Lika-liku Pembangunan MRT Jakarta, Proyek Raksasa di Bawah Tanah
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Pembangunan MRT Jakarta fase 2A menghadapi lika-liku, termasuk tantangan konstruksi.
Stasiun bawah tanah fase 2A yang dibangun meliputi Thamrin, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Glodok, dan Kota, total panjang jalur sekitar 5,8 kilometer.
Saat sedang melakukan pengerjaan stasiun bawah tanah, MRT Jakarta menemukan cagar budaya di kawasan Glodok.
Beberapa titik stasiun atau koridor yang dibangun bersinggungan atau berada dalam kawasan dalam radius cagar budaya.
Akibatnya, ada protokol yang harus dilakukan agar cagar budaya itu tertangani dengan baik.
Tidak hanya itu, MRT Jakarta juga harus berkoordinasi dengan instansi terkait.
“Regulasi untuk penanganan benda cagar budaya itu tidak boleh dilanggar. Ini menjadi salah satu perhatian utama dari MRT Jakarta dalam melakukan konstruksi di area tersebut,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Corporate Secretary (Corsec) PT MRT Jakarta (Perseroda) Ahmad Pratomo saat ditemui Kompas.com di kantornya, Wisma Nusantara, Thamrin, Jakarta Pusat, Senin (11/8/2025).
Lebih lanjut, hal-hal teknis meliputi pembuatan kereta dan pekerjaan persinyalan, bahkan terkait proses kerja sama dengan tender juga menjadi tantangan tersendiri.
Tomo turut menyinggung tantangan dari pemenuhan prosedur atas dana pinjaman Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA) dan berbagai mekanisme tender yang harus dilakukan.
“Misalnya proses tender kereta, ternyata ada isu. Jadi ada waktu-waktu (tantangannya) non teknikal,” sebut Tomo.
Progres pembangunan MRT Jakarta fase 2A yang meliputi wilayah Bundaran HI hingga Kota telah mencapai 51 persen.
“Angka 51 persen itu (sudah lebih) dari target di angka 50 persen. Jadi alhamdulillah, sebetulnya sudah lebih cepat daripada target,” ujar pria yang akrab dipanggil Tomo itu.
Tomo menambahkan, saat ini proses pengerjaan yang paling maju dipimpin oleh stasiun di kawasan Thamrin hingga Monas. Sebab bagian itu dimulai terlebih dulu ketimbang yang lain.
Terkait kemacetan yang rawan terjadi di sekitar kawasan proyek, Tomo mengakui pengerjaan ini tak luput dari pemberlakuan rekayasa lalu lintas.
Meski Stasiun MRT berada di bawah tanah, Tomo menyebut bagaimana pengerjaan konstruksi dimulai dari atas.
Tidak hanya itu, ada berbagai alat-alat berat dan aktivitas yang beroperasi di atas tanah.
“Belum lagi orang lalu-lalang juga. Itulah mengapa ada pagar proyek yang memang sedikit banyak memakan ruang jalan,” tutur dia.
Itulah sebabnya, MRT Jakarta bersyukur bisa mendapat dukungan dari pemerintah daerah untuk bisa bekerja sama dengan Dinas Perhubungan Jakarta dalam mengatur rekayasa lalu lintas.
“Perencanaan dilakukan sedemikian rupa agar pagar-pagar konstruksi yang ditempatkan di jalan tidak mengurangi jumlah lajur jalan. Kalau tadinya ada empat, tetap empat. Cuma posisinya atau secara diameternya, lika-likunya berubah,” lanjut Tomo.
MRT Jakarta pun aktif melakukan publikasi di berbagai media, baik secara daring maupun luring.
Tidak hanya melalui akun sosial media, tetapi juga melalui media luar ruang–LED di beberapa jalan.
“Kami imbau masyarakat terkait dengan ruas-ruas jalan yang terdampak dari pekerjaan konstruksi,” imbuh dia.
Konektivitas MRT Jakarta tidak akan berhenti pada rute Bundaran HI-Lebak Bulus dan Bundaran HI-Kota.
Ke depannya, fase 2B juga akan membawa penumpang hingga ke Mangga Dua dan Ancol.
