Namun sayangnya, keindahan dan nilai sejarah goa ini tidak selalu dibalas dengan sikap hormat oleh sebagian wisatawan. Kohar bersama warga setempat menyesalkan banyaknya coretan tak bertanggung jawab yang ditemukan di dinding goa, merusak keaslian batu dan mengganggu nilai historisnya. Fenomena ini dianggap sebagai bentuk kurangnya kesadaran dalam menjaga warisan budaya.
“Miris, banyak anak muda datang hanya untuk berswafoto, tanpa memahami kisah perjuangan yang pernah berlangsung di sini. Bahkan sebagian generasi muda perlahan meninggalkan jejak sejarah seperti di Goa Rancang Kencono, seakan nilai nasionalisme hanya menjadi cerita lama,” ujarnya.
Warga Menggoran meyakini keberadaan lukisan dan tulisan peninggalan Mbah Marji seharusnya menjadi pengingat bagi siapa saja yang datang, bukan justru dicemari dengan tindakan yang merusak. Pesan itu juga diwariskan Mbah Marji kepada putranya, Sugiwintarto.
Menurut Sugi, sang ayah selalu berpesan agar Goa Rancang Kencono dijaga kelestariannya karena merupakan bagian dari sejarah perjuangan bangsa dan dipercaya memiliki energi pelindung negeri. Demi menjaga nilai sakral tersebut, warga setempat sepakat membatasi jumlah kunjungan wisata agar keaslian dan suasana goa tetap terpelihara.
“Hingga sekarang kami menjaga dan merawat goa ini bersama warga lainnya. Kami ingin tempat ini tidak hanya dilihat sebagai objek wisata, tapi juga sebagai pengingat perjuangan para pendahulu,” pungkas Sugi.
Kini, Goa Rancang Kencono bukan hanya menjadi saksi bisu sejarah, tetapi juga simbol bahwa semangat kemerdekaan harus tetap hidup di hati setiap generasi. Lukisan Garuda dan Merah Putih di dinding batu bukan sekadar karya seni, melainkan warisan nilai nasionalisme yang harus terus dijaga dari zaman ke zaman.
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5314622/original/015282300_1755104374-Screenshot_2025-08-13_234639.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)