Selain risiko bencana hidrologis, Rozak juga menyebut pembalakan liar ini merusak kualitas udara dan keseimbangan ekologi.
Pohon-pohon besar yang berfungsi menyerap karbon banyak hilang, sementara spesies tumbuhan dan satwa liar kehilangan habitatnya.
“Ekosistem hutan terganggu. Satwa-satwa liar seperti burung, elang jawa, kancil hingga macan tutul jawa terancam kehilangan tempat tinggal dan sumber pangan,” jelasnya.
Rozak juga menyoroti komitmen Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi, yang selama ini dikenal konsisten memperjuangkan penyelamatan hutan. Menurutnya, kasus di Gunung Salak ini harus menjadi ujian nyata.
“Ini ujian untuk Gubernur Jabar yang selama ini konsisten dalam upaya penyelamatan lingkungan. Tentu masyarakat berharap aktivitas ini segera dihentikan,” ungkapnya.
Menurut laporan warga, aktivitas penebangan bahkan dilakukan secara terang-terangan.
“Harusnya fungsi pengawasan berjalan. Tapi ini sudah lama terjadi. Bahkan ada laporan warga yang melihat para pelaku membawa alat pemotong kayu ke atas dengan bebas,” ucapnya.
Kini, warga Cidahu yang berada di lereng Gunung Salak mulai bersuara. Mereka berencana menggelar aksi ke kantor TNGHS maupun pemerintah daerah untuk mendesak penghentian aktivitas pembalakan liar.
“Jelas-jelas ini sudah berdampak pada warga. Jika dibiarkan, maka kami yang akan bergerak sendiri melawan illegal logging,” tuturnya.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5345632/original/076845400_1757568736-103410.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)