM Jaya menuju pengelolaan air yang lebih modern dan transparan tidak bisa ditunda lagi.
Menurutnya, langkah ini sangat penting untuk mengurangi ketergantungan warga terhadap air tanah maupun air kemasan.
“Kalau kita tidak bergerak cepat, jangan sampai tahun 2050 garis pantai sudah bergeser ke Harmoni. Solusinya jelas, percepat layanan air perpipaan, kurangi kebocoran, dan perkuat sistem pertahanan pesisir,” ucap dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.