Tiga tahun berlalu. Dominggus menamatkan bangku SMP. Tetapi masalah baru muncul. Dia bingung harus melanjutkan pendidikan ke bangku SMA atau tidak. Dia memberanikan diri menghubungi orangtuanya via telepon, namun selalu gagal.
Di tengah kebingungannya, Dominggus diajak salah satu teman berangkat ke Larantuka, Kabupaten Flores Timur. Padahal saat itu, sisa uang di tangannya hanya Rp50.000. Sudah coba menghubungi orang tuanya untuk meminta bekal dan masukan, telepon tak kunjung tersambung.
“Saya bingung harus ke mana. Terpaksa ikut teman datang ke Larantuka,” ungkapnya.
Setibanya di Larantuka, ia dan temannya itu nekat mendaftar ke SMA Frateran Podor Larantuka. Salah satu sekolah impiannya. Padahal saat itu, dia sama sekali tidak memegang uang.
“Ada dua sekolah impian saya yakni SMA Podor atau Seminari Sandominggo Hokeng, karena cita-cita saya jadi pastor,” ujarnya.
Berkat bantuan temannya, segala biaya pendaftaran akhirnya bisa dibayar. Seperti memang diajarkan untuk berjuang dan mandiri, setelah semua proses itu selesai, dia tiba-tiba bisa menghubungi orangtuanya.
“Saya sampaikan bahwa saya sudah daftar di Larantuka. Ayah mengirim uang untuk semua biaya,” tuturnya.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5318479/original/008827100_1755487884-1000880159.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)