Pendongeng, Kak Eklin Pulihkan Trauma Anak Korban Konflik Desa Hunuth
Tim Redaksi
AMBON, KOMPAS.com
– Puluhan anak korban konflik di Desa Hunuth, Kecamatan Teluk Ambon, Kota Ambon, Maluku mengikuti sesi psikososial untuk memulihkan trauma.
Eklin Amtor De Fretes, pendongeng nasional asal Maluku, datang bersama boneka
ventriloquist
-nya bernama Dodi untuk menemui dan memulihkan kondisi anak-anak di desa Hunuth pada Sabtu (23/8/2025).
Kegiatan yang berlangsung di gedung gereja Hunuth itu bertujuan membantu memulihkan kondisi psikis para penyintas, khususnya anak.
Peserta yang datang mulai dari usia bayi hingga 16 tahun.
“Pada sesi psikososial itu beta pakai metode terapi cerita. Dengan boneka Dodi, beta bawakan cerita, kembalikan dong (mereka) keceriaan, tapi juga keberanian dan rasa aman,” kata Eklin yang juga seorang pendeta Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM) itu.
Anak-anak tidak hanya mendengar cerita, tetapi juga diajak berinteraksi dengan Dodi serta merespons dongeng yang dibawakan.
Dalam terapi cerita itu, anak-anak juga diberi aktivitas seru untuk menumbuhkan interaksi sosial yang baik.
Kepada
Kompas.com
, Eklin mengatakan, dalam satu konflik, anak sering terabaikan penanganannya.
Mereka bukan hanya memerlukan bantuan fisik semata, tetapi juga bantuan untuk mental dan jiwa.
“Ini harus disegerakan. Karena anak-anak keadaannya masih sangat rentan. Kelompok yang butuh ditangani khusus. Apalagi ketika konflik ada yang menyaksikan langsung bagaimana orang dewasa membakar rumah, teriak-teriak, memegang senjata tajam. Itu orang dewasa sedang mempertontonkan kekerasan dan tidak etis serta layak bagi anak,” ujarnya.
Konflik, kata dia, akan melahirkan trauma yang panjang dan bisa saja tidak dapat disembuhkan.
Untuk itu, kegiatan ini didukung oleh sejumlah pihak, seperti konsultan psikologi Dwi Prihandini dari Clerry Cleffy Institute, aktivis Yayasan Peduli Inayana Maluku Othe Patty, dan psikolog Grace Latuheru.
Pada sesi psikososial itu, Eklin mendapati sebuah kesaksian menggugah dari seorang anak.
“Ada satu anak kecil bilang, beta tidak marah, katong (kami) kan orang basodara,” ujar pendiri Rumah Dongeng Damai itu dengan suara bergetar.
Ada juga seorang anak yang mengalami trauma berat hingga dirawat di rumah sakit.
Dia, kata Eklin, menyaksikan seorang pelaku meletakkan senjata tajam di lehernya.
Peristiwa itu membuatnya trauma hingga takut bertemu orang lain.
Namun, setelah sesi bersama psikolog Grace Latuheru, anak tersebut mulai beradaptasi dengan ikut sesi terapi bersama Eklin dan boneka Dodi.
“Beta memang turut rasa konflik tahun 1999, rasa menyesal, berharap ini hanya mimpi. Karena itu beta pesan untuk semua orang, kita tahu ada sesuatu yang luka dan susah sembuh, jangan ulangi lagi. Selain kita diberi otot, orang Maluku itu juga punya hati yang lembut. Supaya otot dan hati bisa digunakan menjalani hidup dengan baik. Bukan mempermalukan orang Maluku lewat konflik,” tuturnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Pendongeng, Kak Eklin Pulihkan Trauma Anak Korban Konflik Desa Hunuth Regional 24 Agustus 2025
/data/photo/2025/08/24/68aaf32c557d6.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)