Selain itu, ada pengembangan untuk koridor timur-barat yang masih dalam tahap pengembangan.
“Fase satu dari koridor timur-barat itu dari Tomang sampai Medan Satria. Selain itu, kami juga ada rencana untuk koridor dari Fatmawati ke Taman Mini,” papar Tomo.
Tomo juga mengungkapkan potensi adanya integrasi dari stasiun Lintas Raya Terpadu (LRT) Taman Mini Indah Indonesia (TMII), Jakarta Timur.
Lebih lanjut, MRT Jakarta juga telah menggandeng PT Bumi Serpong Damai Tbk (Sinar Mas Land) untuk mengkaji perpanjangan jalur dari Lebak Bulus ke Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel).
Meski belum bisa memberikan informasi secara lebih detail kapan proyeknya akan dimulai, Tomo menjelaskan saat ini rencana untuk rute ke Tangsel sudah mendekati kajian kelayakan.
“Harus melalui uji kelayakan sebelum suatu proyek dibangun. Layak atau enggak (untuk dibangun) sebenarnya. Misalnya kalaupun enggak layak, dari titik A, ke titik B, mungkin harus ke titik C dulu?” celetuk dia.
Ke depannya, akan ada berbagai pengembangan yang akan mempermudah mobilitas penumpang.
Tujuannya tentu untuk menjadikan perjalanan harian lebih lancar dengan harapan lebih banyak lagi warga yang beralih menggunakan transportasi umum.
Misalnya, Stasiun Bundaran HI akan dikembangkan dalam proyek ‘extended concourse’.
Tomo menjelaskan, concourse adalah area yang dijejakkan seusai penumpang memasuki stasiun dan turun ke bawah.
“Misal turun ke bawah, itu kan sampai di level pertama yang ada pemeriksaan, pembelian tiket, itu concourse,” ujar Tomo.
Tomo mengatakan, secara struktur masih ada sisa area yang panjang karena disekat.
Itulah sebabnya, ada rencana untuk menambah satu pintu masuk menuju Stasiun Bundaran HI.
Tepatnya di area yang luas di sekitar Plaza Indonesia dekat Bundaran HI.
“Jadi akan lebih mendukung konsep vibrant di Bundaran HI sendiri karena di Bundaran HI ini dan sekitarnya memang identik dengan shopping, belanja, perkantoran, orang lalu-lalang untuk transit dari satu gedung perbelanjaan ke tempat perbelanjaan lain, atau ke kantor,” lanjut dia.
Selain Bundaran HI, ada Stasiun Blok M yang akan dikembangkan hingga ke kawasan gedung di Panglima Polim berbasis konsep transit oriented development (TOD).
“Jalur ke Panglima Polim ini untuk semakin memberikan kemudahan bagi masyarakat yang melintas ke arah sana. Salah satu konsep yang dikembangkan adalah skybridge (jalan layang),” papar Tomo.
TOD sendiri memiliki esensi kemudahan bagi pejalan kaki yang melintas.
TOD sendiri juga hadir dalam beragam bentuk, salah satunya adalah pedestrian deck, yaitu skybridge.
MRT Jakarta sendiri telah membentuk konsep yang disebut ‘Ultimate Blok M’ yang pengembangannya bersifat mixed use.
Artinya, gedung perkantoran, perbelanjaan, bahkan tempat tinggal akan terkoneksi.
“Itu nanti diarahkan ke Blok M Hub dan Terminal Blok M. Itu akan ikut direvitalisasi,” papar Tomo.
Harapannya, pengembangan itu bisa semakin menghubungkan masyarakat yang melintas di kawasan Jakarta.
Meski butuh waktu dan dilakukan secara bertahap, MRT Jakarta bertekad membantu masyarakat semakin terkoneksi.
Tidak hanya di antara jarak, tetapi juga dengan moda transportasi lain yang saling memudahkan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Lika-liku Pembangunan MRT Jakarta, Proyek Raksasa di Bawah Tanah Megapolitan 12 Agustus 2025
/data/photo/2025/02/04/67a1e12d5528d.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)