Jakarta, Beritasatu.com – Kasus beras oplosan, yaitu pencampuran beras berkualitas rendah ke dalam kemasan premium, kembali mencuat dan menimbulkan keprihatinan di kalangan masyarakat.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman bersama Satgas Pangan mengungkap praktik ini melibatkan sejumlah merek besar, dengan modus kamuflase mutu kemasan mahal, tetapi isinya campuran beras murah. Sebanyak 212 merek beras diduga melakukan pengoplosan dan pelanggaran standar mutu.
Menurut konsep food adulteration dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat dan Food Safety Authority (EFSA) di Eropa, pencampuran produk pangan tanpa transparansi kepada konsumen dikategorikan sebagai penipuan pangan (food fraud).
Konsumsi beras oplosan yang hanya mencampurkan beras premium dengan beras kualitas lebih rendah tidak menimbulkan risiko kesehatan fatal secara langsung. Namun, terdapat beberapa aspek yang patut diwaspadai.
Beras premium umumnya memiliki kandungan vitamin B1 (thiamine) dan mineral yang lebih tinggi, serta tekstur nasi yang pulen dan tidak cepat basi. Ketika dicampur beras kualitas rendah, nilai gizinya menurun dan hasil nasi cenderung lembek atau cepat basi. Hal ini menurunkan mutu konsumsi harian keluarga.
Risiko kebersihan dan mikrobiologis
FDA menyebutkan beras kualitas rendah umumnya memiliki standar penyimpanan yang tidak seketat beras premium, sehingga meningkatkan risiko kontaminasi mikroba atau jamur penyebab keracunan makanan jika dimasak dan disimpan dalam suhu ruang terlalu lama.
Bahaya bahan kimia tambahan
Dalam kasus penipuan pangan di beberapa negara berkembang, seperti dilaporkan World Health Organization (WHO), praktik oplosan kadang melibatkan zat tambahan berbahaya, seperti pemutih, pewarna, atau pengawet yang tidak diperbolehkan dalam pangan. Konsumsi bahan kimia tersebut dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko kerusakan hati, ginjal, gangguan hormonal, dan kanker.
Ciri-ciri Beras Oplosan
Dikutip dari berbagai sumber, berikut ini ciri-ciri beras oplosan.
Butiran tidak seragam: Ukuran beras bervariasi, ada yang besar, kecil, atau patah.Perbedaan warna: Warna beras tidak homogen, sebagian putih cerah, sebagian kusam kekuningan.Aroma kurang sedap: Nasi hasil masakan berbau sedikit asam atau apek.Tekstur nasi lembek dan cepat basi: Hal ini menandakan kualitas beras tidak stabil dan kebersihannya rendah.Kemasan mencurigakan: Label tidak jelas atau terdapat perbedaan berat bersih dengan standar resmi.
Tip Aman Konsumsi Beras Oplosan
Untuk melindungi diri dan keluarga dari risiko beras oplosan, berikut tip yang direkomendasikan oleh WHO dan Food Safety Authority.
Periksa kemasan dengan teliti
Pastikan label produsen jelas, tercantum nama perusahaan, nomor BPOM atau izin edar resmi, dan berat yang sesuai.
Perhatikan warna, ukuran butiran, dan bau. Jika terdapat bau kimia atau pewangi berlebihan yang tidak wajar, sebaiknya hindari.
Masak dan simpan dengan benar
Setelah dimasak, simpan nasi dalam suhu di atas 60 derajat celsius atau segera dinginkan di bawah 5 derajat celsius untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
Laporkan produk mencurigakan
Jika menemukan beras dengan kondisi mencurigakan, segera laporkan ke dinas ketahanan pangan setempat atau satgas pangan di wilayah Anda.
Mengonsumsi beras oplosan yang hanya merupakan campuran beras asli kualitas berbeda memang tidak menimbulkan efek kesehatan fatal secara langsung. Namun, praktik ini tetap merugikan konsumen dari sisi gizi, ekonomi, dan keamanan pangan, terutama bila menggunakan zat kimia tambahan berbahaya.
