Di Balik Proyek Galian Jalan Fatmawati, Hadapi Tantangan Kabel Optik dan Tuntutan Waktu Megapolitan 9 September 2025

Di Balik Proyek Galian Jalan Fatmawati, Hadapi Tantangan Kabel Optik dan Tuntutan Waktu
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        9 September 2025

Di Balik Proyek Galian Jalan Fatmawati, Hadapi Tantangan Kabel Optik dan Tuntutan Waktu
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com —
Pekerjaan galian saluran utilitas di sepanjang Jalan Fatmawati, Jakarta Selatan, masih berlangsung di tengah padatnya arus lalu lintas.
Aktivitas proyek ini tak jarang menimbulkan keluhan warga, namun bagi para pekerja di lapangan, tantangan terbesar justru datang dari kondisi galian itu sendiri.
Pantauan
Kompas.com
di lokasi, suara mesin eskavator terdengar menggeram dari balik pagar seng proyek yang menutup sebagian pandangan jalan.
Sesekali,
bucket
besi diturunkan ke dasar lubang sedalam lebih dari dua meter untuk mengeruk tanah liat basah yang telah berubah menjadi lumpur merah.
Di dalam lubang, seorang pekerja berseragam rompi oranye dan helm kuning berdiri di tengah genangan air. Kabel-kabel dengan berbagai warna—biru, hijau, putih, hingga hitam—tampak melintang dari satu sisi ke sisi lain.
Sementara itu, di tepi galian, pekerja lain memberi aba-aba dengan tangan yang berlumur tanah kering kepada operator eskavator, mengarahkan bagian mana yang harus dikeruk.
Komunikasi antarpekerja berlangsung singkat. Hanya teriakan atau gerakan tangan yang bisa digunakan karena suara mesin menutupi percakapan.
Area galian dipagari seng, sementara kerucut oranye dan tali kuning dipasang seadanya untuk menandai zona pekerjaan di sisi jalan raya.
Khusnul Muharom (42), salah satu pekerja, menuturkan kendala utama bukan hanya lumpur atau tanah, melainkan kabel optik yang berserakan di dalam saluran.
“Di dalam saluran gali itu sulitnya ya kabel. Kalau pipa kan nggak terlalu banyak lah setidaknya. Tapi kalau kabel kan rata-rata naruhnya kan masukin aja ke dalam saluran, jadi kitanya yang sulit gitu,” ujar Khusnul.
Menurut dia, proyek galian sebenarnya bisa diselesaikan lebih cepat, namun keberadaan kabel membuat pekerjaan kerap terhambat.
Sebelum menggali, pekerja harus memastikan lokasi dan melakukan konfirmasi agar tidak ada kabel yang terputus.
“Kalau ini sudah konfirmasi semua, sudah dikasih tahu. Ini yang harus direlokasi, begitu kan. Kalau kayak gitu kan sebelum kami gali kan saya sudah cek. Jadi, oh di sini ada kabel, ini ada kabel. Itu dibotok semua,” kata dia.
Khusnul mengakui, kabel yang lambat dipindahkan sering membuat pekerjaan tersendat. Dalam kondisi seperti itu, pekerja mencari cara agar tetap bisa melanjutkan pekerjaan.
“Biasanya kalau dianya lambat, kami akali sendiri, gitu kan. Daripada kami nunggu-nunggu orang lama, yang penting kami agak lancar lah, begitu,” ucapnya.
Selain kendala teknis, pekerja juga dihadapkan pada tuntutan waktu. Kadang, mereka harus lembur, terutama untuk pengerjaan darurat seperti akses jalan atau pengecoran.
“Kalau emang mendadak kayak contohnya pintu darurat, pintu satu itu harus dikerjain semalam biar jadi. Jadi kan besoknya bisa buat lewat. Biasanya jadwalnya hari libur. Sabtu, Minggu itu harus jadi siap. Ya, kami lemburin,” tutur Khusnul.
Meski demikian, ia menyebut lembur pada hari biasa jarang dilakukan, kecuali jika ada pekerjaan mendesak seperti pengecoran.
Di sisi lain, protes warga terhadap proyek galian di tengah jalan sudah menjadi hal lumrah bagi para pekerja.
“Kalau (dari sisi) pekerja itu ya biarin dia ngomong. Yang penting kan walaupun kita ngerusak, kita kan betulin lagi. Adapun orang-orang, itu hal yang biasa. Karena manusia itu, ya, hatinya kan bukan batu,” katanya.
Soal penghasilan, Khusnul menyebut pekerja digaji harian antara Rp 70.000 hingga Rp 170.000, tergantung bagian. Selain itu, pekerja juga mendapat uang makan harian.
Namun, pengalaman pahit pernah dialami Khusnul. Ia mengaku sempat tidak dibayar saat bekerja di Kalimantan.
“Saya pernah nggak dibayar waktu di Kalimantan padahal kan itu jauh. Gimana temen saya nggak dibayar ya dia kerja cari apa aja yang penting dia bisa balik,” kenangnya.
Meski demikian, ia bersyukur proyek yang sedang dikerjakan sekarang berjalan lancar dan tanpa kendala besar.

Alhamdulillah
kalau mandor ini semua lancar walaupun proyeknya dia banyak,” katanya.
Khusnul bersama rekan-rekannya menargetkan pekerjaan galian saluran utilitas di Jalan Fatmawati ini rampung dalam dua bulan ke depan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.