Cerita Ayah tentang Dhijey, Juara Karate Internasional Korban Kecelakaan Bus ALS Medan 8 September 2025

Cerita Ayah tentang Dhijey, Juara Karate Internasional Korban Kecelakaan Bus ALS
                
                    
                        
                            Medan
                        
                        8 September 2025

Cerita Ayah tentang Dhijey, Juara Karate Internasional Korban Kecelakaan Bus ALS
Tim Redaksi
MEDAN, KOMPAS.com
– Sebuah bus pariwisata milik Antar Lintas Sumatera (ALS) yang mengangkut rombongan 31 atlet karate kecelakaan di Exit Tol Padang–Sicincin, Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Minggu (7/9/2025) malam. 
Para atlet dari Perguruan Shindoka Sumut tersebut baru saja menyelesaikan Kejuaraan Road to National & Internasional Shukaido Karate Open Series 1 Tahun 2025 yang berlangsung di GOR Universitas Negeri Padang dari 5-7 September 2025.
Dalam insiden tersebut, dua orang dilaporkan meninggal dunia, yaitu Muhammad Dhijey Lexsie dan Fahri Akbar Assweth, sementara 29 orang lainnya mengalami luka ringan.
Saat ini, kedua jenazah sedang dalam perjalanan menuju Medan, Sumatera Utara, dan diperkirakan akan tiba di rumah duka pada Selasa (9/9/2025) pukul 02.00 WIB.
Hedi, ayah Dhijey, mengetahui kabar duka tersebut pada Senin (8/9/2025) pukul 02.00 WIB dini hari.
Ia menerima informasi bahwa mobil yang ditumpangi anaknya terbalik saat dalam perjalanan pulang ke Medan.
“Saya dapat kabar waktu di tempat kerja saya di Bagan Batu. Mendengar kabar itu, saya langsung berangkat ke Medan,” ungkap Hedi saat ditemui di rumahnya di Jalan Pancasila, Desa Bandar Khalipah, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, pada Senin sore.
Dhijey berangkat mengikuti kejuaraan bersama abangnya, Juan, dan sebelumnya telah memberi tahu ayahnya tentang keberangkatan mereka ke Padang.
Hedi menyampaikan, anaknya meninggal dunia bersama dengan teman satu bangkunya di dalam bus, Fahri.
Namun, ia tidak mengetahui secara detail kondisi anaknya saat kecelakaan terjadi.
“Saya belum tahu. Mereka hanya mengabari saya jam 2 malam anak saya sudah meninggal,” tambah Hedi dengan air mata yang mengalir.
Sebagai seorang ayah dari empat anak, Hedi mengenang prestasi putranya yang telah menekuni olahraga karate sejak duduk di kelas 2 Sekolah Dasar (SD).
Dhijey pernah meraih juara internasional di Belgia saat masih di kelas 6 SD pada 2014.
Dalam perjalanan karirnya, ia juga sering mewakili perguruannya dalam berbagai turnamen, baik di dalam negeri maupun luar negeri, seperti Malaysia, Filipina, dan Thailand.
Prestasi terakhir Dhijey adalah di Kejuaraan Shukaido di Padang, di mana ia meraih juara 1 di Kategori Kumite, juara 1 Beregu Putra, dan juara 1 Best of the Best Junior.
“Ada 3 kelas yang diambil dan dia dapat emas semua. Emas terakhirnya. Dia anak yang sopan, terkenal aktif latihan, baik dalam bergaul, dan tidak sombong,” tutup Hedi sambil menunjukkan sejumlah komentar netizen di akun Facebook pribadinya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.