Rian tidak memungkiri jika pengunjung cukup pada mulai pukul 10 pagi hingga jam 7 malam pada hari kerja.
“Mulai ramai pembeli pada pukul 10 pagi sampai jam 9 malam pada Sabtu dan Minggu, kita tutup jam 9. Kalau hari biasa jam 7 sampai jam 8 sudah sepi, jarang ada yang lewat. Kalau weekend masih ramai sampai jam 9 malam,” jelasnya.
Perihal penerangan, Rian mengeluhkan lorong tempat para pengunjungnya duduk untuk menyantap minuman dan makanan yang dipesan masih tergolong redup. Pasalnya, penerangan pada pagi hingga sore hari masih mengandalkan sinar matahari, sedangkan sisanya hanya melalui lampu-lampu bulat yang terpasang di samping-samping kios.
Selain lampu, Rian juga mengaku pendingin ruangan di lokasi tersebut sangatlah kurang. Bahkan, kiosnya mengakali dengan turut memasang kipas angin di dalam ruangannya.
“AC kurang dingin, makanya kita tambah kipas. Kalau menurut saya lampu-lampu kurang, kayak remang-remang karena hanya dari cahaya matahari,” bebernya.
Meski demikian, Rian mengakui ada beberapa sisi positif yang dirasakan. Soal kebersihan, kata dia, petugas rutin melakukan pengepelan. Begitu pula dengan keamanan yang dinilai cukup terjaga karena petugas keamanan sering berkeliling memantau.
Kini, para pedagang hanya berharap pemerintah tidak berhenti pada pemberian keringanan biaya sewa saja, tetapi juga memperhatikan kenyamanan berdagang. Mereka meminta agar fasilitas vital seperti listrik, lampu, AC, dan wifi segera dibenahi demi keberlangsungan usaha.
Selain itu, guna meningkatkan jumlah pengunjung, Rian juga mengusulkan agar pihak Pemprov dapat menggencarkan promosi ke masyarakat. Pasalnya, masih sedikit orang yang tahu bahwa di basement sudah ada kios-kios UMKM yang menjajakan jajanan.
