Ingatkan Rumah Subsidi Jangan Disulap Jadi Mewah, Dedi Mulyadi: Bangun 3 Lantai, Ambil Hak Orang… Bandung 19 September 2025

Ingatkan Rumah Subsidi Jangan Disulap Jadi Mewah, Dedi Mulyadi: Bangun 3 Lantai, Ambil Hak Orang…
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        19 September 2025

Ingatkan Rumah Subsidi Jangan Disulap Jadi Mewah, Dedi Mulyadi: Bangun 3 Lantai, Ambil Hak Orang…
Tim Redaksi
BANDUNG, KOMPAS.com
– Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, mengingatkan masyarakat agar tidak menyalahgunakan fasilitas rumah subsidi.
Hal tersebut dikhawatirkan akan memicu konflik sosial.
Menurutnya, rumah tipe 36 yang diperuntukkan bagi kalangan menengah ke bawah kerap diubah menjadi bangunan mewah, bahkan sampai bertingkat tiga.
“Ketika dia ambil rumah subsidi di situ, besoknya dia bangun tiga lantai di situ, maka dia sudah mengambil hak orang lain. Akhirnya, besoknya tiba-tiba terjadi kecemburuan sosial,” ujar Dedi saat berpidato pada acara Peluncuran Program Penguatan Ekosistem Perumahan “Imah Merendah, Hirup Tumaninah” di Gedung Sabuga ITB, Jalan Tamansari, Kota Bandung, Kamis (18/9/2025).
Dedi menilai perilaku tersebut berpotensi memicu kecemburuan.
Padahal, rumah subsidi dibuat untuk menyelesaikan masalah perumahan bagi masyarakat dengan kemampuan ekonomi terbatas.
Ia pun berharap, ke depannya pengelolaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) perumahan di Jawa Barat bisa memberikan kontribusi signifikan.
Mantan Bupati Purwakarta itu menargetkan, 30 persen dari total pembangunan perumahan nasional dapat digarap di Jawa Barat.
“Perumahan di Jawa Barat ini bisa menyerap 30 persen dari total pembangunan perumahan nasional, maka implikasinya adalah akan ada efek multiplikasi pada ekonomi,” kata Dedi.
Dedi mencontohkan, keberadaan proyek pembangunan perumahan akan menghidupkan sektor ekonomi kerakyatan.
Mulai dari toko bangunan, kuli, hingga pemilik warung di sekitar lokasi.
“Toko bangunan akan hidup. Sopir yang mengangkut bahan bangunan, hidup; kuli bangunan, hidup; mandor bangunan, hidup; tukang kayu, hidup; (pemilik) warung,” tuturnya.
Namun, proses pembayaran proyek tersebut juga jangan sampai tersendat.
Pasalnya, dampaknya juga akan merembet dari atas ke bawah. Bahkan, pihak yang paling merasakan dampaknya adalah kuli hingga pemilik usaha warung.
“Yang paling korban adalah tukang warung. Kontraktornya ngemplang, kemudian mandornya diemplang. Karena mandornya diemplang, mandornya
ngemplang
kuli. Kuli setiap bulan tidak dibayar. Tukang warung mati karena diutang,” pungkas Dedi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.