Apa Dampak Positif dan Negatif Kemarau Basah bagi Petani? Ini Kata Pakar UGM

Apa Dampak Positif dan Negatif Kemarau Basah bagi Petani? Ini Kata Pakar UGM

Liputan6.com, Yogyakarta – Pakar dan profesional di bidang agrometeorologi, ilmu lingkungan, dan perubahan iklim dari FTP UGM Bayu Dwi Apri Nugroho mengatakan perlunya kewaspadaan dalam membaca fenomena kemarau basah. Kewaspadaan ini tidak hanya berkaitan mitigasi bencana hidrometeorologis seperti banjir dan longsor, tapi berkaitan dengan persoalan pangan.

“Merujuk pada informasi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), bahwa kemarau basah diprediksi akan terjadi selama 3 bulan kedepan, yaitu sampai Oktober 2024,” ujar Bayu beberapa waktu lalu.

Menurutnya, dampak kemarau basah sendiri sudah sangat dirasakan petani yang mengalami gagal tanam, karena perhitungan petani yang meleset. Sebab, para petani menganggap di bulai Mei-Juni, yang notabene secara normal masuk musim kemarau, curah hujan sudah menurun dan petani bisa menanam, ternyata justru sebaliknya.

Pada kemarau basah ini intensitas hujan meningkat dan menyebabkan banjir di lahan petani. Hal ini menyebabkan kegagalan saat tanam yang pada akhirnya petani tidak bisa melakukan penanaman atau pemanenan (puso).

“Meski berdampak negatif, kemarau basah ini juga bisa berdampak secara positif untuk pertanian, yaitu peningkatan intensitas curah hujan ini akan menguntungkan untuk wilayah-wilayah yang kering dan tadah hujan, sehingga ini akan membuat ketersediaan air di wilayah-wilayah tersebut cukup dan petani di wilayah tersebut bisa melakukan aktifitas penanaman, seperti di wilayah Papua dan Indonesia bagian Timur lainnya,” terangnya.

Apri mengatakan pentingnya pencegahan dan antisipasi terkait dengan kemarau basah ini dengan langkah strategis diantaranya menyangkut dibutuhkan prediksi cuaca masa depan secara nasional secara mendetail sampai pada level desa atau lahan, dan informasi ini tersampaikan kepada masyarakat, terutama terkait dengan anomali cuaca (La Niña). Melalui prediksi ini harapannya bisa membantu mengurangi kerugian dan biaya yang ditimbulkan oleh bencana hidrometeorologis sebagai dampak dari La Niña.

“Prediksi awal terjadinya La Niña ini bermanfaat dalam membantu perencanaan dan pengelolaan berbagai sektor seperti sumber daya air, energi, transportasi, pertanian, kehutanan, perikanan serta menghindari atau mengurangi potensi kerugian yang lebih besar,” ungkapnya.