H-2 Relokasi, Pasar Barito Masih Ramai Pedagang Megapolitan 1 Agustus 2025

H-2 Relokasi, Pasar Barito Masih Ramai Pedagang
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        1 Agustus 2025

H-2 Relokasi, Pasar Barito Masih Ramai Pedagang
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
 Kondisi
Pasar Barito
,
Jakarta
Selatan, pada Jumat (1/8/2025) masih ramai diisi oleh para pedagang hewan.
Padahal, tenggat waktu pengosongan Pasar Barito yang ditetapkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta hanya tinggal dua hari lagi atau pada Minggu (3/8/2025).
Meski begitu, sejumlah pedagang tampak mulai membereskan kandang dan peralatan jualan secara bertahap.
Namun, sebagian lainnya masih menunggu dalam ketidakpastian, menyusul minimnya informasi teknis soal relokasi.
Deni (32), pedagang burung yang telah berjualan selama 16 tahun di Pasar Barito, mengaku informasi relokasi baru diterima sebulan lalu tanpa pemberitahuan resmi dari pihak Pemprov Jakarta.
“Kami dikasih tahunya mendadak hanya satu bulan, jadi semuanya kaget. Tanggal 3 (Agustus 2025) harus kosong, tapi tanggal 1 (Agustus 2025) saja masih banyak yang jualan. Kami semua kelimpungan,” ujar Deni saat ditemui
Kompas.com
, Jumat (1/8/2025).
Menurut dia, mayoritas dari 135 pedagang di Pasar Barito mengalami hal serupa. Mereka menyebut relokasi ke kawasan Lenteng Agung belum siap, bahkan kios yang disediakan pun tak mencukupi.
“Pedagang burung ada 85, tapi yang disediakan hanya 66 kios. Masih kurang 19 kios. Itu yang bikin gaduh dari kemarin,” kata dia.
Deni menyebut informasi relokasi hanya disampaikan secara lisan oleh pejabat wilayah.
“Yang datang cuma dari pihak wali kota, katanya perintah gubernur. Tapi surat resmi enggak ada,” ujarnya.
Para pedagang mengaku tak menolak relokasi, tetapi mendesak agar ada kepastian dan kelonggaran waktu agar proses pemindahan tidak mengorbankan mata pencaharian.
Ia menambahkan, Pasar Barito bukan sekadar tempat berdagang, melainkan sumber penghidupan ribuan orang.
“Ada 135 kios, belum termasuk keluarga. Bisa sampai 1.000 orang yang bergantung dari sini,” ujarnya.
Pedagang juga menyayangkan proyek taman baru yang dianggap menghapus keberadaan ikon lama.
“Pemerintah mau bikin ikon baru dengan mengorbankan yang lama. Belum tentu ikon baru akan berhasil,” lanjut Deni.
Hal serupa diungkapkan Hadi (33), pedagang burung lainnya. Ia menyayangkan waktu pengosongan yang jatuh pada akhir pekan, saat penjualan sedang tinggi.
“Sabtu dan Minggu itu rame-ramenya buat cari uang, tapi malah disuruh tutup hari Minggu ini,” ujarnya.
Menurut Hadi, sebagian pedagang sudah mulai membersihkan kios mereka, tetapi masih bingung 
ke mana harus memindahkan barang dagangan.
“Harapannya tempat baru segera disiapkan dan sesuai kebutuhan. Kita ini sebentar lagi 17 Agustus, tapi rasanya belum merdeka,” katanya.
Sementara Riko (27), pedagang alat perawatan hewan, menyebut dirinya generasi ketiga yang melanjutkan usaha keluarga di Barito sejak 30 tahun lalu.
Kini, ia mulai memindahkan barang dagangan ke rumah karena lokasi relokasi dinilai belum layak.
“Tempat relokasi belum selesai dan jaraknya jauh dari rumah. Jadi barang-barang mulai saya bawa pulang Minggu ini,” ujar Riko.
Meski sudah menandatangani surat kesediaan pindah, Riko berharap pemerintah memberi kelonggaran waktu hingga usai Lebaran 2026.
“Supaya bisa persiapan. Pelanggan juga menyesuaikan. Banyak yang sayang kalau Barito harus tutup,” tambahnya.
Sebelumnya Wali Kota Administrasi Jakarta Selatan, M. Anwar menyampaikan bahwa para pedagang harus mengosongkan Pasar Barito pada 3 Agustus 2025.
Ia memastikan pemerintah akan membantu akomodasi pemindahan, seperti kendaraan angkut dan fasilitas lainnya.
“Untuk akomodasi dan lainnya kami akan bantu semuanya,” kata Anwar, dikutip dari laman resmi
selatan.jakarta.go.id
.
Menurut dia, lokasi sementara berada di bawah naungan Perumda Pasar Jaya. Pedagang juga diberi kebebasan memilih tempat relokasi sesuai kebutuhan, termasuk di wilayah Jakarta Selatan, Timur, atau Utara.
“Ini kan lokasi pembangunan butuh tiga sampai enam bulan, jadi mereka sementara bebas pilih di mana saja pasar tempat mereka berjualan. Kami ingin ekonomi mereka terus berjalan walaupun sudah tidak di Pasar Barito,” jelas Anwar.
Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta, Yuke Yurike, menambahkan bahwa solusi terbaik sedang dirumuskan.
“Insya Allah hari ini sudah ada solusi terbaik. Data pedagang yang akan pindah juga sedang dikumpulkan,” katanya.
Meski demikian, hingga Jumat siang para pedagang masih belum melihat langsung kesiapan lokasi baru. Rasa ragu pun masih menyelimuti.
“Yang disuruh pindah itu kami, tapi kami enggak lihat langsung bagaimana kesiapan tempat barunya. Katanya dari media dibangun, tapi kami enggak tahu jadi apa enggak,” kata Riko.
Suasana Pasar Barito sendiri masih terlihat hidup. Burung-burung tetap berkicau, pembeli tetap datang, dan pedagang tetap melayani.
Sebagian dari mereka memilih bertahan hingga hari terakhir, sembari berharap ada ruang dialog sebelum kios-kios benar-benar dikosongkan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.