Kala KRL Rangkasbitung Jadi “Pasar” Berjalan sejak Pukul 03.45 WIB…
Tim Redaksi
LEBAK, KOMPAS.com
– Waktu menunjukkan pukul 03.45 WIB ketika peron Stasiun Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mulai dipenuhi langkah-langkah kecil penumpang. Mereka membawa keranjang, kantong besar, dan harapan agar dagangan hari ini habis terjual.
Kereta Rel Listrik (KRL) pertama tujuan Tanah Abang sudah menunggu jadwal keberangkatan. Mayoritas penumpangnya bukan pekerja kantoran, melainkan pedagang kecil yang mengandalkan perjalanan dini hari ini untuk mencari nafkah.
Satu di antaranya adalah Ida (53), warga Catang, Kabupaten Serang. Bersama sembilan rekannya, ia tiba sejak pukul 03.30 WIB. Tujuan mereka berbeda-beda, tetapi semangatnya sama, yakni berjualan di Jakarta.
“Ada yang turun di Palmerah, Kebayoran, Angke. Saya turun di Tenjo,” kata Ida kepada
Kompas.com
, Kamis (14/8/2025), di gerbong ketiga.
Ida mempersiapkan sendiri dagangannya yang antara lain lemang, lupis, emping, nasi merah, hingga sayur matang sebelum tidur. Pukul 01.30 dini hari, ia sudah bangun, naik ojek, lalu menuju stasiun.
Ida tak boleh ketinggalan kereta pertama karena menurutnya hanya keberangkatan itu yang memperbolehkan pedagang naik. Kereta berikutnya lebih padat penumpang umum sehingga pedagang dilarang naik.
“Kalau ketinggalan kereta pertama, sudah gak boleh naik. Cuma kereta ini yang boleh untuk pedagang,” ujarnya.
Pedagang lain, Muksin (60), datang dari Kecamatan Sajira, sekitar 40 kilometer dari Rangkasbitung, membawa dua empong pete hasil panen. Setiap empong berisi sekitar seratus papan pete. Meski panen kali ini sedikit, ia tetap berangkat karena pelanggan di pasar pagi Kebayoran sudah menunggu.
“Kalau kesiangan nanti sampai Kebayoran juga telat, pasar sudah sepi, pelanggan pada nyarinya pagi,” katanya.
Pemberhentian di Stasiun Maja menambah sesak gerbong. Puluhan pedagang naik dengan keranjang besar. Tati (47), pedagang yang sudah bertahun-tahun berjualan ke Jakarta sejak era kereta diesel, mengenang perbedaan aturan.
“Kalau zaman dulu kita mau berangkat jualan masih di kereta saja sudah banyak yang beli, kalau sekarang gak boleh, dilarang dijual di kereta,” kata Tati.
Meski begitu, pedagang tetap bisa bertukar barang di dalam kereta, dilakukan secara singkat dan tenang agar tak mengganggu penumpang lain.
“Misalnya saya bawa banyak keripik pisang, teman saya gak bawa, kita tukeran dengan barang lain, ambil dari keranjang lalu simpan di keranjang sendiri, sudah saling mengerti,” ujarnya.
Menjelang fajar, pedagang turun satu per satu di stasiun tujuan, bersiap menghadapi hari. KRL pukul 04.00 itu bukan sekadar transportasi, melainkan urat nadi ekonomi rakyat kecil yang berdenyut dari peron Rangkasbitung, Maja, hingga Tenjo.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
5 Kala KRL Rangkasbitung Jadi “Pasar” Berjalan sejak Pukul 03.45 WIB… Bandung
/data/photo/2025/08/14/689d3e48bf379.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)