Cara Pustakawan UK Petra Surabaya Tularkan Minat Baca Sejak Dini Surabaya 15 September 2025

Cara Pustakawan UK Petra Surabaya Tularkan Minat Baca Sejak Dini
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        15 September 2025

Cara Pustakawan UK Petra Surabaya Tularkan Minat Baca Sejak Dini
Tim Redaksi
SURABAYA, KOMPAS.com
– Candra Pratama Setiawan (37) mampu meraih gelar S2 dari Nanyang Technological University karena kecintaannya terhadap dunia literasi.
Candra merupakan pustakawan di Universitas Kristen Petra Surabaya. Ia juga telah menyelesaikan gelar S2 di NTU Singapura lewat program Information Studies, spesifikasi Library Management.
“Kadang, ada mahasiswa yang ke perpustakaan karena kesulitan mencari bahan buat skripsi, kemudian kita bisa bantu itu yang menyenangkan bekerja sebagai pustakawan,” kata Candra.
Meski ia seorang Kabid Pengembangan Koleksi dan TI di UK Petra Surabaya, tugasnya tidak hanya sebatas memastikan pemenuhan koleksi buku tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan pengunjungnya.
“Di negara maju, perpustakaan menyediakan kebutuhan banyak komunitas. Misalnya memberdayakan pekerja migran, gelandangan, balas email anaknya, cari hiburan nonton film, anak-anak
create event
itu aksesnya perpustakaan yang membantu,” ucapnya.
Berkecimpung di dunia literasi selama bertahun-tahun, Candra menyadari bahwa minat membaca buku di era sekarang tidak serta merta timbul secara instan. Perlu ada pembiasaan pengenalan buku sedari dini.
Sebab, generasi alpha sekarang sudah bersentuhan dengan kecanggihan teknologi yang mampu menjawab kebutuhan dengan cepat.
“Orangtua membelikan berbagai jenis buku, membiasakan sejak kecil sekalipun belum bisa baca tetapi orangtua bisa membacakan seperti mendongeng. Kadang saya membacakan buku di depan anak-anak biar mereka tahu ada kebiasaan membaca,” terangnya.
Penerima beasiswa pengembangan IFLA/OCLC Jay Jordan Fellow 2018 Amerika Serikat tersebut juga menekankan anak-anaknya untuk mengenal dan rutin pergi ke perpustakaan.
Membiasakan berkunjung atau membaca buku di perpustakaan lalu membuat rangkuman hasil bacaan untuk melatih kognitif anak.
“Kalau rutin dapat hadiah. Enggak mewah, alat tulis atau apa tapi anak-anak itu semangat dan itu sampai sekarang konsisten. Kadang di rumah saya sama istri saya gantian membaca buku,” jelasnya.
Sebagai orangtua milenial, ia juga menyadari bahwa generasi sekarang harus mengikuti perkembangan teknologi yang serba cepat. Untuk itu, ia juga tak memisahkan dunia digital.
“Kami juga mengenalkan teknologi misal setiap hari Jumat saya punya komitmen ngajarin anak kalau belajar pakai laptop tapi bukan untuk yang lain melainkan untuk menulis. Jadi bagaimana
turn on
laptop, terus memproses
mouse
, bagaimana buka aplikasinya terus mereka nulis,” ujarnya.
Candra juga tak melarang anaknya untuk menonton video melalui Youtube atau aplikasi lainnya. Namun, yang ia lakukan adalah memberlakukan pembatasan penggunaan dan pengawasan.
“Tapi kalau mau pegang Hp, tab, laptop tetap harus ada pengawasan orangtua. Kalau lihat Youtube atau TV harus ada batasan 30 menit sampai 1 jam,” bebernya.
Baginya, membaca dan menulis adalah bentuk menjawab dan memahami segala pertanyaan yang ada. Terutama di masa pertumbuhan anak-anak yang aktif dan memiliki rasa keingintahuan yang tinggi.
“Kadang kalau lagi di luar terus ada tulisan, saya sering meminta mereka untuk mengeja dan membaca misal nomor pelat kendaraan atau apapun yang dilihat,” ucapnya.
Dengan membeli lalu membaca buku, seseorang telah melakukan investasi jangka panjang membentuk diri yang cerdas dan mempersiapkan generasi maju.
“Kita lihat beli internet Rp 100.000 ringan banget tapi kalau untuk beli buku rasanya berat. Tapi mau gimana lagi, buku untuk investasi,” tutupnya.
 
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.