Asap, Spanduk, dan Suara Mahasiswa di Depan Gedung DPR Megapolitan 21 Agustus 2025

Asap, Spanduk, dan Suara Mahasiswa di Depan Gedung DPR
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        21 Agustus 2025

Asap, Spanduk, dan Suara Mahasiswa di Depan Gedung DPR
Editor
JAKARTA, KOMPAS.com
– Suasana di depan gerbang Gedung DPR/MPR RI, Kamis (21/8/2025) sore, sempat memanas.
Sekelompok mahasiswa mencoba membakar ban bekas, namun upaya itu buru-buru dicegah aparat kepolisian yang berjaga.
Begitu api mulai menyala, petugas langsung menyemprotkan alat pemadam api ringan (APAR).
Gagalnya pembakaran ban itu membuat tensi naik. Kepulan asap, aksi saling dorong, hingga kericuhan kecil sempat terjadi.
Namun, ketegangan tak berlangsung lama. Beberapa mahasiswa dan aparat lain sigap melerai.
“Kami tidak menghalangi, kami hanya memadamkan. Silakan kalian berorasi, namun kami tidak mengizinkan pembakaran ban,” ujar salah satu petugas kepolisian di lokasi.
Pernyataan itu disambut teriakan bernada kasar dari sejumlah mahasiswa.
Bahkan ada yang melempar botol minum ke arah aparat. Setelah situasi lebih terkendali, massa kembali melanjutkan aksi dengan orasi.
Hingga sore, kawasan sekitar pintu gerbang DPR tetap dijaga ketat oleh polisi.
Aksi sore itu digelar oleh massa yang menamakan diri Gerakan Mahasiswa Bersama Rakyat (Gemarak).
Mereka mulai mendatangi lokasi sekitar pukul 16.02 WIB, lengkap dengan mobil komando dan atribut beragam almamater.
Di depan gerbang, bentangan spanduk bertuliskan “Indonesia Sold Out” menjadi sorotan.
Tulisan putih dengan latar merah itu dibawa bersamaan dengan bendera Merah Putih dan bendera One Piece yang terikat pada satu batang kayu sang saka berada di posisi teratas.
Lewat pengeras suara, salah satu orator menyoroti mahalnya biaya pendidikan yang dinilai semakin mencekik, baik di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Baginya, pendidikan kini kian sulit diakses masyarakat.
“Pendidikan kita hari ini dikapitalisasi. Setiap pendidikan dikapitalisasi, negara ini lama-lama bukan lagi di tangan kita. Negara ini lama-lama ada di tangan para penguasa, ada di tangan para pengusaha,” seru sang orator dari atas mobil komando.
Selain isu pendidikan, mereka juga mengkritik penguasaan aset negara oleh kalangan pengusaha yang dianggap menggeser kedaulatan rakyat.
(Reporter: Hafizh Wahyu Darmawan | Editor: Abdul Haris Maulana)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.