Kericuhan Demo DPR di Pejompongan: Langit Diselimuti Asap Hitam, Suara Petasan Bersahutan Megapolitan 28 Agustus 2025

Kericuhan Demo DPR di Pejompongan: Langit Diselimuti Asap Hitam, Suara Petasan Bersahutan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        28 Agustus 2025

Kericuhan Demo DPR di Pejompongan: Langit Diselimuti Asap Hitam, Suara Petasan Bersahutan
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Suasana di sekitar Jembatan Pejompongan, Jakarta Pusat, mendadak mencekam saat aksi demonstrasi di depan Gedung DPR RI, Kamis (28/8/2025) sore.
Pantauan
Kompas.com,
langit yang semula teduh tiba-tiba dipenuhi letupan petasan yang dilepaskan massa aksi.
Tak lama kemudian, asap putih gas air mata menutupi area, bercampur dengan bau menyengat kembang api. Warga yang berada di sekitar lokasi terpaksa menutup hidung dan mata untuk mengurangi rasa perih.
Di tengah kericuhan itu, Susi (40), pedagang minuman yang sudah 12 tahun berjualan di sekitar jembatan, tak kuasa menahan tangis.
Ia mengaku terbiasa menghadapi aksi demonstrasi, namun tetap diliputi rasa takut setiap kali kericuhan terjadi.
“Saya takut, tapi mau bagaimana lagi? Saya tetap harus cari nafkah,” ujar Susi dengan suara bergetar saat ditemui
Kompas.com.
Menurut dia, gas air mata menjadi momok yang paling menakutkan. Pada aksi sebelumnya, ia bahkan sempat terkena semburan hingga matanya perih.
“Demo sih sudah dari pagi, saya kan memang biasa jualan di sini. Sudah 12 tahun, jadi sudah sering ketemu demo. Tapi tetap saja, saya takut. Apalagi kalau sudah ada gas air mata begini, perih banget,” lanjutnya.
Meski dihantui rasa cemas, Susi mengaku tak punya pilihan selain tetap berjualan. Ia harus mencari penghasilan untuk keluarga di kampung.
“Ya Allah, saya ini ngeri banget. Engggak cuma massa, kadang warga sekitar juga ikut panik. Tiba-tiba saja suasana berubah jadi ricuh,” katanya sambil menyeka air mata.
Susi menuturkan, pada kericuhan Senin lalu ia terpaksa bertahan hingga larut malam.
“Kemarin Senin itu, sampai magrib, bahkan hampir setengah sebelas malam baru reda. Saya cuma bisa pulang dengan mata masih perih,” kenangnya.
Di sela tangisnya, ia mengaku selalu teringat anak-anaknya di kampung. Sebagai seorang ibu, ia hanya bisa mendoakan keselamatan para mahasiswa dan buruh yang turun ke jalan.
“Saya ini rakyat kecil, nggak bisa apa-apa. Cuma bisa doakan anak-anak yang demo, semoga dilindungi Allah, nggak ada yang celaka. Mereka kan niatnya baik, membela rakyat kecil,” ucapnya lirih.
Hingga menjelang sore, bentrokan masih terus berlangsung di sekitar Jembatan Pejompongan.
Letupan kembang api bersahutan dengan tembakan gas air mata, sementara pedagang dan warga sekitar memilih bertahan dengan rasa waswas di tengah situasi yang tak menentu.
 
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.