Biaya Hidup Mahal, Warga di Depok Habiskan Rp 1,4 Juta per Bulan Hanya untuk Transportasi Megapolitan 6 Agustus 2025

Biaya Hidup Mahal, Warga di Depok Habiskan Rp 1,4 Juta per Bulan Hanya untuk Transportasi
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        6 Agustus 2025

Biaya Hidup Mahal, Warga di Depok Habiskan Rp 1,4 Juta per Bulan Hanya untuk Transportasi
Tim Redaksi
DEPOK, KOMPAS.com –
Sejumlah warga di Depok harus mengalokasikan dana lebih dari Rp 1 juta setiap bulan untuk biaya transportasi menuju tempat kerja.
Salah satunya adalah Dira (22), warga Cimanggis, yang setiap bulan menghabiskan sekitar Rp 1,4 juta dari gajinya untuk berangkat ke tempat kerjanya di Ancol, Jakarta Utara.
“Total ongkos pulang dan pergi dalam sehari tuh sekitar Rp 62.000, itu termasuk naik ojek
online
dua kali,” kata Dira kepada
Kompas.com,
Rabu (6/8/2025).
Dira menjelaskan, ongkos harian itu mencakup perjalanan menggunakan ojek
online
(ojol) dari rumah ke stasiun, naik KRL Commuter Line, dan mobil kancil menuju tempat kerja.
Biaya terbesar berasal dari ongkos ojol dari rumah ke stasiun atau sebaliknya, yang bisa mencapai Rp 40.000 per hari.
“Kan kalau di aplikasi ojol ada high fare gitu ya, nah itu kalo lagi macet dikit bisa Rp 17.000–25.000 buat jarak rumah ke stasiun,” ujar Dira.
Menurut Dira, tidak ada transportasi umum seperti angkot yang melintasi langsung kawasan tempat tinggalnya. Ia harus berjalan sekitar 1,2 kilometer untuk mencapai Jalan Akses UI, lokasi transportasi umum terdekat.
Kondisi ini membuat dia sulit mengganti ojol sebagai moda transportasi utama, meski waktu tempuh ke kantor bisa mencapai 90 hingga 100 menit setiap hari.
Warga lainnya, Sasi (25) dari kawasan Tugu, juga mengalami hal serupa. Ia mengalokasikan anggaran transportasi sebesar Rp 1,4 juta per bulan dari gaji sekitar Rp 5 juta.
Setiap hari, ia bepergian ke tempat kerjanya di Baranangsiang, Kota Bogor, dan tetap membutuhkan ojol untuk akses ke dan dari stasiun.
“Transportasi umum sudah ada beberapa pilihan tapi yang masih PR tuh akses ke halte atau stasiun dari rumah,” kata Sasi.
“Jarak terdekat dari rumah ke halte terdekat itu tuh bisa 1,6 kilometer,” tambahnya.
Ongkos harian Sasi diperkirakan berkisar antara Rp 48.000 hingga Rp 74.000, tergantung kondisi. Ia juga berupaya menekan pengeluaran dengan menggunakan angkot atau Biskita.
“Untuk ngirit ongkos ya selalu usahain naik angkot buat ke kantor atau enggak pas pulangnya naik Biskita,” jelasnya.
Sebelumnya, Kementerian Perhubungan dan Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data yang menunjukkan empat kota di wilayah Jabodetabek masuk dalam daftar 10 kota dengan biaya transportasi tertinggi di Indonesia.
Berdasarkan persentase terhadap biaya hidup harian, Depok menempati peringkat pertama secara nasional, disusul Bekasi di peringkat kedua, Bogor di peringkat keempat, dan Jakarta di peringkat keenam.
Berikut rincian datanya:
Persentase pengeluaran transportasi di empat kota ini telah melebihi batas ideal yang direkomendasikan Bank Dunia, yakni 10 persen dari total biaya hidup.
Direktur Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda Kementerian Perhubungan, Risal Wasal, menyebutkan salah satu penyebab mahalnya ongkos transportasi adalah biaya perjalanan awal atau first mile, yaitu dari rumah menuju simpul transportasi umum seperti halte atau stasiun.
“Naik kereta mungkin hanya Rp 3.500–6.000, tapi ojol bisa Rp 25.000, parkir Rp 10.000. Ini yang kami kaji,” ujar Risal.
Ia menambahkan, pemerintah saat ini tengah mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan tingginya biaya perjalanan, khususnya dalam tahap awal perjalanan.
Hal ini dilakukan agar pemerintah dapat merancang kebijakan yang mampu menurunkan total pengeluaran transportasi masyarakat, baik untuk keperluan bekerja, berbelanja, maupun rekreasi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.