Daftar Kerja ke Jepang Sampai 4 Kali, Michael Kejar Mimpi Bangun Yayasan Sosial untuk Anak Jalanan
Tim Redaksi
SEMARANG, KOMPAS.com
– Michael (19), seorang pemuda asal Karanganyar, Jawa Tengah, memiliki impian yang lebih besar daripada sekadar mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan tinggi di Jepang.
Ia bercita-cita untuk mendirikan
yayasan sosial
yang dapat membantu anak-anak telantar di daerahnya.
Hal ini diungkapkan Michael saat ditemui di kantor Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jawa Tengah, Selasa (15/7/2025), saat mengurus berkas pendaftaran magang ke Jepang.
“Penginnya nanti kalau sudah pulang dari Jepang, bisa bikin yayasan. Bukan usaha sih sebenarnya, lebih ke yayasan sosial buat anak-anak jalanan, biar mereka bisa dapat pendidikan dan tempat tinggal layak,” tutur Michael.
Sejak lulus dari Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI), yang kini menjadi SMKN 8 Solo, Michael tak henti-hentinya mengejar peluang magang ke negeri Sakura.
Ini adalah percobaan keempatnya, setelah dua kali gagal karena masalah usia yang tidak memenuhi syarat.
Tantangan lain yang dihadapi Michael adalah jurusan seni yang ia ambil saat sekolah, yang mengharuskannya untuk melengkapi sertifikat teknik agar bisa diterima di program magang IM Japan.
“Ada syaratnya, kalau dari non-teknik, harus ikut pelatihan di BLK (Balai Latihan Kerja). Saya udah tiga bulan pelatihan teknik di SMK. Tapi usianya belum cukup saat mendaftar, jadi gagal,” jelasnya.
Meskipun mengalami kegagalan, Michael tidak menyerah.
Ia memutuskan untuk mengikuti pelatihan di sebuah LPK di Boyolali selama setahun terakhir.
Di sana, ia berlatih bahasa, matematika, fisika, hingga wawancara. “Yang terakhir itu gagal di matematika. Soalnya banyak, 50 soal, waktunya cuma 30 menit. Kurang fokus,” ucapnya.
Kegagalan tersebut tidak mematahkan semangat Michael.
Ia percaya bahwa setiap kegagalan adalah bagian dari proses menuju keberhasilan, terutama karena ia memiliki mimpi besar untuk membantu anak-anak jalanan.
“Waktu masih sekolah di Solo, sering lihat anak-anak yang bukannya sekolah malah kerja di jalanan. Ada yang tidur di pinggir jalan, jualan, dipaksa kerja. Dari situ kepikiran buat bikin tempat supaya mereka bisa sekolah dan hidup lebih layak,” ungkapnya.
Setahun terakhir juga menjadi waktu yang penuh tantangan bagi Michael.
Ayahnya meninggal dunia pada akhir November tahun lalu.
Meskipun saat itu ia sudah memenuhi syarat usia untuk ikut seleksi magang, Michael memutuskan untuk menunda pendaftaran karena sedang berduka.
Ibunya kini tinggal di Bandung, Jawa Barat, sementara Michael dan adiknya tetap tinggal di Karanganyar dan diasuh oleh wali.
Ketika ditanya tentang beban ekonomi yang harus ditanggungnya, Michael tidak menjawab secara langsung.
Namun, ia menegaskan bahwa membantu keluarga tetap menjadi motivasi utamanya.
“Kalau untuk adik, biar dia sekolah aja dulu. Saya sih fokus dulu ke ini (magang),” katanya.
Menurut informasi dari gurunya di LPK, peserta magang yang beragama Kristen kemungkinan besar akan ditempatkan di sektor pengolahan makanan.
“Soalnya katanya, 90 persen yang Kristen masuknya ke pengolahan makanan karena banyak yang mengandung minyak babi. Ya, ya udah siap-siap aja,” ujarnya.
Michael mengaku siap untuk ditempatkan di mana pun karena baginya, setiap proses adalah bagian dari perjuangan untuk mewujudkan mimpinya.
Ia bertekad untuk mengejar mimpi ke Jepang agar dapat membantu keluarga dan membangun masa depan anak-anak jalanan yang ia temui.
“Yang penting dicoba terus sampai bisa,” kata Michael, menunjukkan semangatnya yang tak tergoyahkan meskipun masih muda.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Daftar Kerja ke Jepang Sampai 4 Kali, Michael Kejar Mimpi Bangun Yayasan Sosial untuk Anak Jalanan Regional 17 Juli 2025
/data/photo/2025/07/16/68773438a0d9e.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)