Heboh Beras Oplosan, Omzet Pedagang di Pasar Induk Cipinang Justru Naik Megapolitan 9 Agustus 2025

Heboh Beras Oplosan, Omzet Pedagang di Pasar Induk Cipinang Justru Naik
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        9 Agustus 2025

Heboh Beras Oplosan, Omzet Pedagang di Pasar Induk Cipinang Justru Naik
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Antok (45), pedagang di Pasar Induk Beras Cipinang, Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur, mengaku omzet penjualannya justru meningkat setelah mencuat isu beras oplosan.
Sebab, hampir 70 persen pasokan tokonya ke pasar tradisional meningkat karena turunnya kepercayaan masyarakat terhadap beras di ritel modern.
“Justru malah naik (omzet) pasar tradisional. Kalau kita di induk ini, hampir 70 persen itu suplai itu ke pasar tradisional, yang di jalan itu,” kata Antok saat ditemui
Kompas.com
di depan tokonya, Sabtu (9/8/2025).
“Karena di Alfamart dan Indomaret pada kosong terus trust issue-nya itu yang beras oplos itu mempengaruhi pembeli, orang larinya pada ke pasar tradisional, beras curah itu,” tambah dia.
Antok tak membeberkan jumlah omzetnya, namun menyebut penyaluran ke pasar tradisional naik 5–10 persen.
Meski begitu, ia merasa tidak nyaman dengan isu beras oplosan karena membuat pedagang khawatir.
“Sebenarnya kalau dari segi kenyamanan orang kerja, enggak nyaman. Soalnya, orang ketakutan juga,” ujarnya.
Antok menjelaskan, penurunan mutu beras di Pasar Induk Beras Cipinang dipicu perbedaan tajam antara harga gabah yang mahal dan harga jual yang harus mengikuti Harga Eceran Tertinggi (HET).
“Di satu sisi harga gabah mahal sekali, di sisi lain HET tidak mengalami kenaikan. Turun mutu di sini artinya bahwa kualitas beras premium itu kadar broken kurang lebih 5 persen,” kata dia.
“Kemudian diturunkan kualitasnya menjadi 10 persen sampai 25 persen. Hal ini dilakukan semata-mata untuk menghindari kerugian yang harus ditanggung oleh produsen beras,” tambahnya.
Oleh karena itu, Antok berupaya menjelaskan agar masyarakat tidak keliru memahami isu terkait beras oplosan.
Menurut Antok, harga seluruh jenis beras di Pasar Induk Beras Cipinang, termasuk di tokonya, mengalami kenaikan sejak Maret 2025.
Pada bulan tersebut, beras medium dijual seharga Rp 12.000 per kilogram, kini naik menjadi Rp 13.500.
Adapun harga beras premium pada Maret 2025 berada di kisaran Rp 13.000 per kilogram, dan saat ini mencapai Rp 14.500.
Sementara itu, pemerintah menetapkan harga eceran tertinggi (HET) untuk beras premium sebesar Rp 14.900 per kilogram.
Menurut Antok, harga tersebut merupakan harga di tingkat distributor, sehingga harga di tingkat pengecer biasanya lebih tinggi.
“Jadi, karena harganya mahal, produsen itu kalau enggak diturunkan mutunya, dia pasti rugi, jatuhnya di Rp 16.000-an per kilogram. Sementara HET-nya kan cuma Rp 14.900 per kilogram,” ujar Antok.
“Dalam industri bisnis beras, praktik aduk-mengaduk beras merupakan hal yang wajar, Yang tidak boleh diaduk itu beras pemerintah yang bersubsidi. Jadi kalau beras dicampur beras itu sah-sah saja,” kata dia lagi.
Di sisi lain, Antok menyebut belakangan ini terjadi kelangkaan beras di pasar modern atau ritel, seperti Alfamart dan Indomaret.
Menurutnya, hal ini terjadi karena para mitra pemasok tidak lagi mampu menyediakan beras dengan kualitas sesuai ketentuan, sementara harga penjualannya harus berada di bawah HET.
Antok mengatakan, produsen beras saat ini menghadapi dilema. Jika kualitas beras mengikuti aturan, mereka merugi.
Namun, jika tidak sesuai spesifikasi, mereka dianggap melanggar, sehingga akhirnya banyak produsen memilih menghentikan produksi.
“Dari segi bahan memang sudah enggak nutut. Nutut itu intinya ketemu. Modal di penjualan itu sudah enggak ketemu, rugi. Modalnya tinggi, harga HET-nya masih Rp 14.900,” kata dia.
“Kalau dipaksa isi (ke pasar ritel), dia rugi, kalau diturunin kualitas ditangkap kayak kemarin itu. Makanya produsen-produsen itu sudah enggak isi lagi. Sudah setop produksi,” tambah dia.
Kompas.com
telah berupaya mewawancarai pedagang lain di Pasar Induk Beras Cipinang. Namun, mereka menolaknya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.